Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Rindu Nyanyian Amien Rais

21 Oktober 2018   06:48 Diperbarui: 22 Oktober 2018   18:14 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amien Rais dalam karikatur. Foto | Pos Kota

Ingin sekali mendengar suara Amien Rais, seperti ketika membawakan lagunya usai diperiksa pihak kepolisian terkait berita ratu hoaks Ratna Sarumpaet. Ingin sekali mendengar suara merdunya yang selalu menghentak publik dengan pernyataan-pernyataan mempesona.  

Sekurangnya, ingin sekali mendengar pendiri Partai Amanat Rakyat (PAN) bernyanyi merdu dengan menyebut bahwa lawan politiknya benar-benar sebagai pengusung partai 'neraka'.

Siapa yang tak kenal tokoh reformasi yang satu ini. Piawai memainkan instrumen politik demikian indah. Terdengar harmoni. Bila tak kuat, jangan coba mendekat. Sebab, gesekan biolanya dalam seketika bisa menghentak jantung. Musiknya membuai dan bisa menggiring kader partai "terkunci" dengan pernyataannya. Lihat, kader PAN tak kuasa dan akhirnya ikut barisan koalisi 02, Prabowo Subianto.

Sedari awal, bahkan sebelum pembentukan koalisi, Amien getol menyuarakan agar kader partainya masuk barisan Prabowo. Sementara, saat itu, para kader belum mempunyai pilihan. Belum menentukan pilihan. Ketua partai, Zukifli Hasan, berada pada posisi tengah. Ibarat bandul lonceng, ia bergerak sesuai irama permainan. Kiri dan kanan sambil melihat posisi mana yang menguntungkan.

Akhir kalam, 'gorengan' yang dikemas Amien - dengan segala isunya yang diangkat - membuahkan hasil. Rapat partai menyetujui ikut koalisi 02 seperti yang diharapkan sejak mengangkat isu partai 'surga' dan 'neraka'.

Zulkifli, sebelum menyatakan secara resmi ikut koalisi Prabowo, menyempatkan diri menemui Joko Widodo, petahana dalam Pilpres 2019. Hasil lobi Ketua MPR RI itu tak membuahkan hasil. Malahan, kader partainya yang duduk di Kabinet Kerja dicopot lantaran sudah tidak sejalan dengan kabinet itu.

Setelah itu, untuk mendapat simpati,  Zulkifli Hasan melempar kritik kepada pemerintahan Jokowi saat memberikan pidato di sidang tahunan MPR. Ketum PAN itu mengkritik sejumlah hal, termasuk soal utang negara. Kebiasaan tersebut tak lazim disampaikan manakala berlangsung sidang tgahunan di gedung legislatif yang istimewa itu.

Belakangan ini, PAN yang berada pada koalisi 02 bersama Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat (PD) makin dijauhi 'malaikat'. Bahkan, setan pun takut mendekat. Pasalnya, setelah label jenderal kardus disematkan oleh kader Demokrat, Andi Arief, kepada Ketua Gerinda, Prabowo,  satu per satu dukungan yang  diberikan para kader anggota partai-partai tersebut mengambil sikap membelot.

Berawal dari Gubernur NTB Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi yang menyatakan mendukung Jokowi. Kemudian Gubernur Papua Lukas Enembe mengeluarkan pernyataan bahwa suara warga Papua untuk Jokowi

Lantas, keluar pernyataan dari Ketua Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bahwa partai yang dipimpinnya memainkan politik dua kaki. Tegasnya, Demokrat membiarkan kadernya menentukan pilihan dengan dilatarbelakangi alasan masing-masing.

Belakangan ini, kader PAN dengan tegas menyatakan, tak punya daya untuk ikut kampanye dan mendukung Prabowo Subianto lantaran punya kepentingan dengan konstituennya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun