Debat Cawapres tanggal 17 Maret 2019Â di Hotel Sultan mendatang sesuai agendanya mengusung tema pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial dan budaya.
Debat sesuai dengan maknanya menurut KBBIÂ adalah pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.
Tentunya untuk mengetahui kompetensi yang akan tampil berdebat khususnya dalam debat cawapres ini tentunya bukan lagi perkara kemampuan tim kampanye atau konsultannya, tapi menurut saya perlu juga kompetensi komunikasi politik dalam penyampaian dan argumen dari kedua calon wakil presiden.Â
Dalam hal debat sama halnya dengan kampanye, metode yang dilakukan adalah metode retorika ala Aristoteles, yakni dengan persuasi yang dicapai oleh karena siapa anda, argumen anda, dan memainkan emosi khalayak (ethos-logos-phatos).Â
Bergerak dari model klasik itu, yang senantiasa dilakukan dalam musim kampanye politik di Indonesia, media debat termasuk media yang efektif menyebarkan retorika tersebut.Â
01. KH. Maruf Amin:
Calon wakil presiden yang berlatar belakang pendidikan keagamaan dan kemasyarakatan serta lebih membumi karena kerap berkomunikasi dengan kalangan ulama yang mengenal lebih dekat persoalan masyarakat.
Berbicara tentang pendidikan, sosial dan budaya boleh dikatakan pria berusia 75 tahun ini sudah banyak makan asam garam sehingga akan memberikan pendapat yang lebih membumi dan kuat. Di atas kertas, beliau unggul dalam perdebatan di seputaran tema iniÂ
Sedangkan untuk kesehatan dan ketenagakerjaan akan lebih banyak mendapatkan arahan dari tim kampanye dan konsultan politik. Besar kemungkinan akan cenderung mempromosikan apa yang sudah dikerjakan oleh pemerintahan saat ini dan rencana ke depan untuk perbaikan mengatasi masalah akses kesehatan dan pengangguran.
Gaya menyampaikan pendapat dan berargumen akan lebih luwes dan kalem. Untuk tema yang kurang dikuasainya, akan dijawab dengan pemahaman yang membumi dan logis layaknya seorang guru menerangkan.
02. Sandiaga Uno: