Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Generasi Emas Katanya, Imitasi Nyatanya!

22 Oktober 2021   16:22 Diperbarui: 24 Oktober 2021   13:50 1943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Mirko Vitalli/envato elements

Masa depan mengarah pada kompetisi berbasis teknologi. Hampir seluruh bidang kehidupan mengalami disrupsi akibat perkembangan teknologi. Hampir seluruh peran manusia akan digantikan oleh teknologi. Itulah era baru yang dinanti oleh umat manusia.

Tentu generasi emas yang akan datang adalah generasi yang melek teknologi. Generasi yang tidak hanya sekedar mampu menggunakan alat teknologi namun juga mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan melalui teknologi yang digunakan. Sebab, teknologi memiliki dua sisi yang saling bertautan satu dengan yang lain. Ada sisi negatif dan ada pula sisi positif.

Generasi emas Indonesia 1945 harus mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa. Melanjutkan pembangunan ekonomi nasional dengan baik dan bijaksana. Termasuk dalam hal menciptakan peluang usaha berbasis teknologi yang semakin dinomorsatukan.

Melihat realitas hari ini, generasi Indonesia masih jauh dari harapan. Pengusaha teknologi yang masih rendah menjadi salah satu indikator bahwa generasi kita kurang melek teknologi. Bahkan kita harus jujur, generasi kita kehilangannya identitas akibat terbawah arut globalisasi dan teknologi.

Sulit bagi generasi kita melawan arus globalisasi dan teknologi, namun tidak lantas harus terbawah arus juga. Kita butuh generasi yang mengikuti arus globalisasi dan teknologi dalam frame kesadaran yang bertumpuk pada intelektualitas individu. Dengan demikian, generasi emas tidak hancur oleh karena global dan teknologi, namun berjaya karena arus globalisasi dan teknologi.

4. Generasi emas yang nasionalis dan terbuka

Kompetisi semakin terbuka menuntut sikap nasionalisme setiap individu. Secara umum, nasionalisme adalah suatu paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara yaitu Indonesia. Ini penting agar generasi emas Indonesia 1945 memiliki tanggung jawab dalam membangun bangsa.

Kecintaan generasi emas Indonesia 1945, tidak lantas bersikap tertutup terhadap perkembangan yang datang dari luar. Terbuka menerima gagasan serta informasi dari luar yang memiliki nilai-nilai positif. Tidak alergi dengan perkembangan yang datang dari luar Indonesia serta mendorong usaha untuk meningkatkan kualitas kehidupan di dalam negeri.

Kecintaan akan Indonesia memiliki arti penting dalam menghadapi era globalisasi. Termasuk dalam mencintai karya anak bangsa Indonesia sendiri. Sehingga selogan "cintai produk-produk Indonesia" tidak hanya sekedar slogan melainkan dapat diwujudkan dalam bentuk nyata.

Generasi emas Indonesia 1945 harus mampu berkarya untuk bangsa dan negara. Percuma memiliki keahlian namun tidak memiliki sikap nasionalisme. Generasi emas murni bukan imitasi. 

Generasi emas murni berarti generasi yang setia pada negara. Generasi yang tidak terpengaruh dengan gaya hidup barat. Generasi tidak mudah meniru gaya hidup negara barat. Generasi yang membatasi diri dengan norma-norma yang lahir dari rahim budaya Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun