Mohon tunggu...
editan to
editan to Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mengelola Usaha Percetakan

memperluas cakrawala

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Parah, Rasis Amerika terhadap Warga Asia

2 April 2021   08:02 Diperbarui: 2 April 2021   08:06 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
omunitas Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik menggelar protes anti-Asia di Philadelphia, Kamis waktu setempat atau Jumat (26/3) di Indonesia. (Foto: Kimberly Paynter)

MUSUH utama Amerika Serikat saat ini bukan pandemi Covid-19. Gubernur New York Andrew Cuomo menyebutkan epidemi sekarang adalah 'kekerasan'. Serangan itu bisa karena warna kulit terutama terhadap warga Asia-Amerika hingga soal agama.

Kasus teranyar adalah kekerasan yang dilakukan Brandon Elliot (38). Ia melontarkan 'pernyataan anti-Asia' saat menyerang seorang nenek berusia 65 tahun keturunan Asia-Amerika di jalanan kota New York.

Anehnya, dalam kekerasan yang kasat mata itu, warga yang melihat bagai tak peduli. Padahal jelas tampak, nenek ditendang di perut, didorong ke trotoar, hingga menginjak wajah korban. Pelaku kemudian  melenggang meninggalkan korban bagai tanpa beban dosa. 

Setelah ditangkap,  diketahui pelaku ternyata mempunyai catatan kriminal. Ia pernah membunuh ibunya sendiri.

Serangan juga pernah diterima remaja putri Indonesia yang diserang empat ABG kulit hitam di bangku peron stasiun kereta bawah tanah (subway) di Philadelphia, Aemerika Serikat, pada Kamis (25/3/2021) lalu.

Lagi-lagi, warga yang ada di peron kereta itu mendiamkan aksi brutal yang dilakukan ABG kulit hitam yang penyerang sesama remaja putri itu.  Meski sudah terjadi kebencian ras hingga serangan fisik tetapi warga keturunan di peron itu seperti dari  hispanik, kulit putih, dan kulit hitam membiarkan aksi rasis tersebut.

Kekerasan paling brutal terjadi pada Selasa (16/3/2021) ketika pecandu seks Robert Aaron Long (21) menembak mati 8 orang di Panti Pijat Atlanta, Negara Bagian Georgia, Amerika Serikat. Enam korban tewas merupakan perempuan keturunan Asia, yaitu dari China dan Korea.

Sulit menjelaskan, pemuda yang awalnya getol sebagai pelahap Alkitab itu justru terjerumus dalam candu seks di panti pijat dan narkoba. Tentu pula sulit menerangkan kenapa ia menyerang lokasi Young's Asian Massage dan Aroma Therapy Spa yang pekerjanya mayoritas wanita dari Asia.

Jawaban mungkin bisa tercermin dari hasil penelitian Pusat Studi Kebencian dan Ekstremisme, kejahatan. Disebutkan kebencian terhadap warga Asia-Amerika naik 149 persen sepanjang tahun 2020 dibanding 2019. Kebencian justru terjadi di 16 kota besar AS.

Menarik disimak mengenai residu Pilpres 2020 lalu yang menempatkan sosok petahana Donald Trump sebagai pemicu meningkatnya konten rasisme. Muncul stigma 'virus China' di tengah melonjaknya virus corona.

Disebutkan bahwa Donald Trump membantu meningkatkan sentimen anti-Asia. Istilah 'virus-China' bagai mengabadikan sikap rasis yang paralel dengan kebencian anti-Asia. Tagar #chinesevirus memicu tidak hanya sentimen tetapi juga memacu aksi kekerasan.

WHO sendiri sejak awal sudah wanti-wanti agar menghilangkan label 'virus Wuhan'. Kekhawatirannya benar, karena kemudian menjelma menjadi 'virus china', hingga 'virus Asia'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun