Mohon tunggu...
Eddy Salahuddin
Eddy Salahuddin Mohon Tunggu... Guru - Indonesia

Menulis menghibur diri dan mengungkapkan rasa dengan hati dan jiwa yang terdalam. Berjuang demi generasi.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Antara Buryam dan Burjo

3 Juni 2020   18:55 Diperbarui: 3 Juni 2020   19:21 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: cookpad.com oleh Nur Sabatiana

Saya mambaca di grup whatsapp bahwa ada jenis tulisan yang disebut pentigraf. Cerita pendek dengan tiga paragraf, ada dialog dan ada kejutan di akhir tulisan. Beberapa contoh dihadirkan dalam unggahan itu. 

Menarik dan saya bisa menikmati tulisan yang ditampilkan tersebut. Meskipun saya kurang sreg dengan akronim itu. Cerita pendek sudah diakronimkan cerpen, sedianya jangan lagi disingkat menjadi 'pen' dalam pentigraf (cerpen tiga paragraf). Inilah sedikit kritik yang saya sampaikan bagi yang mau dan berkenan memahaminya.

Saya juga memahami bahwa kebiasaan masyarakat kita yang senang dengan singkatan dan akronim. Oh, ya saya ingatkan bahwa singkatan berbeda dengan akronim. Singkatan diucapkan huruf per huruf. 

Akronim diucapkan persuku kata. Huruf awal setiap kata yang ditulis menjadi singkatan, misalnya MPR, DPR, atau SMA. Sedangkan akronim, singkatan yang diperlakukan sebagai kata, seperti PELITA (Pembangunan Lima Tahun), POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu), POLINDES (Pondok Bersalin Desa), dan sebagainya.

sumber: IDM Times
sumber: IDM Times
Menariknya, ada akronim yang merupakan singkatan lalu disingkat lagi. Misalnya, ABRI masuk desa menjadi AMD; dulu pada masa Orde Baru, ada program AMD ini.  Pernah saya dengar akronim ketos dan waketos, yang merupakan akronim dari ketua OSIS dan wakil ketua OSIS. 

Bukankah OSIS sudah merupakah Organisasi Siswa Intra Sekolah, lalu mengapa jadi disingkat lagi, jadi tinggal ketOS dan waketOS, saja. Ya, ampun, seenaknya saja ya, dalam memperlakukan kata. Nah, pentigraf merupakan akronim yang berasal dari akronim. Apa ya, namanya? Saya juga bingung menyebutnya.

Tapi, ya, sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur dan ditambah ayam menjadi bubur ayam, alias buryam. Hee hee. Kalau bubur kacang ijo menjadi burjo, bakso tahu goreng menjadi batagor.  Ini, kreativitas dalam memadukan makanan jenis bakso dan tahu. Duh, jadi lapar ya, hee hee.

Dalam laman gurupendidikan.co.id, diuraikan beberapa hal tentang hal ini. Khusus untuk pembentukan akronim, hendaknya memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut.

Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia.

Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

Pedoman pembentukan singkatan dan akronim diatur dalam Keputusan Mendikbud RI Nomor 0543a/U/198, tanggal 9 September 1987 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun