Mohon tunggu...
edy mulyadi
edy mulyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Media Trainer,Konsultan/Praktisi PR

masih jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mahathir, Rizal Ramli, dan Pulau Malaria

21 Juni 2018   14:29 Diperbarui: 24 Juni 2018   11:36 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

"Kalau saya jadi Presiden, pada hari pertama saya akan tangkap 100 orang Indonesia paling brengsek. Saya akan kirim mereka ke pulau bernyamuk malaria, di selatan Kalimantan," ujar Rizal Ramli.

Pernyataan itu disampaikan pria yang akrab disapa RR saat melepas rombongan acara Pulang Basamo Ikatan Warga Saniangbaka (IWS), Sumatera Barat, di halaman masjid At Tin, Jakarta Timur, Ahad (17/6). Acara mudik bareng diikuti 16 bus dan lebih dari 400 kendaraan pribadi. Mereka akan konvoi sepanjang perjalanan. Di tempat tujuan, rencananya, rombongan akan disambut Gubernur Sumbar dan Bupati Solok.

Sejatinya, ucapan itu bukan barang baru. Rizal Ramli sudah sering mengulang-ulang pernyataan tersebut di banyak tempat dan kesempatan. Sejak mendeklarasikan diri sebagai Calon Presiden periode 2019-2024 di halaman belakang rumahnya di bilangan Bangka, Jakarta Selatan, pada 5 Maret silam, entah sudah berapa belas kali dia lakukan itu. 

Dan, seperti juga Ahad kemarin, setiap dia menyampaikan pernyataan tersebut selalu saja disambut gelak tawa hadirin. Entah, apa yang terjadi pada mereka. Mungkin, para audien berpikir RR tengah melucu.

Benarkah Rizal Ramli tengah melucu? Saya yakin, haqqul yaqin, tidak. Tokoh nasional yang pernah menjadi anggota tim panel ahli Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bersama dua penerima hadiah nobel ekonomi itu, saya rasa, serius dengan pernyataannya. Ya, Rizal Ramli sungguh-sungguh akan menggiring 100 orang Indonesia paling brengsek ke pulau bernyamuk malaria.

Mahathir dan Najib
Dari negeri jiran, 9 Mei silam, Malaysia, Mahathir Muhammad memenangi Pemilihan Raya (Pemilu). Politisi gaek berusia 93 tahun itu berhasil menumbangkan kekuasaan otoriter dan korup Perdana Menteri Najib Razak yang telah berkuasa selama satu dasawarsa.

Hal mengejutkan yang dilakukan Mahathir yang juga mantan PM Malaysia itu adalah, sehari berikutnya dia langsung melarang Najib meninggalkan negeri. Bahkan, dia juga memerintahkan aparat hukum menggeledah dan menyita harta millik Najib. Malaysia pun goncang. Belum pernah dalam sejarah negeri anggota persemakmuran Inggris itu memperlakukan mantan pemimpinnya sedemikian rupa.

Malaysia memang punya hukum tegas terhadap tersangka kasus korupsi. Maka, sejak 18 Mei sampai 10 hari berikutnya rakyat Malaysia disuguhi aksi aparat hukum yang mengangkut bertas-tas uang, barang-barang mewah, lusinan tas berharga mahal, dan mobil milik Najib serta sang istri. Semua uang dan barang yang disita karena diduga didapat dari korupsi tersebut. Mereka diangkut dengan lima truk polisi. Polisi mengaku butuh waktu tiga hari untuk menghitung tuntas seluruh uang serta nilai barang yang disita.

Gerangan pesan apa yang hendak Mahathir sampaikan? Hukum harus ditegakkan, tanpa pandang bulu. Dr M ingin menunjukkan kepada rakyat Malaysia bahkan dunia, bahwa ketegasan juga berlaku bagi mantan perdana menteri yang baru lengser. Setiap pelaku kejahatan, apalagi jika magnitudo kerusakannya begitu luas, harus mendapat balasan setimpal. Korupsi, apalagi dilakukan kepala negara, adalah kejahatan luar biasa yang harus mendapat sanksi luar biasa pula.

Reformasi 1998
Adakah Rizal Ramli terinsipirasi pada gebrakan Mahathir? Tentu tidak. Mahathir baru memenangi Pemilu pada 9 Mei 2018. Sementara Menko Ekuin era Abdurrahman Wahid itu langsung menyatakan akan mengirim 100 orang Indonesia paling brengsek ke pulau yang dihuni nyamuk malaria pada 5 Maret 2018, saat dia mendeklarasikan diri sebagai Capres.

Sepertinya pria yang dikenal sebagai tokoh pergerakan sejak mahasiswa 40 tahun lalu itu hendak belajar dari reformasi 1998. Gerakan mahasiswa dan seluruh elemen rakyat tersebut memang berhasil menumbangkan Soeharto yang telah berkuasa lebih dari 32 tahun. Ada aroma kemenangan merebak ke segala penjuru atmosfir Indonesia. Ada kebanggaan memenuhi tiap dada rakyat yang ingin perubahan. Ada eforia yang bergelora di situ. Tapi, ternyata ada yang luput dari sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun