Mohon tunggu...
Edwin C
Edwin C Mohon Tunggu... Sales - Belajar menuangkan sesuatu melalui tulisan

Membaca, fotografi dan musik bergenre klasik dan oldies :) Marketing back ground. Alumni S2 Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma. X : @winchrist69 IG : @winchrist69

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Tak Ku Tahu Kan Hari Esok", Sebuah Renungan

3 November 2019   03:03 Diperbarui: 24 Juni 2021   19:42 1901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tak Ku Tahu Kan Hari Esok (sumber gambar: cawanhikmat.blogspot.com)

"Tak Ku Tahu Kan Hari Esok. Sepenggal liriknya tiba-tiba hadir dan merasuk dalam benak saya pagi subuh ini"

Tak Ku Tahu Kan Hari Esok

1. Tak ku tahu kan hari esok,
namun langkahku tegap
Bukan surya kuharapkan,
karena surya kan lenyap.
O tiada ku gelisah,
akan masa menjelang;
ku berjalan serta Yesus.
Maka hatiku tenang.

Baca juga : PKJS-UI Bersama IPPNU Melaksanakan Seminar dan Deklarasi Online Dalam Melindungi Anak dan Remaja dari Target Industri Rokok

Refrein:
Banyak hal tak kufahami
dalam masa menjelang.
Tapi t'rang bagiku ini:
Tangan Tuhan yang pegang.

3. Tak ku tahu kan hari esok,
mungkin langit kan gelap.
Tapi Dia yang berkasihan,
melindungi ku tetap.
Meski susah perjalanan,
g'lombang dunia menderu,
dipimpinNya ku bertahan
sampai akhir langkahku.

Pelengkap Kidung Jemaat (PKJ) 241 bait 1 dan 3 

Sepenggal lirik diatas tiba-tiba hadir dan merasuk dalam benak saya pagi subuh ini. Saat saya sedang asik membaca Kompasiana untuk mengisi kejenuhan  saya dalam menulis thesis yang tidak kunjung selesai padahal jadwal sidang sudah mendekat. Seperti biasa, saat saya sedang berada didepan laptop selalu ada musik dan kopi yang menemani kerja penulisan saya. 

Berhubung ini sudah masuk hari Minggu dan untuk selalu mengingatkan bahwa tetap harus beribadah sesibuk apapun kita, maka saya memutar musik rohani dari gawai saya. Dan, munculah lagu tersebut diatas yang membuat saya tercenung dan jadi ingin menulis.

Baca juga :Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun