Mohon tunggu...
edy mulyadi
edy mulyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Media Trainer,Konsultan/Praktisi PR

masih jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Money

Aneh, Menkeu Kok Melawan Presiden!

12 Oktober 2017   18:32 Diperbarui: 12 Oktober 2017   18:40 1296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Insubordinasi

Tapi, terlepas benar-tidaknya kemungkinan 'keseleo lidah' dan 'testimoni' tadi, satu hal yang pasti; bahwa Sri memang benar-benar pejuang neolib yang tangguh. Fakta dan kenyataan bahwa Bank Dunia (juga IMF dan ADB) yang gagal mendiagnosis dan meresepkan obat bagi banyak negara, toh tidak mampu membuatnya 'pindah ke lain hati'. Dia tetaplah seorang neolib sejati.

Sampai di sini sebenarnya ada persoalan yang sangat serius. Bagaimana mungkin menteri bisa terus-terusan berseberangan bahkan berlawanan dengan Presiden yang menjadi bosnya? Sri yang neolib telah melawan Presidennya. Sri terus-menerus melakukan insubordinasi kepada atasannya.

Masih ingat pada pembukaan Konferensi Asia-Afrika, 22 April 2015 silam? Saat itu, Jokowi mengkritik pandangan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya dapat diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF, dan ADB. Berikut ini saya kutipkan beberapa bagian dari pidato Presiden tersebut:

"Saya berpendirian pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa diserahkan hanya kepada tiga lembaga keuangan internasional itu. Kita wajib membangun sebuah tatanan ekonomi dunia baru yang terbuka bagi kekuatan-kekuatan ekonomi baru. Kita mendesak dilakukannya reformasi arsitektur keuangan global untuk menghilangkan dominasi kelompok negara atas negara-negara lain."

Pidato Jokowi itu langsung mendapat sambutan tepuk tangan meriah dari para hadirin. Jangan lupa, KAA dihadiri 21 kepala negara dan kepala pemerintahan. Mereka di antaranya Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Presiden Kamboja Hun Sen, Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, dan Raja Yordania Abdullah II.

Seperti belum cukup, Jokowi kembali menegaskan sikapnya saat malamnya menjamu delegasi KAA dalam acara gala dinnerdi Istana Merdeka, Jakarta. Sekitar 42 kepala negara dan perwakilan negara hadir dalam acara yang dimulai pukul 20.00 WIB itu. Malam itu, antara lain Presiden menyatakan:

"Ketidakadilan global terasa ketika sekelompok negara enggan mengakui realita dunia yang sudah berubah. Pandangan yang mengatakan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya dapat diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF, dan ADB adalah pandangan yang usang, yang perlu dibuang. Pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa diserahkan hanya kepada tiga lembaga keuangan internasional; Bank Dunia, Dana Moneter Internasional, dan Bank Pembangunan Asia."

Sungguh sebuah pernyataan yang amat lugas. Sebuah gugatan yang terang-benderang dari seorang Presiden terhadap dominasi trio simbol neolib dunia. Maka sangat mengherankan, bagaimana mungkin Sri masih saja kopeg alias keras kepala dengan neolibnya? Dan yang lebih mengherankan lagi, bagaimana mungkin seorang neolib sejati semacam Sri bisa tetap bertahan sebagai Menkeu di dalam kabinet yang menasbihkan diri pewaris serta pengusung ideologi Tri Sakti Soekarno dan Nawacita. Aneh, benar-benar aneh! (*)

Jakarta, 12 Oktober 2017

Edy Mulyadi, Direktur Program Ce bntre for Economic and Demnocracy Studies (CEDeS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun