Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perlukah Menggelar Unjuk Rasa di Kedubes AS?

9 Desember 2017   23:11 Diperbarui: 10 Desember 2017   05:11 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ustaz Abu Anas Abdillah pada pengajian Majelis Taklim As Salam - Ukhuwah Islamiyah Fakultas Hukum Universitas Trisakti Angkatan 20 di kediaman Hj Dina Chozie Jl. Tebet Utara 2 D No. 15 Jakarta Selatan, Sabtu siang (9/12). Foto | Dokpri

Di tengah suasana memanas di berbagai belahan dunia terkait keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, perlukah berbagai kekuatan Ormas Islam di Tanah Air menggelar unjuk rasa di Kedutaan Besar AS?

Dalam suasana kekinian, 'atmosfir' di Ibukota Jakarta dan beberapa kota lainnya di Tanah Air dapat "dibaca" tengah emosional. Marah besar. Sampai-sampai di Masjid Istiqlal Jakarta pun pada shalat Jumat (8/12) kemarin dibarengi pula dengan Qunut Nazilah.

Qunut ini, dalam berbagai literatur, bermakna penting sebagai ungkapan doa yang dipanjatkan saat berdiri dalam shalat (Jumat) apabila terjadi bencana bencana besar yang menimpa kaum muslimin secara massal. Seperti adanya pihak yang memerangi kaum muslimin, kelaparan masal, wabah penyakit atau sebagainya. Termasuk pernyataan Presiden AS itu yang terasa menyakitkan seluruh umat Islam di berbagai negara.

Ibarat sebuah tubuh, bagian kaki terluka maka organ tubuh lainnya akan terasa sakit. Ibarat mata terkena racun dan melukai biji mata hingga tak bisa melihat, maka pergerakan badan menjadi terhambat. Ibarat kaki luka, maka berjalan harus mengenakan tongkat, tentu organ tubuh lain pergerakannya jadi lambat.

Ustaz tengah menjelaskan tentang perlu tidaknya unjuk rasa. Foto | Dokpri
Ustaz tengah menjelaskan tentang perlu tidaknya unjuk rasa. Foto | Dokpri
Serius memperhatikan penjelasan ustaz Abu. Foto | Dokpri
Serius memperhatikan penjelasan ustaz Abu. Foto | Dokpri
Demikianlah gambaran umat Islam yang kini tengah menghadapi tekanan terkait keputusan Donald Trump itu. Namun, pertanyaannya, perlukah umat Islam menggerakan massa dari berbagai daerah berunjuk rasa, sebagai ungkapan rasa kecewa dan menyampaikan uneg-unegnya kepada wakil negeri Paman Sam itu?

Biasanya, dalam beberapa tahun sebelumnya, ada Ormas Islam rajin berujuk rasa tatkala ada secuil saja kebijakan yang menyinggung atau bersinggungan dengan masalah keumatan.

Ustaz Abu Anas Abdillah pada pengajian Majelis Taklim As Salam - Ukhuwah Islamiyah Fakultas Hukum Universitas Trisakti Angkatan 20  di kediaman Hj Dina Chozie Jl. Tebet Utara 2 D No. 15  Jakarta Selatan, Sabtu siang (9/12) sempat menyinggung keputusan Donald Trump yang dianggapnya sangat mengejutkan.

Umat Islam di berbagai belahan bumi mana pun anggota tubuhnya satu dan jika dicubit tentu semua anggota badan merasa sakit, sebut Ustaz Abu. Dan Abu Anas juga sependapat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang merasa dongkol dengan keputusan Trump.

Memang proses perdamaian Palestina-Israel selalu menemui jalan buntu. Terutama jika dilihat perjalanannya di kawasan itu sejak misi perdamaian AS gagal pada April 2014. Dalam kalimat sederhana, pembicaraan damai selalu berujung dengan kebuntuan. Kala Trump mengeluarkan pernyataan itu, tentu saja semua umat Islam merasa tersakiti.

Pernyataan Trump menyebut pemerintahannya juga akan memulai sebuah proses untuk memindahkan kedutaan AS di Tel Aviv ke Yerusalem, yang diperkirakan akan memakan waktu bertahun-tahun, adalah sebuah pernyataan yang menambah buruk catatan proses pedamaian di kawasan Timur Tengah

Mejeng setelah pengajian. Foto | Dokpri
Mejeng setelah pengajian. Foto | Dokpri
Foto bareng | Dokpri
Foto bareng | Dokpri
Namun, seperti disebut ustaz Anas Abdillah, umat Muslim di Tanah Air harus menyerahkan rasa ketidaksukaannya itu kepada pemerintah, kepada para pemimpinnya. Jadi, unjuk rasa tidak perlu digelar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun