Mohon tunggu...
Healthy

Kesehatan dalam Komunikasi Interpersonal

17 November 2017   12:03 Diperbarui: 17 November 2017   12:09 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saluran komunikasi kesehatan interpersonal mungkin menghadapi sebuah hambatan karena tingkat melek kesehatan yang rendah di masyarakat. Namun, masih ada beberapa pertimbangan penting yang harus diinformasikan dalam proses komunikasi kesehatan untuk memastikan bahwa pesan kesehatan dapat diakses, dipahami, dan diterapkan secara tepat. Pertama, saat terlibat dalam interaksi interpersonal, tingkat melek huruf si penerima pesan harus dinilai agar komunikator kesehatan bisa menyesuaikan diri dengan pesan yang akan disampaikan. 

Meski tidak mungkin selalu menggunakan instrumen formal berupa survei atau menggunakan teknik informal untuk menilai tingkat sadar akan kesehatan. Selain itu komunikator kesehatan dapat mencari tanda peringatan utuk meningkatkan tingkat melek kesehatan yang rendah. Isyarat penerima nonverbal seperti mengangguk atau membuat kontak mata dapat menunjukkan bahwa penerima memahami pesan, dan kurangnya isyarat ini mungkin menyarankan pemahaman yang rendah. Komunikator kesehatan juga bisa menggunakan isyarat nonverbal untuk mendorong pemahaman penerima. 

Orang dengan tingkat melek kesehatan rendah mungkin lebih cenderung merespons komunikator yang mampu mendorong partisipasi dalam proses komunikasi dengan tampilan yang menarik, maksudnya di sini adalah menggunakan sentuhan untuk menghibur atau memberi indikasi kedekatan, dan menghadiri komunikasi nonverbal (du Pre, 2000). Hambatan melek kesehatan lain yang dihadapi saat orang memasuki dunia kesehatan adalah istilah medis dan jargon yang tidak jelas atau tidak dikenal. Masalah ini sering dialami saat seseorang pertama kali didiagnosis menderita penyakit di mana tingkat melek akan kesehatan seseorang masih rendah. Freimuth, Stein, dan Kearn (1993) mencatat bahwa kesulitan tersebut ada saat praktisi kesehtan mengkomunikasikan informasi tentang penyakit kanker ke dalam istilah yang tidak dapat dipahami oleh pasien. 

Bila ditambah dengan masalah melek kesehatan, tantangan komunikasi kesehatan ini mengasumsikan kepentingan yang lebih penting lagi karena sangat penting bagi orang untuk dapat memahami diagnosis dan pilihan pengobatan mereka dan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengobatan mereka. Orang dengan literasi kesehatan yang rendah mungkin telah mengalami kesulitan dalam interaksi interpersonal semacam itu karena sebagian dari kosakata terkait kesehatan mereka yang terbatas. Perbedaan daya antara praktisi kesehatan dan pasien, baik yang nyata maupun yang dirasakan, adalah pentingnya memiliki efek mendalam pada saat pertukaran komunikasi (du Pre, 2000), sehingga menyebabkan beberapa pasien tidak bertanya atau mencari klarifikasi mengenai kesehatannya. 

Dokter cenderung berkomunikasi lebih asertif daripada pasien (Street & Buller, 1987, 1988), dan pasien sering diasumsikan sebagai posisi komunikan yang pasif, sehingga mereka tidak memberikan jawaban yang lengkap atau mengajukan pertanyaan mereka sendiri (Frankel, 1984). Demikian pula beberapa pasien mungkin tetap diam ketika mereka tidak setuju dengan dokter (Street, 1990, 1992), dan orang dengan tingkat pengetahuan kesehatan yang rendah mungkin tidak mengajukan pertanyaan atau mengungkapkan kebingungan mereka karena mereka tidak mau merasa malu (Lee, 1999). Oleh karena itu, praktisi kesehatan harus sangat sensitif terhadap penerima pesan atau dalam konteks ini pasien yang memiliki tingkat melek akan kesehatan yang rendah  dan tidak boleh berasumsi bahwa kurangnya pertanyaan dari pasien menandakan kesepakatan atau pemahaman.

Thompson, Theresa. 2003. Handbook of Health Communication. London : Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun