Mohon tunggu...
Edra Tri Adinata
Edra Tri Adinata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya hobi bermain media sosial, dan memiliki ketertarikan terhadap perkembangan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Engineering Ethics: Crash Course Engineering

19 Juni 2022   22:45 Diperbarui: 19 Juni 2022   22:58 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kita sebagai seorang engineering baik itu professional ataupun tidak pasti pernah membuat kesalahan. Karna dalam kehidupan seorang engineering, apa yang kita tuju tidak akan selalu berhasil seperti yang kita mau. Namun kita dapat belajar dari kesalahan dan memasukkan pelajaran itu ke dalam apa yang akan kita lakukan selanjutnya. Karena dengan itulah kita dapat menghindari dari kemungkinan terburuk. Hal ini juga nantinya akan membantu kita tetap pada jalurnya, sehingga ini akan memberikan kita rasa moralitas terhadapa orang lain dan sebagai engineering terbaik yang selalu beretika dan senantiasa berbuat baik di dunia. Kita butuh etika. Secara khusus, kita membutuhkan etika rekayasa. Tidak dapat dipungkiri bahwa engineering adalah bidang teknik yang luas dan selalu berubah seiring perkembangan teknologi dan zaman. Dengan begitu banyak cabang yang berbeda, ada baiknya untuk memiliki kesamaan – seperangkat pedoman atau ide umum tentang bagaimana para engineering dunia harus menyelesaikan masalah. Sebagai contohnya adalah masalah keamanan. Seperti yang kita ketahui etika secara umum, etika merupakan filosofi moral yang mencoba untuk menangani sesuatu malah secara benar, bukan salah, sehingga kita harus senantiasa untuk berbuat baik bukan berbuat buruk. Etika engineering merupakan suatu pedomanan yang menjadi suatu pola pikir yang sama secara menyeluruh, dan akan diterapkan pada setiap bidang yang ada pada engineering. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran atau setudi tentang nilai, masalah, dan keputusan yang nantinya akan merlibatkan para pekerjaan atau engineering. Etika memiliki kepentingan khusus bagi para engineering karena kehidupan orang sering kali memiliki sebuah pilihan. Apa yang kita akan buat sebagai seorang engineering akan mempegaruhi kehidupan kita dan orang lain. Hal ini disebabkan etika yang sangan penting bagi seorang engineering baik itu di bidang pekerjaan apapun tanpa terkecuali. Dampak nyata dari kurangnya wawasan adalah sebagai berikut :

  • Pada suatu kasus di Kansas City Hyatt-Regency Collapse tepatnya bulan Juli tahun 1980, Hyatt Regency Hotel yang terletak di Kansas City. Ketika proses pembangunan ini mengalami beberapa kesulitan dalam menyatukannya, sehingga sistem dimodifikasi untuk memiliki 2 batang terpisah yang lebih pendek, bukan dengan satu batang yang lebih panjang. Dampaknya dimana selama setahun setelah atrium dibuka, terjadi sebuah kegagalan pada balok-balok dimana dua trotoar runtuh, dan menewaskan 114 orang serta melukai 216 orang. Kasus ini adalah salah satu kegagalan struktural paling menghancurkan dalam sejarah AS. Itu semua bisa dicegah, kalau saja mereka mengikuti Kode Etik engineering.

Kode Etika dari American Society of Civil Engineers, atau ASCE. Kode Etik ini memiliki delapan prinsip yang berbeda yaitu :

  • “Hold Safety Paramount”. Ini berarti bahwa perhatian utama Anda sebagai seorang engineering adalah kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Anturan ini juga mengatakan bahwa Anda hanya boleh menyetujui desain yang dipastikan aman dan sesuai dengan standar teknik yang diterima. Fakta bahwa tidak ada perhitungan yang dilakukan pada perubahan desain pada jalan setapak, dan bahwa engineering yang bertugas menyetujui desain tanpa memeriksanya dengan benar jelas bertentangan dengan prinsip ini. Dan ini lah penyebab sekaligus hal yang membuat Komite dari Perilaku Profesional harus meninjau kasus tersebut untuk memutuskan bahwa engineering telah melakukan pelanggaran kode etika mereka dan dapat di kenai hukuman berupa perhimpunan dalam kurun waktu tiga tahun. Nah bilama suata saat kita melihat bagian lain dari Kode etika ini, kita dapat mengacu kepada beberapa aturan yang berguna dimana aturan ini tentang bagaimana seorang engineering harus menyelesaikai suatu permasalah.
  • Aturan kedua adalah "Layanan Dengan Kompetensi", yang berarti Anda hanya boleh bekerja di bidang yang Anda kuasai. Jika Anda bukan seorang engineering listrik, Anda tidak boleh mengotak-atik kabel di gedung. Yang ketiga menyatakan bahwa Anda harus selalu “Mengeluarkan Pernyataan yang Benar”. Pada Intinya aturan ini melarang kita untuk berbohong. Kemudian muncul kebutuhan untuk "Bertindak Sebagai Agen Setia" untuk setiap majikan atau klien Anda dan menghindari konflik kepentingan. Salah satu pekerjaan Anda seharusnya tidak menyebabkan Anda menyabotase yang lain. Ada juga aturan "Reputasi Berdasarkan Prestasi", yang berarti reputasi Anda dibangun oleh pekerjaan yang Anda lakukan dan bukan dengan cara yang tidak adil. Itu sejalan dengan persyaratan untuk “Menjunjung Tinggi Kehormatan Profesional”.

Dari beberapa kesalahan yang telah terjadi ini kita dapat belajar melelui kesalahan. dan dalam kesempatan kali ini saya ingin membagikan beberapa pemaparan tentang Ethics in Conflict yang dibuat oleh “Brad Hooker” untuk menjadikan kita engineering yang memiliki wawasan yang luas akan etika dalam bekerja.

Sistem Etika Saya akan mengikuti praktik yang berlaku untuk menganggap 'etika' dan 'moral' sebagai sinonim. Sistem etika (atau moral) adalah sistem prinsip atau nilai yang menentukan benar dan salah. Sistem seperti itu menunjukkan apa yang tidak boleh dilakukan orang, apa yang boleh mereka lakukan, dan apa yang tidak boleh gagal mereka lakukan. Ini mungkin juga menunjukkan bagaimana perasaan orang dalam keadaan tertentu—misalnya, itu mungkin menyatakan bahwa orang berhak untuk membenci orang lain melakukan hal-hal tertentu, dan bahwa mereka harus merasa bersalah jika mereka sendiri melakukan hal-hal ini. Kita dapat memperdebatkan apa yang membedakan sistem etika baik dari sistem hukum maupun dari konvensi etiket. Apa pun tanda pembeda dari sistem etika, kita tidak dapat secara masuk akal berpendapat bahwa hukum dan etika selalu persis sama. Sesuatu mungkin diwajibkan secara hukum tanpa dituntut secara moral, dan sebaliknya. Demikian juga, etika dan sopan santun tidak selalu sama. Sesuatu mungkin sopan tanpa dituntut secara moral, dan sebaliknya. Di sini kita tertarik pada persyaratan etika (moral). Yang paling penting dari ini mungkin bertepatan dengan persyaratan hukum. Tetapi fokus kami di sini adalah pada dimensi etika. 

Tindakan-konsekuensialisme dapat dirumuskan dalam istilah tindakan yang sebenarnya akan memiliki konsekuensi terbaik, atau dalam hal tindakan dengan nilai harapan tertinggi. Dari sudut pandang agen yang memutuskan bagaimana bertindak, nilai yang diharapkan tampaknya merupakan fokus yang lebih baik daripada konsekuensi aktual (Regan 1980, hlm. 265, n. 1; Pettit 1994, hlm. 11). Nilai yang diharapkan dari suatu tindakan yang mungkin dihitung dengan mengalikan probabilitas dari setiap kemungkinan konsekuensi dari tindakan tersebut dikalikan dengan nilai atau disnilai dari konsekuensi itu jika itu terjadi. Biasanya beberapa konsekuensi yang mungkin akan menjadi positif dan beberapa negatif. Selanjutnya, konsekuensi positif dan negatif akan berkisar dari sangat tidak mungkin hingga pasti (seperti dalam kasus biaya yang dikeluarkan untuk pembelian tiket lotre). Jadi perbuatan dengan nilai harapan tertinggi adalah Perbuatan 1. Itu adalah kasus yang relatif sederhana. Mengingat semua variabel yang mungkin, dalam banyak kasus perhitungannya akan sangat rumit. Namun terkadang perhitungan semacam ini dapat dilakukan dengan cukup mudah. Memang, dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering mengandalkan perhitungan kasar dari nilai yang diharapkan. Misalnya, kami beralasan bahwa parkir di tengah jalan yang sibuk pada jam sibuk untuk melihat bangunan memiliki disvalue yang diharapkan tinggi. Act-consequentialism memiliki sejumlah hal yang terjadi untuk itu. Untuk satu hal, itu mengkristalkan gagasan bahwa melakukan apa yang menghasilkan yang paling baik secara keseluruhan tidak mungkin salah (Foot 1988, hal. 227). Untuk yang lain, ia mengusulkan bahwa moralitas didasarkan pada kepedulian yang baik terhadap orang lain (Smart 1973, hal. 7). Untuk alasan lain, konsekuensialisme tindakan memberi kita cara untuk menghadapi situasi di mana pertimbangan yang berbeda menarik kita ke arah yang berbeda. Misalkan, misalnya, Anda mendapati diri Anda mampu membantu seseorang tetapi hanya dengan mengingkari janji kepada orang lain. Di sini kebaikan dan kepercayaan tampaknya bertentangan. Act-consequentialism menyelesaikan konflik. Jika cara memaksimalkan kebaikan yang diharapkan adalah dengan mengingkari janji, maka itulah yang harus Anda lakukan. Jika cara memaksimalkan kebaikan yang diharapkan adalah dengan menepati janji, maka itulah yang harus Anda lakukan. Tentu saja seringkali sulit untuk menentukan tindakan mana yang memiliki nilai harapan tertinggi, tetapi prinsip moral yang terlibat sederhana: pilih tindakan dengan nilai harapan tertinggi. Namun, ada masalah serius dengan konsekuensialisme tindakan. Misalnya, itu memberitahu kita untuk menyakiti beberapa orang yang tidak bersalah jika ini akan lebih menguntungkan orang lain dan dengan demikian memaksimalkan nilai agregat. Sekarang mungkin ada kasus-kasus di mana bencana dengan proporsi yang begitu mengerikan muncul sehingga seseorang mungkin bersedia untuk menyakiti beberapa orang yang tidak bersalah jika ini adalah satu-satunya cara untuk mencegah bencana menimpa banyak orang lain. Sebenarnya, ini pun kontroversial (Dostoevsky 1880 [Penguin Books, 1993, hlm. 282]; Anscombe 1958, hlm. 16; Le Guin 1980; Thomson 1990,hlm. 167–69). Namun demikian, klaim yang dibuat oleh para konsekuensialis tindakan tampaknya sangat berlawanan dengan intuisi. Karena mereka mengklaim bahwa melukai orang yang tidak bersalah secara moral diperlukan kapan pun ini akan memaksimalkan kebaikan yang diharapkan — bahkan jika kebaikan yang dihasilkan dengan melukai orang yang tidak bersalah hanya akan sedikit lebih banyak daripada yang dihasilkan oleh tindakan alternatif yang tidak melibatkan menyakiti siapa pun. Keberatan umum lainnya terhadap konsekuensialisme tindakan adalah bahwa hal itu mengharuskan kita untuk melewatkan terlalu sering dan terlalu banyak kesempatan untuk menguntungkan mereka yang memiliki hubungan dekat dengan kita. Itu mengharuskan kita untuk melewatkan kesempatan-kesempatan ini sehingga kita malah dapat memberi manfaat kepada mereka yang tidak memiliki hubungan khusus dengan kita. Tindakan dengan nilai harapan tertinggi, yang dihitung secara mutlak tidak memihak, seringkali bukan tindakan yang terbaik untuk diri Anda sendiri, atau keluarga Anda, atau klien Anda. Yang pasti, moralitas memang membatasi pengejaran kepentingan pribadi, serta apa yang boleh Anda lakukan untuk mempromosikan kepentingan orang lain seperti keluarga atau klien. Tetapi konsekuensialisme tindakan mengharuskan Anda untuk tidak melakukan apa yang menguntungkan diri sendiri atau keluarga Anda atau teman Anda atau tetangga Anda atau klien Anda, pada setiap kesempatan ketika Anda malah dapat menghasilkan manfaat yang lebih besar dengan membantu orang-orang yang tidak memiliki hubungan khusus dengan Anda (Hooker 1991). Bahkan jika bertindak dengan cara yang tidak memihak tanpa henti adalah mungkin, untuk sebuah teori membutuhkannya tampaknya tidak masuk akal.

1. Metaethics

Apa sebenarnya penilaian moral itu? Apakah itu ekspresi dari sebuah keyakinan? Apa lagi yang mungkin, Anda mungkin bertanya. Nah, penilaian moral mungkin dianggap sebagai ekspresi bukan dari kepercayaan tetapi dari beberapa kondisi mental lainnya. Versi yang paling menonjol dari ide ini adalah bahwa penilaian moral adalah ekspresi dari sentimen, sikap, atau komitmen. Ungkapan kepercayaan yang tidak kontroversial adalah "Kayu terbakar", dan "Kursi ini terbakar". Ekspresi non-kontroversial dari keadaan nonkognitif adalah "Perampok Boo" dan "polisi Hore". Pandangan bahwa penilaian moral mengungkapkan keadaan non-kognitif kadang-kadang disebut teori etika "Boo/Hore".

2. Practical versus Theoretical

 Filsafat moral terutama bersifat teoretis, dalam arti ia mencari kebenaran moral yang paling umum, kebenaran yang harus diterapkan kembali dalam sejumlah kasus tertentu. Beberapa kebenaran moral bisa menjadi rumit, seperti halnya argumen moral. Dan banyak prinsip moral menggunakan konsep dengan batas yang tidak jelas. Misalnya, pertimbangkan prinsip bahwa Anda tidak boleh tidak jujur. Apa yang dianggap tidak jujur? Tentu saja ada kasus kejujuran yang jelas dan kasus ketidakjujuran yang jelas. Tetapi tampaknya ada juga kasus di mana konsep 'kejujuran' tampak kabur. Ketidakjelasan moral adalah sesuatu yang dapat diakomodasi oleh teori moral. Memang, itu lebih baik—jika kita dengan yakin berpikir bahwa konsepsi moral apa pun yang sepenuhnya menghilangkan ketidakjelasan dari kehidupan moral biasa akan menjadi tidak masuk akal karena alasan itu.

3. The Need to Act versus the Need To Be Ethically Correct

Tindakan tentu saja sering melibatkan pengambilan risiko. Kami tidak tahu pasti apa konsekuensi dari suatu tindakan. Dan jika konsekuensinya berubah menjadi beberapa cara, kita akan sangat menyesali apa yang kita lakukan. Kita mungkin tidak hanya menyesali keputusan kita tetapi juga merasa sangat bersalah. Misalkan Anda bisa membangun jembatan melintasi jurang yang sangat dalam. Mengingat bahan-bahan yang Anda miliki, jembatan itu akan berisiko—mungkin akan putus dengan orang-orang di atasnya dan merenggut nyawa mereka. Berfokus pada kemungkinan jembatan itu akan runtuh mungkin membuat Anda tidak dapat membangunnya. Anda mungkin berpikir bahwa cara untuk menghindari menodai catatan moral Anda adalah dengan menghindari akting. Jika tidak ada prospek bagus yang bagus, maka tentu saja Anda tidak boleh mengambil risiko serius dengan kehidupan orang lain. Tapi, demi argumen, misalkan, jika Anda tidak membangun jembatan ini, orang-orang di satu sisi jurang ini mungkin akan mati terjepit. Jadi membangun jembatan memiliki risiko yang tidak dapat diabaikan dengan mengorbankan nyawa, tetapi tidak membangun jembatan juga memiliki risiko ini. Misalkan kemungkinan orang meninggal akibat jembatan tidak dibangun tampaknya lebih besar. Dalam keadaan seperti itu, sulit untuk melihat bagaimana Anda bisa tetap sepenuhnya tidak bersalah jika Anda menolak untuk membangunnya. Benar, Anda mungkin merasa bersalah jika Anda membangun jembatan dan kemudian menjerumuskan orang ke jurang. Anda mungkin merasa bersalah bahkan jika Anda melakukan semua yang Anda bisa untuk membuat jembatan itu aman. Anda mengambil risiko dan musibah terjadi. Terkadang keadaan seperti itu tidak ada waktu untuk melakukan studi lebih lanjut tentang keselamatan (atau apa pun). Risiko dapat melumpuhkan, tetapi dalam beberapa kasus membiarkannya melumpuhkan Anda tidak benar (bahkan jika trauma karena harus membuat keputusan hidup dan mati dapat mengurangi kritik di kemudian hari). Tingkat risiko yang pantas untuk diterima mungkin bergantung pada keadaan dan apa yang dipertaruhkan. Tapi tentu saja terkadang tepat untuk mengambil risiko demi melindungi atau menguntungkan orang. Dalam menghadapi ketidakpastian (seperti dalam konteks lain) keberanian dalam mengejar tujuan yang benar adalah suatu kebajikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun