Mohon tunggu...
Edwin Sholeh Rahmanullah
Edwin Sholeh Rahmanullah Mohon Tunggu... Insinyur - Green Technology antusiast and share idea...

Ideation, ideas for nation... Hanya sekumpulan ide untuk bangsa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan di Tengah Pandemi

12 April 2020   20:11 Diperbarui: 12 April 2020   20:17 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pandemi ini telah merubah banyak hal dalam kehidupan kita sehari-hari. Berikut beberapa catatan yang mungkin bisa jadi pelajaran ke depan.

1. Belajar dari rumah. Di tengah pandemi ini pemerintah menerapkan belajar dari rumah untuk seluruh jenjang pendidikan dari dasar, menengah sampai tinggi. Untuk pendidikan dasar, hal ini seperti mengingatkan kembali kepada para orang tua bahwa tanggung jawab pendidikan anak tidak selesai dengan menyerahkan anak ke guru di sekolah. 

Banyak orang tua yang mengeluh harus membimbing anak-anaknya mengerjakan tugas belajar. Hal ini seperti menyadarkan kita semua bahwa pendidikan dasar selayaknya berawal dari rumah dan orang tua.

Namun, memang untuk pendidikan dasar ada hal-hal yang tidak bisa diterapkan 100% melalui belajar dari rumah, ada saat-saat diperlukan bagi anak-anak adalah pendidikan bersosialisasi dan berinteraksi. Ketika ditanyakan ke anak-anak kita, apa yang mereka rindukan dari sekolah, jawabannya sebagian besar adalah bermain dengan teman-teman mereka, bukan belajar di sekolah.

Karena sepertinya memang mereka masih bisa mempelajari banyak hal dari rumah, tapi berinteraksi dan bersosialisasi tidak mereka dapatkan dengan hanya belajar dari rumah. Patut dicatat bahwa di tengah pandemi ini yang memaksa anak-anak kita belajar dari rumah, ternyata ada peluang bahwa metode pendidikan kita sepertinya tidak perlu 100% harus pergi ke sekolah.

Tentu ini peluang untuk menjadikan system pendidikan yang lebih efisien, dan tentunya akan lebih efisien juga bagi system bermasyarakat kita. Kebutuhan tarnasportasi akan lebih menurun, kemacetan dapat ditekan, tentu ada efisiensi ekonomi dan dampak lingkungan dapat ditekan. Akan tetapi sepertinya perlu dicatat bahwa prosentase belajar dari rumah tentu berjenjang dari tingkat dasar sampai tinggi.

Semakin tinggi jenjang pendidikan sepertinya prosentase belajar jarak jauh atau belajar dari rumahnya dapat ditingkatkan bahkan mendekati 100%. Tentu untuk catatan ini sepertinya akan dapat segera diterapkan dan mengilhami Menteri Pendidikan kita saat ini yang memiliki latar belakang technopreneur.

Tapi di sisi lain ada catatan juga mengenai belum meratanya akses terhadap teknologi informasi di Indonesia, yang berdampak tentu saja tidak mungkin penerapan belajar jarak jauh atau belajar dari rumah ini di seluruh wilayah Indonesia.

Ada catatan penting di saat pandemi ini, bagaimana anak-anak dari kalangan kurang mampu saat ini mereka belajar? Apakah ke depan akan muncul semacap gap pendidikan antar jenjang ekonomi, yang imbasnya akan memperlebar jarak kesenjangan sosial kita ke depan. Sebuah hal yang tentu saja tidak boleh dilupakan dan harus segera dicari solusinya segera begitu pandemi ini berakhir.

2. Bekerja dari rumah. Ternyata dengan dipaksa bekerja dari rumah, muncul banyak kreatifitas pada cara kita bekerja. Tiba-tiba setiap orang menjadi familiar dengan telemeeting. Ternyata kita menjadi sadar banyak hal yang kurang efektif dan efisien dari cara kita bekerja selama ini. Banyak hal yang bisa disederhanakan, sehingga menjadi lebih mudah, semudah dapat dikerjakan dari rumah.

Sekarang setiap kantor dan perusahaan tiba-tiba bergaya millenial, bergaya start up, yang simple, praktis, cepat dan efisien. Tentu masih perlu diuji di kondisi ekonomi yang normal, apakah cara kerja ini masih dapat mengejar loading kerja pada kondisi normal. Tapi setidaknya sekarang harusnya semua tersadar bahwa banyak hal yang kurang efektif dan efisien di cara kerjanya.

Tentu saja juga tidak mungkin 100% pekerjaan dapat dikerjakan dari rumah, perlu waktu-waktu tertentu untuk bertemu langsung. Banyak juga type-type pekerjaan yang sama sekali tidak mungkin dikerjakan dari rumah, seperti manufakturing, pabrik, layanan  restoran, dan lainnya. 

Namun, banyak fungsi supporting dari perusahaan-perusahaan tersebut yang masih memungkinkan untuk dikerjakan dari jauh, dari rumah, atau dari mana saja. Hal ini bisa menjadi gelombang revolusi bagi cara kita bekerja, berbisnis dan berusaha.

Kebutuhan akan office atau kantor secara fisik akan jauh berkurang, kebutuhan transportasi tentu akan juga berkurang, karena kebutuhan orang untuk berpindah dari satu titik ke titik lain secara rutin dan reguler akan berkurang. Banyak dampak menarik ke depan.  

3. Beribadah dari rumah. Yang ini harusnya mungkin jauh lebih berat bagi sebagian besar masyarakat Indonesia yang katanya Agamis, apapun agamanya. Berat untuk tidak beribadah bersama-sama di tempat ibadah.

Namun, setidaknya ini mengingatkan kembali pada kita dasar dari berketuhanan, bahwa beribadah tidak mengenal sekat waktu dan tempat, setiap saat dan dimanapun kita seharusnya mengingat Tuhan kita. Menjadikan Tuhan sebagai tempat bersandar dan mengingatkan kita untuk berbuat baik setiap saat, dimanapun.

4. PHBS. Pola hidup bersih dan sehat. Hal dasar yang dari sejak dulu sudah diajarkan dari SD, tapi banyak yang lupa, banyak yang lalai dan banyak yang tidak disiplin. Cuci tangan, makan makanan bergizi, bervitamin, minum banyak air putih, berolah raga, beristirahat yang cukup, sampai pada etika saat bersin dan batuk. Pandemi ini kembali mengingatkan kita ke hal-hal dasar yang selama ini kita lupakan.

5. Jaga jarak, Phisical Distancing. Ini juga cukup berat bagi orang Indonesia yang cenderung komunal, bergotong royong, guyub dan senang berkumpul. Tapi pada titik tertentu sebenarnya ini juga akan mengajarkan kepada kita akan zona privasi seseorang. Pada kondisi tertentu kadang masyarakat kita kurang menghormati zona privasi orang lain, misalnya saat mengantri, cenderung berdesakan kadang sampai berhimpit.

6. Berkumpul bersama keluarga. Pandemi ini kembali menyadarkan hal yang mungkin banyak terlewatkan dari berkumpul bersama keluarga. Bahwa semua hal berawal dari keluarga, bahkan tujuan kita selama ini sibuk bekerja adalah keluarga.

Banyak hal yang berubah dan merubah kita saat pandemi, ada hal yang berat dan menyulitkan bagi kita. Tapi manusia yang dikaruniai akal banyak cara yang bisa kita tempuh untuk bertahan, dengan menjadi lebih kreatif. Pandemi ini akan menaikkan level kemanusiaan kita pada level yang lebih baik, jika kita mampu memanfaatkannya.

Membuat segala aspek kehidupan menjadi lebih efektif, sehingga bumi lebih sedikit disedot sumber daya nya dan menjadikan bumi lebih nyaman untuk ditinggali bagi umat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun