Karena Arteria Dahlan jadi ingat saat dulu diundang hadir di acara tatap muka yang diprakarsai ketua dan anggota BPD terpilih.Â
Acaranya sendiri meminjam ruang sekolah MI dan saya duduk di paling depan saking anthusiasnya mau tahu apa yang akan jadi isi pertemuan, meski ada juga terselip rasa tersanjung jadi orang yang telah terpilih diundang di seantero desa,,hehe.
Pidato pertama dari ketua BPD dengan menggunakan bahasa Indonesia yang pasih dan baku. Semua tahu dan maklum kapasitas ketua BPD karena beliau adalah seorang guru.
Saat tiba giliran pidato anggota BPD yang dikenal citranya sebagai seorang preman, semua yang hadir seperti penasaran apa yang mau dia utarakan.
Dia bertubuh tinggi dan gempal. Rambut pendek dan brewokan. Dilihat dari penampilannya memang sangat ideal dan berkharisma,, sekecamatan minimal sudah tahu siapa dia. Tapi tetap bagi saya dan teman-teman sekampung, dia tetap dia yang pernah dibuat jerih saat pernah bermasalah antar kampung dengannya.
Semua tampak serius mendengarkannya saat dia berpidato yang  isinya kurang lebih menyoal perilaku korup kepala desa, dengan memakai bahasa Indonesia pletak pletuk campur bahasa Sunda.
   "..itu coba?,, Kemanakan bata-bata itu oleh kepala desa? Itu pasti digarres!"
 Suasana jadi ramai, tak ada yang tak tertawa tergelak saat kata 'gares' itu terucap olehnya dengan tandas..