Mohon tunggu...
Edid Teresa
Edid Teresa Mohon Tunggu... Guru - Gak Ket Hai Gaku

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Rumah Saja, Pulihkan yang Pernah Terabaikan

29 Maret 2020   21:43 Diperbarui: 29 Maret 2020   22:12 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gbisuropatimalang.com

Di rumah saja semakin ke sini semakin membosankan. Tidak ada yang istimewa selain rebahan. Skill rebahan pun malah mencapai puncak penyelesaian ketika seharian dalam dua minggu diisi full. Bukan tidak mungkin situasi seperti ini akan menimbulkan frustasi tersendiri bagi beberapa orang. 

Khususnya yang terbiasa bekerja di luar rumah. Ketika menelusuri berbagai media sosial, ada beberapa teman yang sudah menunjukan ekspresi bosan dengan situasi saat ini. Saya pun tidak mengambil pusing dengan realitas tersebut. Setidaknya, saya tidak sendiri mengalami situasi "bosan" di rumah saja.

Nah, bagaimana saya mencoba melawan bosan di rumah saja?

Bumi mungkin butuh istirahat dari hiruk pikuk aktivitas manusia selama ini.  Asap pabrik yang mengepul mencemari udara, bunyi gesekan aspal dan ban mobil di jalan kadang memikkan telinga. 

Ada juga yang kadang kita lupakan untuk di sapa. Barangkali karena terlau serius dengan pekerjaan, kita kerap kali lupa dengan prang terdekat, sahabat, anak ataupun orang tua. Diabaikan hanya karena takut ketinggalan dari target pekerjaan di kantor. 

Beberapa contoh tersebut menggambarkan tindakan manusia yang terjadi tanpa pernah disadari untuk diperbaiki. Ada etika baru yang sepatutnya kita coba perbaharui dengan situasi sekarang. 

Di rumah saja, sapa kembali yang pernah terabaikan. Dunia yang serba terkoneksi sekarang kerap kali menawarkan kemudahan bagi manusia. Tidak ada jarak yang jauh. 

Berbekal media sosial semuanya akan terkoneksi dalam tempo sesingkat-singkatnya. Namun, dunia yang serba terkoneksi kerap kali menjadi persoalan bagi sebagian orang. Mondar-mandir di atas media sosial tidak menjamin seorang baik-baik saja. Respons yang singkat, menyindir, bahkan mengabaikan kadang memicu perasaan jengkel dan  rasa dongkol. 

Alhasil, seseorang perlu merasa bersalah, meminta maaf. Tidak ada manusia yang ingin menjadi jahat. Bahkan, saya dan anda tentu tidak menginginkan ada yang merasa jengkel dan rasa dongkol dengan kita. 

Dalam menjalankan hidup salah satunya menjalin hubungan persabahatan dengan orang lain, semua kita tentu ingin memastikan bahwa semuanya baik-baik saja. Lalu, bagaimana dengan mereka yang secara tidak sadar dan sadar kita abaikan?

Tagar di rumah saja dalam situasi pandemic Covid-19 tentu muncul tanpa sebuah tujuan. Memutuskan mata rantai penyebaran virus jenis baru, salah satunya. Lalu, apakah kita tidak menciptakan kemungkinan baru?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun