Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pekerja swasta dibidang teknik sipil, tinggal di daerah Depok, sangat suka menulis...apalagi kalau banyak waktunya, lahir di Jakarta (1960), suka sekali memberikan komentar, suka jalan-jalan....jalan kaki lho, naik gunung, berlayar....dan suka sekali belajar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Membatik Sendiri Berarti Telah Ikut Melestarikan Budaya Bangsa

20 Mei 2011   10:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:25 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membatik saat ini sudah sangat digemari oleh banyak orang, di Indonesia bahkan hingga ke negara lain di dunia. Motifnya terus dikembangkan dan kreatifitas busanapun semakin beragam. Pada tanggaL 2 Oktober 2009 yang lalu UNESCO telah menetapkan Batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non bendawi (masterpieces of the oral and intangible heritage of humanity).

Kesenian batik itu sendiri sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit dan sejak zaman itu batik dikenalkan hingga berlanjut ke generasi-generasi berikutnya. Sejarahnya, bahwa teknik membatik itu telah dikenalkan dari India pada abad ke-6. Dan pada zaman raja-raja dahulu terutama budaya Jawa seperti keraton Yogyakarta dan Surakarta, motif batik hanya digunakan khusus kalangan keluarga kerajaan saja. Kemudian pengikut kerajaan yang tinggal di luar keraton ikut membatik dengan bahan pewarna tumbuh-tumbuhan seperti dari pohon soga, nila, mengkudu, tinggi dan soda abu, juga tanah lumpur sebagai garamnya. Batik Indonesia dikenal dari Solo, Yogyakarta, Pekalongan dan Cirebon.

Pada zaman sekarang ini kerterampilan membatik dapat dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga. Baru-baru ini keterampilan membatik telah dilaksanakan oleh para ibu-ibu di Depok. Dalam rangka menyongsong hari kebangkitan nasional yang ke 103 tahun ini, sejumlah ibu-ibu rumah tangga bergabung dalam PKK Kelurahan Pondok Petir, Bojongsari, Kota Depok menggelar pelatihan membatik dalam program keterampilan Kelompok Kerja 2. Pelatihan tersebut telah dimulai sejak tanggal 18 Mei 2011 yang lalu. Agar pelatihan bisa maksimal, pelatihnya pun didatangkan langsung dari Museum Tekstil Indonesia. Natalia seorang instruktur dari Museum Tekstil tersebut telah mengajarkan para ibu-ibu di Kelurahan Pondok Petir tersebut.

Mereka membatik diatas sehelai kain yang telah memiliki pola sambil bercanda ria. Sesekali ibu-ibu tersebut meniup alat batiknya yang berupa canting berbentuk seperti mangkuk berujung lancip berisikan lilin cair berwarna coklat seperti tinta. Setelah selesai membuat satu motif, canting dimasukkan ke dalam wadah/bejana seperti penggorengan kecil, berisi malam atau lilin cair yang berada diatas kompor pemanas kecil sebesar kaleng susu ukuran sedang. Itulah gambaran kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan oleh para ibu-ibu rumah tangga tersebut.

Menurut cerita para peserta pelatihan itu, dari sekitar 15 peserta yang telah bergabung dalam kegiatan tersebut, ternyata mereka belum pernah mengikuti kursus membatik. Bahkan ada yang sama sekali tidak mengenal cara membatik. Namun mereka optimis kalau mereka akan mampu membatik sendiri setelah mengikuti pelatihan ini. Sebab para peserta terlihat sangat antusias mengikuti setiap pemaparan dari pelatih.

Menariknya lagi masing-masing peserta membatik di selembar kain yang akan menjadi bahan membuat baju. Jika berhasil membuat pola yang cantik maka tentunya mereka akan memiliki baju batik buatan sendiri. Paket pelajaran membatik yang diajarkan Natalia tersebut adalah Membuat Motif, Teknik Membatik dan Perlakuan terhadap Kain Batik.

Menurut Natalia, bahwa dengan kita membatik berarti kita telah melestarikan budaya bangsa melalui pengenalan terhadap seni batik. Penyelenggaraan pelatihan membatik yang dilaksanakan oleh PKK Kelurahan Pondok Petir tersebut selain memang dalam rangka melestarikan budaya bangsa juga adalah bagian dari upaya menarik minat masyarakat terhadap pembuatan batik karena Negara kita adalah Negara Batik.

Contoh motif yang digunakan dalam pelatihan tersebut adalah koleksi dari Museum Tekstil Jl. KS Tubun No.4 Tanah Abang Jakarta Pusat. Menurut Natalia ada banyak sekali motif di Museum Tekstil tersebut. Disana kita dapat belajar atau ikut pelatihan secara gratis atau tidak dipungut biaya tambahan sama sekali dan pelatihan ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2000 yang lalu. Pembuatan pola juga telah bebaskan, ibu-ibu bisa bereksplorasi sendiri sesuai kemampuannya. Belajar membatik itu kuncinya adalah memiliki persepsi positif. Kalau dari awal sudah ditanam kesan membatik itu sulit maka akan menjadi benar-benar sulit. Sementara menjadi pembatik professional sebenarnya tidak dibutuhkan orang yang berbakat. Apalagi saat ini berbagai macam teknik dalam membatik bisa dilakukan. Ada batik tulis, batik cap, printing dan lainnya. Untuk tahap awal pengenalan membatik ini yang diajarkan adalah batik tulis dan cara bagaimana menorehkan malam atau lilin di atas kain.

Sementara salah satu peserta pelatihan tersebut, Ibu Rahmayanti menuturkan, bahwa untuk tahapan membuat pola bukan hal susah baginya karena ia sudah terbiasa menggambar atau membuat pola. Hanya saja saat menorehkan lilin ke atas kain akan menjadi pengalaman yang paling berkesan bagi dirinya. Ia juga berharap bisa memiliki keterampilan membatik untuk mengisi waktu luang di rumah.

Masyarakat Indonesia sendiri telah menunjukkan kebanggaannya terhadap batik yaitu selalu mengenakan baju atau pakaian batik pada setiap hari Jumat sebagai kekompakan yang sangat menarik demi penghargaan terhadap kebudayaan bangsa. Mudah-mudahan dengan adanya pelatihan seperti ini kita semua dapat mengenal secara baik budaya bangsa kita sendiri. Dan tentunya dengan membatik sendiri berarti sekaligus kita telah turut berpartisipasi melestarikan budaya bangsa.-

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun