masyarakat di daerah Jatimurni, Bekasi, Jawa Barat jika mendengar nama Bu Goretti, terutama ketika masa pandemi Covid-19 lalu. Wanita ini lahir pada 12 Mei 1982, sosok yang keseringan dipanggil dengan sebutan 'Bu bidan' itu memang sudah lama berkarya mengabdikan diri bagi kesehatan masyarakat di daerah Jatimurni dan sekitarnya.
      Pasti sudah tak asing bagi      Goretti merupakan seorang tenaga kesehatan di Puskesmas Jatiwarna. Pekerjaan yang dilakoninya tersebut sebenarnya bukan pekerjaan yang ia inginkan ketika dahulu masih bersekolah di Pematang Siantar, Sumatera Utara; kota kelahirannya. Goretti pernah bercita-cita untuk menjadi petani yang terpelajar sehingga setelah lulus SMA ia memutuskan untuk mengikuti tes masuk ke Institut Pertanian Bogor.
      Setelah diterima di IPB, nasib berkata lain. Orangtua Goretti ingin agar anaknya yang ke-3 itu sekolah kebidanan di Politeknik Departemen Kesehatan Kota Pematangsiantar. Alhasil, Goretti menuruti keinginan orangtuanya dan membuat mimpinya untuk menjasi petani pupus.
      Mungkin memang menjadi bidanlah yang Tuhan kehendaki bagi Goretti sebab pekerjaannya yang masih ia lakoni hingga saat ini itu dapat menolong banyak orang tak hanya di Puskesmas/Rumah sakit, tetapi juga di lingkup masyarakat sekitar rumahnya.
      Pekerjaannya sebagai bidan ia tekuni dengan tulus hati sehingga dalam bekerja, tak henti ia melayani dengan ramah dan senyum kepada semua pasien. Dengan semangat kerjanya ini, ia pernah memenangi penghargaan juara 1 tenaga kesehatan bidan di Kota Bekasi dan mengantarkan wilayah binaannya juara sampai tingkat nasional.
Karakternya yang ramah dalam bekerja membuatnya amat disenangi oleh masyarakat di wilayah kerjanya terutama anak-anak. "Teman-teman di sekolah aku tuh kalau disuntik vaksin maunya sama mama terus soalnya dokternya baik sama nyuntiknya cepet." kata Rose, anak bungsu Goretti. Hal ini tak hanya terjadi ketika melayani anak-anak di sekolah, tetapi juga di puskesmas dan posyandu.
      Ketika berada di rumahnya, Goretti pun harus selalu siap sedia jika ada tetangga yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Kerap kali tetangga-tetangganya mengetuk pintu rumahnya untuk berkonsultasi maupun minta diobati. Ia bahkan pernah membantu proses melahirkan di rumah tetangganya pada tengah malam. Semua itu ia lakukan tanpa meminta biaya.
      Segalanya berubah ketika pandemi Covid-19 terjadi di mana-mana. Pekerjaan Goretti sebagai tenaga kesehatan dangat dibutuhkan dan hal itu membuat pekerjaannya menjadi bertambah dan semakin sulit. Kondisi ini juga memengaruhi kontak fisiknya yang jadi jauh lebih jarang dengan anak-anaknya.
      "Sepanjang pandemi memutuskan untuk tidur sendiri dan tidak terlalu kontak fisik dengan keluarga karena pasien banyak dan setiap hari pasti berurusan dengan pasien." ucap ibu 3 anak tersebut.
      Selama pandemi, banyak hal yang dikorbankan Goretti bagi masyarakat yang terpapar Virus Covid-19, mulai dari tenaga, waktu, bahkan uang. Selama pandemi, Goretti harus rela untuk menambah jam kerjanya karena banyaknya pasien yang harus diurus. Tak jarang bahkan ia pergi keluar rumah tengah malam karena ada panggilan darurat mendadak.
      "Sepanjang pandemi tidur kurang dan kadang beberapa hari sampai pusing karena kurang tidur, HP pun berdering terus karena banyak pasien yang menelepon." ucapnya mengingat pengalaman ketika pandemi.