Mohon tunggu...
Guido Gusthi Abadi
Guido Gusthi Abadi Mohon Tunggu... Penulis - Spiritual-Being

Seorang Mahasiswa Psikologi yang mempunyai interest di bidang Filsafat, Sosial, Psikologi, Teologi, Agama, Spiritual, dan Literasi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dunia Roti: Sebuah Jawaban atas Pertanyaan tentang Penciptaan Tuhan

10 Juli 2021   15:02 Diperbarui: 10 Juli 2021   17:37 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Roti. Sumber : mentalfloss.com)

Manusia memang selalu dipenuhi rasa penasaran, segala hal yang ada di muka bumi tak luput dari rasa ingin tahu manusia. Ketika melihat satu benda, maka sudah menjadi kodratnya manusia untuk ingin mengetahui apa, darimana, untuk apa benda itu ada.

Semua hal, termasuk Tuhan, tak luput dari rasa ingin tahu manusia. Pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan adalah Wujud Tuhan, dari apa Ia tercipta, sejak kapan Ia ada, atau apa sifat-sifatNya. Suatu hari saya menemukan sebuah pertanyaan di Quora : dari unsur apa Tuhan tercipta? apakah dari api, air, cahaya, ruang, energi atau yang lainnya? 

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita menggunakan analogi dari apa yang saya sebut sebagai Dunia Roti: 

Bayangkan anda berada di dunia roti. Roti hanya mengenal tepung, coklat, air, garam, ragi, gula, dan lain-lain yang segalanya hanya ada pada sebatas dunia roti saja. Roti ini bisa berkomunikasi dengan roti-roti lainnya, mereka tahu pencipta mereka (manusia), namun mereka ingin mencari tahu dari apa manusia ini tercipta. Roti tidak mengenal apa itu darah, apa itu rambut, apa itu kulit, atau apa itu urat. 

Maka kira-kira seperti apa diskusinya? Roti A mungkin akan mengatakan bahwa manusia tercipta dari tepung dan coklat yang banyak lalu dipanaskan agar mengeras, Roti B mungkin akan mengatakan bahwa manusia terbuat dari tepung yang diberi ragi sangat banyak, sementara Roti C akan mengatakan bahwa manusia dibuat dari coklat-coklat yang dihancurkan lalu dicampur air dan tepung. 

Bisa kita lihat bahwa tentu pada realitanya, semua jawaban ini salah. Begitu pula manusia, meskipun pengetahuan manusia jauh lebih luas daripada roti-roti itu, tetapi tetap saja manusia tidak akan mampu mengetahui absolutisme Tuhan. 

Tuhan terlalu tinggi dan terdepan, misalnya saja anda menemukan satu benda dari laut, yang sangat asing dan belum pernah terlihat sama sekali, lalu anda suruh seluruh manusia untuk menebaknya, maka kemungkinan tidak akan ada yang benar, meskipun konteksnya hanya sebatas laut, air, garam, plankton, ikan, dan lain-lain. Itu baru unsur, belum lagi 'individualisme' Nya. Dalam dunia roti yang hanya bisa berkomunikasi dan bergerak, mereka tidak akan tahu bagaimana ada sesuatu yang namanya "meludah", "meniup", "lompat" dan lain-lain yang dimiliki manusia, seandainya mereka tahu, maka mereka tidak akan tahu kenapa bisa terjadi kegiatan-kegiatan itu. 

Begitu juga Tuhan, kita sebagai roti seringkali me-roti-kan Tuhan, padahal apa yang manusia ketahui itu sangat terbatas, buktinya? buktinya adalah pengetahuan yang terus berkembang dan selalu ada hal baru yang ditemukan. 

Jangankan untuk mengetahui realita, untuk memprediksi pun manusia tidak sanggup. Kita bis lihat prediksi-prediksi manusia di masa lampau tentang tahun-tahun yang sudah terlewati, hampir semuanya salah, misalnya prediksi dari orang di tahun 1900 tentang bagaimana manusia di tahun 2000 : 

(Manusia di tahun 2000 menurut prediksi mereka di tahun 1900. Alat terbang pribadi. Sumber: mymodernmet.com)
(Manusia di tahun 2000 menurut prediksi mereka di tahun 1900. Alat terbang pribadi. Sumber: mymodernmet.com)
HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun