Mohon tunggu...
Edwin Rahmat
Edwin Rahmat Mohon Tunggu... Dosen - Magister Ekonomi Perbankan Syariah

Pengajar di Jurusan Perbankan Syariah UIA Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Money

Falsafah Ekonomi Islam

15 Januari 2019   01:04 Diperbarui: 14 Februari 2019   05:40 4988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tulisan kali ini penulis mencoba mereview sekaligus sedikit merangkum satu buku yang sangat bagus dalam memahami konsep falsafah ekonomi islam yang berjudul Filsafat Ekonomi Islam yang ditulis oleh Prof. Dr. Musa Asy'arie. Buku ini sangat menarik karena menjelaskan bagaimana mengenal Ekonomi Islam secara komprehensif, dengan menggunakan bahasa akademis yang memiliki landasan rasionalitas sehingga mudah dipahami. Tetapi tidak menghilangkan aspek ritualitas, karena dalam beragama tidak semua ajarannya bersifat rasional dan bisa memuaskan secara intelektual. Pengalaman dalam beragama bukan hanya bisa diliat secara fisik melainkan juga pengalaman batin, karna hal tersebut merupakan sebagai proses berhubungan dengan Tuhan. Pada titik ini, akal manusia dan batas rasionalitas itu berhenti. Beragama adalah hidayah yang diberikan Tuhan, suatu pangilan dan penyerahan diri kepada Tuhannya.

Jika kita berbicara falsafah maka kita akan mengkaji sebuah ilmu secara umum dan mendasar. Landasan falsafah ekonomi Islam tentu saja Al Quran dan Hadist Rasulullah SAW. Sebagai umat Islam kita di haruskan mengikuti petunjuk Nya melalui kedua hal tersebut,  karena  Pada tahap kepasrahan, kepatuhan dan ketaatan otentik manusia kepada hukum-hukum Nya, ketika itulah seseorang mencapai tingkat ke Islaman yang tinggi. Tidak dianggap Muslim jika seseorang tidak mempercayai keduanya, karena memverifikasi kebenaran dalam Islam hanya melalui dua hal yang menjadi landasan falsafah dalam beragama Islam.

Islam sesungguhnya didasarkan pada prinsip Tauhid (satu), yaitu prinsip bahwa Allah menjadi pusat kehidupan dan kematian, yang menjadi awal dan akhir segala sesuatu adalah Tuhan yang satu. Prinsip ketuhanan inilah yang pertama kali diajarkan Rasulullah SAW kepada umatnya. Prinsip inilah pada saat Rasulullah diangkat menjadi Rasul pada periode makkah untuk membersihkan Tauhid dari unsur kemusyrikan (menyembah selain Tuhan yang satu). Dalam buku ini dijelaskan bahwa prinsip tauhid tidak hanya berdimensi teologis (aspek keagamaan) tetapi juga tauhid multidimensional (berbagai aspek dalam kehidupan), yang meliputi dimensi teologi (aspek keagamaan), dimensi kosmologis (alam semesta dan yang ada di dalamnya) dan dimensi antropologis (aspek hubungan/prilaku sosial) yang akan menjadi landasan untuk memahami dan merumuskan ekonomi islam. 

Ekonomi islam tidak bisa dilepaskan dari dimensi teologis (keagamaan) karena prilaku ekonomi dalam Islam pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia sebagai ciptaan Allah. Sebagai hamba Allah, maka kegiatan ekonomi dalam islam adalah bagian dari penghambaan manusia kepada Tuhannya.

Ekonomi dalam perspektif islam adalah kesatuan dalam keanekaragaman. Kesatuan ekonomi islam ada dalam tujuannya, yaitu menciptakan kesejahteraan, keadilan dan pemerataan sebagai wujud amal salih atau kesalihan sosial. Keanekaragamannya ada pada aktualisasi (kemampuan memandang suatu hal) dalam ruang kosmik (alam semesta) secara berbeda, seperti ada yang berbasis bebatuan, ada yang berbasis dibumi dan ada pula yang berbasis langit. Bentuk ekonomi islam juga dilakukan oleh muslim berbeda satu sama lainnya, baik kapasitas, keahlian maupun konsep pemikirannya.

Trilogi Ekonomi Islam

Dimensi ekonomi dalam islam pada dasarnya tidak bisa di lepasan dari integralisme (satu kesatuan) tauhid dalam realitas kegiatan ekonomi  dan bisnis. Integralisme tauhid teologi, tauhid kosmologi dan tauhid antropologi menjadi landasan konsep ekonomi dalam islam. 

Tauhid teologi dengan jelas memberikan landasan pemikiran bahwa Tuhanlah yang menciptakan alam semesra dan manusia, dan keduanya merupakan dasar realisasi kegiatan ekonomi yang ada. Tidak pernah ada kegiatan ekonomi yang berada di luar kosmik, dan juga tidak pernah ada kegiatan ekonomi tanpa keberadaan manusia.

Ekonomi islam didasarkan pada beberapa prinsip. Pertama, ekonomi islam menolak pemutlakan dalam kepemilikan karena semua kepemilikan seseorang sebenarnya diperoleh melalui proses yang melibatkan kekuatan diluar dirinya, baik kejadian dan kelahirannya di dunia ini, ruang kosmik di mana kegiatan ekonomi berlangsung, ataupun realisasi kegiatan ekonomi yang melibatkan orang lain di dalamnya. Kedua, ekonomi islam menolak pemusatan peredaran uang yang hanya berada di kelompok tertentu saja yang akibatnya mempertajam kesenjangan yang kaya semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin dan terpinggirkan. Ketiga, ekonomi islam didasarkan pada prinsip keadilan dan pemerataan untuk kesejahteraan dan kemakmuran bersama. Keempat, ekonomi islam bertujuan untuk menjaga martabat dan harga diri manusia sebagaimana ditegaskan dalam maqashid al syar'iah (tujuan hukum islam). Kelima, ekonomi islam menempatkan kreatifitas dan tekhnologi untuk kemaslahatan hidup bersama. Keenam, ekonomi islam untuk mengembangkan jiwa entrepreneur sebagai jalan untuk mengatasi kemiskinan. Ketujuh ekonomi islam mengajarkan kehrusan untuk mencari rizki yang halal, thayyib (baik), manfaat, dan berkah karena keyakinan kelak di akhirat akan dimintai pertanggung jawaban atas rizki yang didapat.

Oleh karna itu adanya prinsip-prinsip dasar tersebut harus menjadi landasan bangunan sistemik ekonomi islam bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik yang berkaitan dengan pangan, papan dan pakaian, tetapi juga kebutuhan rohani agar manusia dapat memperoleh kebahagiaan lahir dan batin, seimbang dan harmonis untuk mejalani kehidupan secara layak dan bermartabat.

Teologi ekonomi Islam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun