Mohon tunggu...
Edy Siswanto
Edy Siswanto Mohon Tunggu... Guru - Doktor Bidang Manajemen Kependidikan dan Ketua Umum Perkumpulan Pendidik Vokasi Indonesia-Ikatan Guru Vokasi Indonesia Maju (PPVI-IGVIM)

Penulis, dan pemerhati politik pendidikan. Pembelajar, berkelana mencari ilmu dan dakwah membangun generasi khairu ummah..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Independensi Seprofesi Orprof Guru, Saling Menghormati, Menjadikan Organisasi Kuat dan Modern

18 Oktober 2020   15:35 Diperbarui: 22 Januari 2021   18:17 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bermula dari bagaimana perilaku individu dalam organisasi, banyak ragam pendapat dan latar belakang, bahkan sampai kepada perbedaan yang dikhawatirkan terjadi perpecahan dan melemahnya organisasi. 

Jika tidak dimanajemen dengan baik, sebagai organisasi intelektual, hendaknya dalam aktifitasnya mengedepankan budaya dan nalar akademik. Semuanya dalam menyampaikan ide, gagasan, postingan dengan etika berkomunikasi yang bermartabat dan kesopanan, menghormati dan saling menghargai, dengan sesuai aturan.

Dalam ranah perilaku individu pada organisasi bisa saling mempengaruhi satu sama lain. Organisasi yang dibangun dengan "mencekam" tak ada dialog partisipatif dan taransparantif akan muncul "swak sangka" persepsi negatif berujung konflik internal, baik horisontal maupun vertikal.

Diperlukan kedewasaan individu dan perilaku matang dalam berorganisasi. Kedepankan dialog dan argumen yang logis. Beda pendapat hal biasa. Budaya ini yang sudah dicontohkan pendahulu kita. 

Lihat bagaimana pertentangan sangat keras Soekarno dan Natsir. Berujung dibubarkannya Masyumi lewat tangan kekuasaan teman seperjuangannya sendiri. Bahkan sampai dipenjarakannya Natsir. Mereka berdua adalah tokoh bangsa selalu yang berdebat keras, mengenai bagaimana seharusnya peran agama dalam kehidupan negara. 

Bung karno dengan wataknya yang keras bersikukuh bahwa antara agama dengan negara haruslah dipisahkan (Sekuler), urusan agama menurutnya adalah urusan individu/privat, antara manusia dengan tuhannya. 

Bung Karno tidak mau membawa agama di dalam perjuangannya, menganggap cukup dengan nasionalisme saja, karena kalau membawa-bawa agama akan bercerai-berai.

Namun Natsir memiliki pandangan yang berbeda dari Bung Karno, Natsir berpendapat bahwa agama dan negara tidak boleh dipisahkan, menyatu agama dan negara adalah dua hal yang harus sejalan. Natsir berpendapat untuk mencapai kemerdekaan, tidak cukup hanya dengan nasionalisme. Dorongan agama Islam, jauh lebih kuat.

Dari perbedaan pendapat tersebut, Natsir dan Bung Karno tetap berteman dekat, Natsir tidak pernah menghujat Bung Karno denga menyebutnya atheis, begitu sebaliknya Bung Karno tetap menganggap Natsir adalah kawan baiknya.

Waktu Bung Karno ditangkap, diadili dan dipenjara di Sukamiskin, yang pertama kali menjenguk Bung Karno di penjara adalah kelompok Natsir. Kelompok yang tidak sepaham dengan gagasan Bung Karno. 

Bukan orang-orang PNI yang pertama kali menjenguk Bung Karno. Ketika Bung Karno dibuang ke Ende, Nusa Tenggara Timur, kelompok Natsir pula yang mengirimi Bung Karno buku-buku bacaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun