Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Masihkah Kita Abai dengan Pendidikan Anak?

8 Januari 2018   12:55 Diperbarui: 8 Januari 2018   14:38 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah sekolah di pinggiran kota Pontianak, beberapa tahun yang diambil photonya oleh penulis, hingga kini kondisinya masih belum menggembirakan. Foto | Dokpri

Katanya, pendidikan itu investasi bagi bangsa untuk maju. Katanya, generasi pemuda adalah penentu sukses tidaknya bagi bangsa ini untuk maju. Katanya, sekolah penting agar ilmu yang melekat dapat mengubah perjalanan bangsa lebih beradab dan maju. Pendek kata, pendidikan -- dimana pun -- bagi anak sangat penting sekalipun tengah berada di wilayah terjauh.

Para pakar sepakat, pendidikanlah yang dapat menentukan nasib bangsa ke depan. Karenanya, anggarannya pun terus ditingkatkan. Wakil rakyat di lembaga legislatif akan berang manakala dana pendidikan disunat.

Cerita anak negeri terbelakang karena tak mendapat pendidikan sudah sering terdengar. Kenakalan remaja, tawuran dan penyalahgunaan obat terlarang hingga narkoba sudah menjadi hiasan berita sehari-hari. Peristiwa kriminalitas terus saja terjadi dan mencuat jadi konsumsi berita bagi publik. Akar masalahnya, kembali kepada pendidikan.

Penulis yakin bangunan sekolah seperti ini masih banyak dijumpai di luar Jawa. Foto | Dokpri
Penulis yakin bangunan sekolah seperti ini masih banyak dijumpai di luar Jawa. Foto | Dokpri
Anak-anak korban konflik anaretnis di Kalbar beberapa tahun silam, bagaimana nasib pendidikan mereka kini? Foto | Dokpri
Anak-anak korban konflik anaretnis di Kalbar beberapa tahun silam, bagaimana nasib pendidikan mereka kini? Foto | Dokpri
Pendidikan bagi anak tak sekedar dimaknai sebagai mencetak manusia pintar. Tapi juga menciptakan manusia waras hati dan prilaku. Tapi siapa yang peduli ketika anak-anak terlantar kekurangan dukungan biaya untuk sekolah dan bangunan gedung.

Untuk memperbaiki itu semua, muaranya, ya kembali kepada pemerintah. Hanya pemerintahlah bersama anggota dewan terhormat semua itu bisa dilakukan. Termasuk seluruh pemangku kepentingan yang terlibat di dalamnya: orang tua, pihak kementerian terkait, tokoh agama dan masyarakat.

Semua orang sepakat, pendidikan penting. Coba saksikan jika anda bepergian ke daerah pedalaman di luar Pulau Jawa. Masih banyak anak berangkat ke sekolah tanpa mengenakan sepatu. Mereka merasa sayang dengan sepatunya jika dikenakan. Apa lagi saat hujan, mereka cepat melepaskan sepatu dari kakinya lantaran takut cepat rusak.

Itu beru penampilan fisik anak sekolah. Bagaimana dengan lingkungan dan bangunan sekolah. Cerita anak pilu anak menyeberangi sungai di atas jembatan kecil untuk berangkat sekolah sudah sering di dengar di tayangan layar kaca. Demikian juga bangunan sekolah rusak. Pokoknya, masih banyak kisah yang memilukan.

Itu gambaran anak sekolah di dalam negeri. Ketimpangan dukungan fasilitas belajar dan pengajar antarpulau -- di Jawa dan luar Jawa - di Tanah Air masih demikian menyolok. Lantas, apakah kita tetap berpangku tangan dan mendiamkannya terus menerus. Tidak. Tentu ada sesuau yang harus diperbuat.

Lalu, bagaimana pendidikan anak bangsa di sejumlah negara, yang kebetulan orang tuanya mencari nafkah di negeri bersangkutan?

Di sini lebih rumit lagi.

Sekolah Indonesia Jeddah yang masih menyewa. Ke depan, akankah terus menyewa? Foto | Dokpri
Sekolah Indonesia Jeddah yang masih menyewa. Ke depan, akankah terus menyewa? Foto | Dokpri
Kita memang patut bersyukur bahwa sekarang ini dana pendidikan demikian besar mendapat perhatian dari pemerintah seperti mengucurkan dana bantuan operasi sekolah yang dikenal BOS. Tapi, itu belum menyentuh anak-anak TKI di negeri jiran, Malaysia dan Hongkong, misalnya, termasuk di Jeddah, Arab Saudi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun