Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Begini Cara Google Maps Ikut Sukseskan Asian Games 2018

14 Februari 2018   20:56 Diperbarui: 15 Februari 2018   09:12 2816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bareng dengan Rangga, trakker dari Google Maps. Foto | Dokpri

Di tengah persiapan menghadapi Asian Games yang waktunya semakin dekat, personil Google Maps kini tengah dikerahkan untuk ikut menyukseskan pesta olahraga se-Asia di Jakarta itu pada Agustus 2018.

Loh, apa hubungannya google dengan urusan prestasi olahraga. Apa yang bisa diberikan untuk menyukseskan pesta olahraga dan mendorong tuan rumah Indonesia bisa masuk 10 besar di Asia?

Rasanya sih nggak nyambung. Pikir penulis, bukankah Google Maps hanya mengurusi layanan panduan (jalan) melalui jaringan internet yang dikenal selama ini. Maklum, saya ini termasuk generasi "old". Dan untuk urusan yang menyangkut bidan teknologi informasi tergolong gegab.

Ini peralatan untuk merekam jalan dan lingkungan lokasi agar pengguna Google Maps bertambah terpuaskan. Foto | Dokpri.
Ini peralatan untuk merekam jalan dan lingkungan lokasi agar pengguna Google Maps bertambah terpuaskan. Foto | Dokpri.
Awalnya saya takut menulisnya. Takut disebut, "Joko Tingkir bawa golok, nggak nyambung lah.. goblok. Harusnya Joko Tingkir kan bawa keris sakti mandraguna. Bukan bawa golok. Bukankah begitu?"

Senjata tajam berupa golok kan hanya dipakai di kalangan etnis Betawi. Etnis Jawa lebih akrab dengan senjatanya berupa keris. Jika golog dipakai etnis Jawa untuk senjata, ya tidak terlalu salah sih. Cuma tidak lazim saja.

Tapi, karena personil Google Maps, yang dikenal sebagai 'trakker',  bernama Rangga meyakinkan penulis bahwa manajemen Google kini tengah meningkatkan pelayanan para penggunanya, maka saya memberanikan diri untuk menungkan dalam tulisan ini.

Rabu (14/2/2018) sore, Rangga lewat di kediaman penulis di kawasan jalan sempit. Tepatnya, Jalan Haji Sirun, Ceger, Cipayung, Jakarta Timur. Ia berjalan kaki dengan rangsel di punggung berisi peralatan rekam dengan 12 kamera. Termasuk peralatan rekam dengan dukungan jaringan internet, tentunya.

Jika dipandang dari kejauhan, Rangga seperti berjalan menggendong robot. Sebab, peralatan dan kamera terlihat menyembul di punggung rangsel seperti bola sepak. Ternyata, setelah dicermati dari dekat, pada bagian seperti bola itu di dalamnya terlihat 12 kamera yang mampu merekam dalam waktu bersamaan dalam cakupan 360 derajat.

"Silakan hitung, berapa kameranya?" Rangga minta penulis untuk menghitung.

Saya pun memulai menghitungnya. Tak yakin dengan hitungan yang sudah dilakukan, lalu diulangi.

"Ada sepuluh," jawabku.

"Nggak. Semua ada 12 kamera," jawab Rangga dengan ramah sambil melempar tawa.

Begini, Rangga menjelaskan, tugas seorang trakker adalah merekam jalan-jalan di berbagai lokasi. Benar Google Maps kini sudah menyediakan aplikasi bagi penggunanya tentang petunjuk arah jalan dan dukungan lain dalam pencarian data, tetapi masih harus didukung dengan gambaran (view) yang tepat. Yang ada sekarang tidak terlalu lengkap. Hanya berupa garis-garis.

Itulah tugas seorang trakker dengan dukungan peralatan yang ada di punggung ini, ia menjelaskan. Dulu, Google Maps dimanfaatkan oleh publik sebagai panduan mencari lokasi tertentu. Kini manajemen Google, sejak diluncurkan pada 25 Mei 2007 silam, melengkapi lagi dengan layanan yang disebut Google Street View.

Tepatnya, melalui teknologi yang dimiliki Google, pemandangan dari berbagai posisi -- termasuk jalan-jalan sesempit di sini bisa ditampilkan.

"Saya berjalan kaki, mobil tak bisa masuk. Tapi, kondisi ini harus terekam dengan baik," kata Rangga memberi alasan.

Jalan Haji Sirun sesungguhnya bisa dilintasi mobil, hanya saja karena jalannya berkelok-kelok, Rangga nampaknya tidak ingin terlalu repot dengan kendaraannya. Dengan cara berjalan kaki, kameranya diharapkan bisa merekam lingkungan jalan dan bangunan dengan hasil lebih jernih.

Wawancari Rangga dengan santai. Foto | Dokpri
Wawancari Rangga dengan santai. Foto | Dokpri
Lantas, bagaimana keterkaitan dengan pelaksanaan Asian Games?

Ia menjelaskan, manajemen Google kini tengah mengerahkan personilnya ke berbagai kota besar di Indonesia. Kota-kota besar di Jawa dan Sumatera menjadi prioritas untuk dikunjungi para trakker.

Tapi, lanjut dia, mengingat Asian Games dirasakan makin dekat dan para peserta dari berbagai negara tumplek hadir di Jakarta, maka dukungan penggunaan Google Street View lebih diutamakan.

Selama ini aplikasi Google Maps sudah dimanfaatkan moda transportasi online. Namun ke depan perlu ditingkatkan lagi melalui Google Street View. Teknologi ini diharapkan akan dimanfaatkan para tamu untuk mengetahui dimana lokasi gelanggang pertandingan (venues). Termasuk lokasi lainnya seperti museum, arena, restoran, rumah sakit, serta usaha kecil dengan gambar 360 derajat.

Jadi, kita memang berharap para peserta atau atlet dan juga penonton nanti akan mendapat layanan yang tepat dari pemetaan gambar yang disuguhkan.

Wawancarai Rangga, trakker dari Google Maps. Foto | Dokpri
Wawancarai Rangga, trakker dari Google Maps. Foto | Dokpri
Seperti pernah diungkap penulis di rubrik ini, Indonesia pada pesta olahraga se-Asia itu ditargetkan masuk dalam 10 besar. Tapi Indonesia sebagai tuan rumah diharapkan sukses sebagai penyelenggaraan ini dan mampu merenovasi sejumlah venues.

Winarto, Direktur Utama Pusat Pengelola Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK)  dan Pusat Pengelola Komplek Kemayoran kala bertemu dengan "dedengkot" wartawan olahraga senior, Siwo PWI '80 di Jakarta, menyepakati bahwa  Indonesia sebagai tuan rumah tidak boleh miskin prestasi.

Prestasi sudah menjadi keharusan, namun sukses penyelenggaraan dan renovasi pun harus pula berjalan paralel.

Kita berharap dukungan teknologi informasi kini sangat membantu. Diharapkan pelaksanaan Asian Games di Jakarta nanti berlangsung sukses. Sukses dari sisi prestasi, pelaksanaan dan renovasi.

Dukungan kehadiran information and communication technology (ICT) juga ikut menentukan suksesnya Asian Games di Jakarta itu. Pihaknya kini tengah menyiapkan 18 menara Base Transceiver Station (BTS) di beberapa titik di kawasan Gelora Bung Karno. Belum lagi dukungan fasilitas kerja bagi kalangan jurnalis dari berbagai mancanegara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun