Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Saya Bangga Sebagai Ibu Rumah Tangga

2 Juli 2011   02:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:00 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari google.com

[caption id="" align="alignleft" width="299" caption="gambar dari google.com"][/caption] Anda punya pekerjaan atau karir? Sebagai dokter, guru, dosen, penulis, wartawan, karyawan, PNS, manajer, polisi, pilot, pramugari dan masih banyak lagi jenis pekerjaan atau karir di dunia ini. Baguslah kalau anda sukses dengan pekerjaan atau karir anda itu. Dokter umumnya bekerjanya di rumah sakit, guru di sekolah, dosen di kampus, dan  kalau karyawan ya di kantor. Terus kalau ibu rumah tangga seperti saya yang notabene bekerjanya di rumah ini apa masih bisa disebut berkarir ya? Jelas bisa dong! Makanya kalau ditanya apa pekerjaan saya, langsung saja saya jawab sebagai ibu rumah tangga. Wah, nggak salah tuh? Enggak dong! Jangan salah ya, di Australia sana malahan ibu rumah tangga itu dianggap sebagai pekerjaan. Karirnya ya jelas di rumah. Nah karena dianggap sebagai pekerjaan, maka pemerintah pun menggaji para ibu rumah tangga sesuai dengan jumlah anak yang dilahirkan dan dirawat. Semakin banyak anak yang dilahirkan dan dirawat, maka semakin banyak pula gaji yang diterima oleh ibu rumah tangga disana. Tidak mengherankan jika gaji seorang manager bisa kalah dengan istri manager yang  jadi ibu rumah tangga dengan banyak anak. Beda sekali dengan di Indonesia, ibu rumah tangga sering dipandang sebelah mata. Padahal ibu rumah tangga itu pekerjaan yang mulia lho! Oleh karena itu saya sangat bangga jadi ibu rumah tangga. Menjadi ibu rumah tangga itu menurut saya tidak mudah. Ibu rumah tangga itu suatu pekerjaan yang butuh rasa tanggung jawab yang tinggi. Selain itu kita juga harus mempunyai rasa sabar yang ekstra tinggi. Bisa dibilang pekerjaan sebagai ibu rumah tangga itu gampang-gampang susah. Gampang kalau kita menjalaninya dengan ikhlas dan enjoy. Susah kalau kita merasa terpaksa dalam menjalaninya. Buat saya sendiri, sampai detik ini saya sangat menikmati profesi saya sebagai ibu rumah tangga. Capek memang, tapi jika kita enjoy dan ikhlas niscaya rasa capek itu akan sirna dan berganti dengan rasa puas yang tiada tara. Pokoknya ada kepuasan tersendiri jika kita mampu menjadi ibu rumah tangga yang ideal. Memang menurut saya semua butuh proses, termasuk proses agar kita bisa ikhlas dan enjoy dalam berkarir sebagai ibu rumah tangga. Jujur awal-awal pernikahan saya, saya sangat tertekan karena hanya kerja dirumah terus. Alhamdulillah setelah lulus saya tidak terlalu lama menganggur, langsung kerja dan cocok dengan suasana kerja. Kebetulan saya kerja di lembaga penelitian. Siang saya biasa di lapangan, pulangnya langsung sebisa mungkin saya bikin laporannya. Saking menikmatinya kerja, saya kadang-kadang suka lupa waktu. Pulang ke rumah kadang sampai malam, itupun harus pakai acara ditelpon dulu sama orang rumah. Kurang lebih setahun saya menikmati dunia kerja hingga akhirnya saya menikah sekitar 12 tahun lalu. Gara-gara menikah inilah saya mau tak mau keluar dari tempat kerja saya karena saya harus mengikuti kemana suami saya tinggal. Saya akhirnya pindah dari Jogja ke Kalimantan sampai sekarang ini. Dan di Kalimantan ini, awalnya saya dilarang suami untuk kerja. Mungkin dia khawatir kalau saya bekerja akan lupa mengurus dirinya karena pada dasarnya saya gila kerja. Ya begitulah, lima bulan pernikahan saya lalui dengan stress karena kerjanya hanya makan, tidur, baca koran/majalah dan nonton televisi. Pekerjaan rumah banyak dilakukan oleh pembantu karena saya masih ikut sama mertua waktu itu. Dan mertua saya melarang saya pindah rumah kecuali saya sudah punya anak. Ya sudah saya lewati lima bulan pernikahan dengan hal-hal yang monoton sampai akhirnya saya pun mulai hamil.  Senang sekali saya hamil waktu itu. Itu artinya saya akan segera bisa pindah rumah dan bisa benar-benar memfungsikan diri saya sebagai ibu rumah tangga. Dan begitulah ketika anak pertama saya lahir, saya dan suami akhirnya pindah dari rumah mertua. Sedih sebenarnya karena kebetulan mertua saya sangat baik, teman diskusi yang sangat enak dan nyambung. Tapi sesuai janji mertua saya kalau saya sudah punya anak, saya boleh pindah rumah agar saya benar-benar menjadi ibu rumah tangga yang sebenarnya, maka moment itupun saya pergunakan dengan sebaik-baiknya. Setelah kepindahan saya dari rumah mertua itulah, saya benar-benar merasakan sebagai ibu rumah tangga yang sebenarnya. Mencuci, memasak, mengurus anak, dan lain sebagainya saya kerjakan sendiri tanpa bantuan pembantu. Boleh dibilang dari A-Z semua urusan rumah saya yang pegang. Sebenarnya suami sudah menyarankan untuk cari pembantu agar saya tidak terlalu capek karena memang dia tidak bisa membantu pekerjaan saya, mengingat suami saya juga punya pekerjaan sampingan selain pekerjaan utamanya. Akan tetapi karena saya begitu enjoy menikmati pekerjaan saya sebagai ibu rumah tangga, maka sayapun menolak. Memang semua perlu dikompromikan dulu dengan suami. Karena tanpa pembantu itulah, maka suami saya juga maklum kalau saya hanya mampu menyediakan makanan jadi alias beli diwarung karena saya sibuk dengan anak-anak atau harus maklum ketika rumah jadi kayak kapal pecah padahal baru saja saya rapikan. Beruntunglah suami saya tidak banyak komplain. Yang penting ada saling pengertian antara kami berdua, niscaya lancar-lancar saja. Dan sekarang ketika anak-anak saya sudah bisa ditinggal kerja, suami saya memang memperbolehkan saya bekerja diluar rumah. Tapi seperti yang saya bilang tadi, karena sudah terlalu keasyikan dengan pekerjaan yang ada dirumah, saya justru menolak sekarang untuk bekerja diluar rumah. Beruntunglah suami saya menghargai keputusan saya ini. Kalaupun saya pengin ganti suasana baru atau sedang bosan dengan rutinitas saya sebagai ibu rumah tangga, saya malah memilih membantu pekerjaan sampingan suami saya. Jadi buat ibu-ibu rumah tangga seperti saya ini, jangan pernah anda berkecil hati dengan profesi anda sekarang yang "hanya" sebagai ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga itu pekerjaan mulia dan bisa dilakukan oleh wanita mana saja. Anda tidak perlu malu dan tidak percaya diri dicap sebagai ibu rumah tangga. Anda justru seharusnya bangga disebut ibu rumah tangga. Seperti saya saat ini dan mungkin sampai kapanpun SAYA AKAN TETAP BANGGA sebagai IBU RUMAH TANGGA. Salam

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun