Mohon tunggu...
Ahmad Zain Sarnoto
Ahmad Zain Sarnoto Mohon Tunggu... Dosen - pemerhati pendidikan, psikologi dan agama

Dosen Program Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta dan Direktur Lembaga Kajian Islam dan Psikologi (eLKIP)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Kejujuran dengan Puasa Saat Pandemi Covid-19

8 Mei 2020   09:05 Diperbarui: 8 Mei 2020   09:21 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dr. Ahmad Zain Sarnoto

Dalam kamus besar  bahasa Indonesia (KBBI),  jujur adalah lurus hati; tidak berbohong (misalnya dengan berkata apa adanya), sedangkan kejujuran adalah sifat (keadaan) jujur; ketulusan (hati); kelurusan (hati) (https://kbbi.web.id/).

Pengertian Jujur, dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah ash shidqu atau shiddiq, yang memiliki arti nyata atau berkata benar. Kejujuran, dalam bahasa Arab artinya merupakan bentuk kesesuaian antara ucapan dan perbuatan atau antara informasi dan kenyataan. Jika dipahami lebih jauh lagi, kejujuran berarti bebas dari kecurangan, mengikuti aturan yang berlaku dan kelurusan hati.

Dalam Islam, seseorang yang memiliki sifat jujur (kejujuran) akan memperoleh kemuliaan dan derajat yang tinggi di sisi Allah. Sebagaimana  firman Allah dalam Al-Qur'an surat al Ahzab ayat 35 yang artinya, "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang sidiqin (benar), laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar".

Dari ayat di atas, kita dapat memahami bahwa jujur atau bertindak benar, termasuk dalam salah satu sifat mulia yang mendatangkan ampunan dari Allah, dan tentu saja orang yang beriman sangat mengharapkan ampunan dari Allah SWT, maka mari berlaku jujur.

Berpuasa di bulan ramadhan adalah acara terbaik melatih kita berlaku jujur, betapa tidak, di siang hari yang terik, saat haus dan lapar menerpa serta tersedianya makanan, namun kita tidak mau menyentuhnya, sekalipun tidak ada orang yang melihat, mengapa, karena kita sedang berpuasa.

Selain mengajarkan kejujuran, puasa juga sedang melatih kepedulian kita, saat lapar dan haus datang, kita dapat membayangkan bagaimana saudara-saudara kita yang  hidup dalam "kemiskinan",  terlebih saat pandemi covid-19 ini, banyak orang yang terpaksa menganggur dan kehilangan pekerjaan, tidak punya uang untuk mencukupi kebutuhan harian mereka.

Karena pentingnya sifat jujur itu, dalam ajaran Islam kejujuran merupakan jalan lurus yang akan menghantarkan jalan keselamatan dari azab Allah SWT di akhirat kelak. Bahkan, kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk berteman dan bergaul bersama orang-orang yang jujur. Dalam Al-Qur'an surat at Taubah ayat 119, Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang sidiqin (berlaku jujur)". 

Dengan bergaul dan berteman bersama  orang-orang yang jujur diharapkan akan membawa kita  terbiasa menjaga kejujuran dalam diri dan kehidupan kita.

Kejujuran adalah modal utama bagi manusia dalam menegakkan kebenaran. Munculnya berbagai macam perilaku negatif ditengah  masyarakat  seperti korupsi, manipulasi, kecurangan dan perilaku negatif lainnya adalah biang kerok terjadinya kekacauan sistem sosial kemasyarakatan dan ketidakadilan, kejujuran dan menegakkan kebenaran adalah ciri dari orang yang beriman, sebagaimana firman Allah  dalam al-Quran surat al Ahzab ayat 70, "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah Swt. dan ucapkanlah perkataan yang benar".

Kecurangan, penipuan, kebohongan adalah lawan dari sifat jujur atau sifat khianat, berkhianat pada amanah rakyat dengan korupsi, kolusi dan nepotisme mementingkan urusan pribadi dan golongannya diatas kepentingan rakyat, adalah bentuk perilaku yang keji. Sifat ini amat dibenci oleh Allah dan termasuk dalam ciri-ciri orang yang munafik. Hal ini diungkapkan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dalam bersabdanya, yang artinya: "Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, apabila berbicara selalu bohong, jika berjanji menyelisihi, dan jika dipercaya khianat" (H.R. Bukhari dan Muslim)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun