Mohon tunggu...
Edward Theodorus
Edward Theodorus Mohon Tunggu... Dosen - Dosen psikologi di Universitas Sanata Dharma

Warga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan featured

Memahami Psikologi Para Pembunuh

22 Maret 2019   17:39 Diperbarui: 10 Maret 2020   07:38 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari: https://www.thisisinsider.com/

Tahap kedua, proses menguatkan pendirian. Setelah kombinasi dari informasi, tokoh teladan, dan pengalaman dirasa cukup, sang calon pembantai ini mulai mendapatkan gambaran pendirian yang akan dia pegang teguh. Dalam tahap ini, dia mulai memilah-milah informasi mana yang mau dikaji lebih lanjut dan disebarkan, informasi mana yang mau diabaikan dan dianggap keliru. Sudah mulai tercipta titik buta atau blindspot terhadap informasi yang tidak sesuai dengan keyakinannya.

Kembali ke cerita imajiner kita tentang calon pembunuh massal. Dalam tahap kedua ini, dia mulai menggebu-gebu dalam menelan dan memuntahkan kembali berita-berita hasutan dan hoax bahwa suku, agama, atau ras tertentu itu memang benar-benar jahat. Orang yang merupakan bagian dari kaum yang dibenci itu sepertinya bukan lagi manusia, melainkan iblis atau antek-antek setan. Dia lalu membulatkan tekad untuk melakukan sesuatu terkait keyakinannya itu, untuk membuat dunia menjadi lebih baik bagi kaumnya sendiri.

Tahap ketiga, kebulatan tekad. Pada tahap ini, sudah amat sulit untuk mengubah keyakinan seseorang. Jika pada dua tahap sebelumnya masyarakat awam masih dapat berperan untuk membentuk maupun mengubah keyakinannya, pada tahap ini tampaknya para profesional di bidang psikologi dan psikiatri yang jauh lebih tepat menanganinya. Orang-orang yang sudah bulat tekadnya akan menjadi tidak mampu berpikir logis dan tidak mampu mencerna informasi yang bertentangan dengan keyakinannya. Semua pengalaman dan informasi dimaknai sebagai mendukung pendiriannya.

Inilah tahap paling produktif bagi pihak-pihak pengeruk keuntungan dan sponsor dari kekerasan. Secara disadari ataupun tidak disadari, calon pembantai telah siap menjadi agen yang menjalankan skema keuntungan yang diharapkan pihak-pihak tersebut.  

Tahap keempat, orang mematangkan rencana untuk melakukan aksi terkait kebulatan tekadnya. Seorang calon pembantai akan mempelajari cara-cara yang paling efektif dan efisien untuk memusnahkan orang-orang dari kaum yang dibencinya.
Tahap ini paling tepat ditangani oleh pihak kepolisian dan badan intelijen. Masyarakat awam, serta profesional psikologi dan psikiatri dapat berperan dengan melaporkan ke pihak kepolisian bila menemukan sesuatu yang mencurigakan.

Dia akan mengamati kebiasaan di lokasi-lokasi incaran, membanding-bandingkan berbagai metode pembunuhan, dan menyusun rencana aksi. Tahap keempat sangat penting untuk segera ditangani, karena jika tidak, sampailah si calon pembunuh pada tahap berikutnya, yaitu eksekusi.

Mencegah Terjadinya Pembunuhan Massal


Setelah membahas kelima tahap di atas, lalu apa yang bisa kita lakukan? Bila kita cermati lagi, masyarakat awam, yang bukan psikolog, psikiater, polisi maupun intel, bisa melakukan sesuatu pada tiap tahap.

Tahap pertama terkait pengalaman, informasi, dan keteladanan. Kita dapat menjalin kedekatan dengan orang-orang galau, menambahkan pengalaman-pengalaman positif dalam hidupnya terkait hubungan dengan kaum dari suku, agama, ras lain. Perjumpaan antarbudaya yang harmonis amat dibutuhkan. Kita dapat melatih kemampuan mereka untuk mempelajari informasi secara kritis dan berimbang.

Agar efektif melakukan itu, kita sendiri perlu secara nyata memperlihatkan bahwa kita benar-benar berhubungan baik dengan orang-orang yang berbeda latar belakang SARA-nya dengan kita,  dan kita sendiri kritis dalam mencerna informasi. Dengan begitu, kita menunjukkan keteladanan.

Jika orang galau telah sampai pada tahap kedua, kita masih dapat berperan mencegah mereka agar tidak menjadi pembantai dengan cara "mengambil hati"-nya. Kemampuan berpikir logis calon pembantai telah melemah, namun dia masih punya keterbukaan untuk orang-orang yang dipercayainya, yang peduli dan mengasihinya, yang menunjukkan perhatian akan kesejahteraannya, yang berinvestasi pada dirinya. Investasi dalam artian kita akan mengeruk keuntungan psikologis, yaitu bahagia, jika mereka menjadi orang yang sukses dalam hidup dan menebar manfaat bagi orang lain.

Peran masyarakat awam pada tahap ketiga, keempat, dan kelima dapat berupa melaporkan ke pihak-pihak terkait. Tidak disarankan untuk melakukan usaha-usaha seperti tahap pertama dan kedua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun