Mohon tunggu...
Edward Christopher Yo
Edward Christopher Yo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Edward Yo adalah seorang mahasiswa yang sedang menempuh studi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ia percaya bahwa setiap orang, baik muda maupun tua, punya sebuah cerita tentang hidup yang layak dibagikan dengan orang lain. Laman ini adalah sebuah wadah bagi saya untuk belajar menulis dan bercerita dengan lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Harapan Terwujudnya Masyarakat Digital Indonesia Pasca COVID-19

11 Mei 2020   18:06 Diperbarui: 12 Mei 2020   19:41 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14,032. Angka tersebut adalah jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia per tanggal 10 Mei 2020. Sebuah virus yang ukurannya tidak lebih besar dari biji selasih telah membuat geger satu dunia, membuat aktivitas ekonomi global terjun bebas, dan mungkin telah merenggut nyawa orang-orang yang kita sayangi. 

Ketika dihadapkan pada isu global yang belum mempunyai solusi, sebagai contoh vaksin, banyak sekali keputusan gegabah dan kontroversial terpaksa diambil oleh berbagai negara. Bahkan di Amerika, negara yang dianggap sebagai leader of the free world, angka pengangguran telah mencapai 14.7% dan keresahan masyarakat tersebar di seluruh penjuru. Negara kita pun juga merasakan dampak yang tidak kalah hebatnya. Namun, bila kita coba telaah dari sudut pandang lain, apakah tidak ada sama sekali hal baik yang bisa dipetik pasca-pandemi COVID-19?

Jawabannya, menurut saya, adalah tentu ada. Mungkin banyak dari kita telah mendengar kabar tentang meningkatnya kualitas udara semenjak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berlangsung. Selain itu, di Kepulauan Seribu, jumlah sampah menurun drastis dari 777,82 ton sebelum pandemi menjadi 359,85 ton setelah karantina wilayah diterapkan. Memang, pengaruh positif tersebut terhadap lingkungan sepertinya hanya bersifat sementara sampai laju perekonomian kembali meroket demi mengejar ketertinggalan. Namun, ada satu keuntungan jangka panjang yang belum banyak dibahas: kemajuan literasi digital di Indonesia. 

Literasi digital adalah keterampilan untuk memanfaatkan perangkat digital dan jaringan Internet dalam pencarian informasi, komunikasi, serta pengembangan nalar. Di era Internet dan media sosial, kemampuan memanfaatkan teknologi akan memberikan kesempatan yang luas bagi kita dalam beradaptasi, berinteraksi dengan orang lain, menempuh pendidikan berkualitas, serta mengembangkan diri. 

Sampai saat ini, data dari Global World Digital Competitiveness Index mengatakan bahwa literasi digital masyarakat Indonesia masih tertinggal jauh di panggung dunia (peringkat 56 dari 63 negara). Padahal, masyarakat dengan literasi digital baik terbukti lebih kreatif, produktif, memiliki daya saing kuat dalam pekerjaan, aktif memberikan kontribusi sosial, dan lain sebagainya. 

Mari kita ambil contoh sederhana yaitu Singapura. Luas Singapura tidak melebihi kota Jakarta, namun penduduknya mampu memanfaatkan teknologi terbaru untuk memperoleh pertumbuhan bisnis yang pesat dan stabil. Jika kita tidak segera mengambil langkah untuk memperbaiki kualitas literasi digital di Indonesia, maka kita akan kesulitan menyesuaikan diri terhadap ketidakpastian masa depan. Seperti yang Yuval Noah Harari katakan dalam bukunya 21 Lessons for the 21st Century, “Who owns the data owns the future.” 

Sebelum pandemi COVID-19, tingkat literasi digital di Indonesia terjebak dalam status quo sementara perkembangan pesat hanya terjadi pada kelompok usia remaja. Namun, semenjak diberlakukannya PSBB dan kebijakan Work from Home (WFH) oleh sebagian perusahaan, para tenaga kerja di Indonesia mau tidak mau mulai ‘mencicipi’ peningkatan literasi secara perlahan-lahan. 

Mulai dari virtual meeting menggunakan Zoom hingga pemanfaatan Google Docs untuk kolaborasi jarak jauh, teknologi mendongkrak kita keluar dari zona nyaman untuk menjadi lebih efisien dalam bekerja. Waktu pengerjaan sebuah dokumen dapat dipangkas dua kali lipat berkat pemanfaatan platform digital. Hal ini menandakan bahwa cara kita bekerja harus selalu disesuaikan dengan perkembangan zaman supaya kita tetap memiliki keunggulan kompetitif dan bisa bersaing di pasar kerja.

Tidak hanya orang dewasa, anak muda yang notabene masih berstatus pelajar juga mulai merasakan manfaat dari literasi digital dari segi pendidikan. Sebagai mahasiswa kedokteran, saya dulu berpikir materi seperti praktikum sama sekali tidak bisa dilakukan tanpa interaksi face-to-face dengan dosen. 

Namun, dalam waktu yang sangat singkat, para dosen kami berhasil merekayasa platform online learning milik kampus sehingga mampu memuat berbagai materi praktikum, mulai dari sampel hingga video prosedurnya. Justru melalui sistem pembelajaran daring, kami mahasiswa dapat mempelajari penjelasan dosen sambil mencari informasi lebih dalam di Internet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun