Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Petuah Ayah untuk Hari Tua

3 November 2021   20:24 Diperbarui: 21 Desember 2021   19:08 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Petuah Ayah (sumber: bola.com)

Oleh. Eduardus Fromotius Lebe

(Penulis, Konsultan Skripsi dan Dosen)


Hindari bicara hari tua karena memiliki sensitivitas yang tinggi. Begitu lah kira-kira saran yang baik untuk kita. Mengalir saja bak air, sampai pada saatnya nanti kita akan tahu masa tua kita. Sekarang kita kerja, kerja dan bekerja saja, soal hari tua pikir keri.

Sepintas saran ini seperti obat bius, membuat orang terlena karena masa tua masih lama. Namun tidak dengan orang yang sudah memikirkan masa tua, jauh-jauh hari menyiapkan hari tua dengan sangat matang. Termasuk dalam hal dimana dan bagaimana menghabiskan masa tua baik. Apakah harus punya hunian sendiri atau memilih hidup di panti jompo? Semua sudah dipersiapkan dari sekarang.

Suatu waktu penulis pernah berdialog bersama ayah mengenai kehidupan dihari tua. Banyak hal yang kami perbincangkan termasuk soal hidup di panti jompo. Enak apa tidak hidup di panti jompo, berapa yang harus dibayar kalau tinggal di panti jompo. Itulah tema yang kami perbincangkan bersama ayah. 

Penulis memahami bahwa perbincangan tersebut hanya sebatas mengisi kekosongan di kala senja. Sambil minum kopi, tema seputar hari tua ayah dan ibu kami bicarakan. Penulis sendiri tahu bahwa ayah dan ibu tidak mungkin mau tinggal di panti jompo. Dan tak pernah terlintas dalam benak penulis untuk mengantarkan ayah dan ibu di panti jompo saat mereka tua kelak. 

Setelah berdiskusi panjang dengan ayah, penulis mencoba meminta pendapatnya mengenai bilamana ayah  tinggal di panti jompo. Ayah memberikan jawaban yang menggetarkan hati : 

"saya menginginkan, kelak kalau meninggal disaat saya masih bisa cari nafkah dan masih bisa mandiri. Dan meninggal tidak disaat saya sakit-sakitan, paling tidak sebelum berumur 70 an tahun. Agar tidak meropotkan mu".

Sepintas penulis merasa heran dengan jawaban tersebut. Penulis memberikan jawaban bahwa kalau tidak ingin repot maka ayah bisa hidup di pantai jompo saat masa tua. Namun sekali lagi ayah menjawab:

"saya tidak ingin kamu repot, apalagi harus merepotkan orang-orang di panti jompo. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun