Malam yang sedianya disangka akan jadi penuh kenangan yang indah, kini ternyata malahjadi malam yang bersimbah darah. Tapi itu tak berarti baginya bila dianggap sebagai bentuk pengorbanan atas cinta sucinya.
 "Saya akan tetap mencintainya..Selain Tuhan, tidak akan ada yang bisa memisahkan.." sesaat lelaki muda itu berkata begitu, kembali pukulan dan tendangan mendera dirinya.
 "Sekali lagi, kau harus berjanji untuk tidak lagi mendekati dirinya..Komunis hanya untuk komunis!,, kafir hanya untuk kafir!" Kata salah seorang pengeroyok.
 "Gak..!!" Pukulan dan tendangan pun kembali mendera bertubi-tubi.
Akhirnya lelaki itu benar-benar ambruk. Tubuhnya tergeletak di tepi jalan yang sepi. Â
                     *  *  *
Di satu ruang, dengan daun jendela minimalis menghadap taman, lelaki itu siuman dari pingsannya. Dalam pandangan masih terasa nanar, tampak terlihat olehnya orang-orang yang tidak dikenalnya berdiri mengitarinya dirinya.
"Kami menemukanmu tergeletak di pinggir jalan, dek..Dari KTP yang kami periksa, ternyata kamu itu Rey seleb twit nasionalis. Bener kan? Saya followermu juga, terima kasih atas folbeknya, "kata salah seorang dengan kepala berpeci seraya tersenyum
 "Saya juga followermu, Rey.saya salut ..Ini kenapa bisa sampai seperti ini?..Kau dipersekusi mereka, Rey? ,, sebab seharian kemarin saya nyimak kau layani twit war mereka..malah ada yang sampai ngancam- ngancam segala.."
                   * * *
Pikiran lelaki bernama Rey  kembali mengingat-ingat, dengan akun pro radikalis siapa saja yang berhadapan dengannya kemarin, bisa ada kemungkinan pula di antara mereka salah seorangnya sebagai pelaku pengeroyokan. Yang pasti, dia menerima dengan lapang dada apa yang sudah terjadi kini, seperti halnya dia menerima dengan lapang dada di sebut antek aseng, antek Cina, PKI , cebong dungu dan bermacam-macam sumpah serapah lainnya.Â