Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Berkah Ngeblog dari Kompasiana dan Pentingnya Menjalin Relasi Sosial

20 November 2016   17:25 Diperbarui: 20 November 2016   17:37 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasiana Blogshop, ajang menimba ilmu sekaligus kopdar pertama yang saya ikuti (dok.pri)

Beruntungnya lagi, di sana saya bertemu dengan duo admin Kompasiana kala itu, yaitu Kang Pepih Nugraha dan Mas "Isjet" Iskandar Zulkarnaen. Dari duo admin Kompasiana ini saya belajar banyak tentang bagaimana ngeblog yang benar, bagaimana agar tulisan kita banyak dibaca orang, bahkan bagaimana agar kita bisa menampilkan personal branding kita.

Saya masih ingat, tulisan pertama saya di Kompasiana kala itu masih minim pembaca. Selain itu juga tak ada satu pun pembaca yang menanggapi atau mengomentarinya. Sedih? Untungnya saya bukan tipikal seperti itu. Saya tetap saja menulis dan juga membaca tulisan teman-teman Kompasianer lain. Itulah cara lain saya belajar meningkatkan kualitas tulisan saya. Pelan tapi pasti postingan saya pun akhirnya mulai sering diganjar HL (headline) oleh admin, salah satu hal yang mungkin kala itu sangat-sangat dirindukan oleh penulis, termasuk penulis ecek-ecek seperti saya. Bangga rasanya kalau satu tulisan saya bisa nangkring di kolom HL. Bagaimana tidak bangga karena tulisan saya berkesempatan untuk "dipelototin" pembaca, paling tidak lebih lama dibandingkan dengan tulisan-tulisan lain yang tidak masuk HL.

Ibarat orang jualan, HL saya anggap sebagai ajang untuk memamerkan dagangan saya, dalam hal ini tulisan, entah  itu berupa reportase atau opini. Dengan HL-nya tulisan saya, secara tidak langsung saya juga telah menunjukkan bagaimana personal branding saya. Bagaimana gaya saya menulis, bagaimana cara saya menuturkan atau memaparkan apa yang saya lihat dan alami tentang suatu peristiwa ketika saya menuliskannya dalam bentuk reportase. Semua bisa terlihat dalam setiap tulisan saya.

Saya tak pernah peduli ketika orang menilai saya terlalu "slengekan", ceplas-ceplos, blak-blakan atau bahkan terkesan koplak di setiap tulisan saya. Ya karena itulah saya, itulah diri saya yang sebenarnya, itulah personal branding saya yang bisa saya "jual" dalam setiap tulisan saya agar bisa menarik minat pembaca. Dan ilmu dalam menampilkan semua itu saya dapatkan dari ajang yang namanya Kompasiana Blogshop. Jadi buat teman-teman kompasianer, khususnya member baru kalau ada ajang-ajang semacam itu cobalah ikuti karena sedikit banyak pasti akan ada manfaat yang kita peroleh di kemudian hari.

Kenapa ajang semacam itu perlu kita ikuti karena di kesempatan semacam itu biasanya admin Kompasiana atau mungkin nara sumber yang diundang, tak bosan-bosannya membagikan tips-tips atau trik agar tulisan kita disukai pembaca. Bukan hanya itu, bahkan jika kita ingin tulisan kita bisa tembus ke media cetak sekali pun, admin-admin Kompasiana tak pernah pelit membagi ilmunya. Setidaknya itu yang saya alami. 

sebagian hasil dari ngeblog hehehe (dok.pri)
sebagian hasil dari ngeblog hehehe (dok.pri)
Saya masih ingat di suatu perjalanan dari Balikpapan menuju Bontang, atau ketika saya tengah mudik ke kampung halaman di Yogyakarta, entah kenapa tiba-tiba saja tertarik untuk menuliskan kisah yang saya jumpai selama perjalanan itu, yang menurut saya belum pernah ada yang menuliskannya di Kompasiana. Saya coba terapkan rumus "5W + 1H" yang saya peroleh ketika Blogshop kala itu dalam tulisan saya. Benar saja, ketika saya publish citizen journalisme ala saya itu tak hanya diganjar HL di Kompasiana, tapi juga layak tayang di kolom "Freez", satu lembar halaman di harian Kompas yang khusus disediakan bagi penulis-penulis di Kompasiana yang tulisannya terpilih untuk tayang di lembar itu setiap minggunya. Karena hanya ada satu lembar, itu pun hanya seminggu sekali, maka tak banyak penulis yang bisa dimuat tulisannya di sana. Beruntung saya termasuk yang pernah merasakan nikmatnya masuk di lembar Freez ini. Dan itu tak hanya sekali lho hehehe. Bangga dong? Pastinya! Lumayanlah untuk nambah-nambah isi curriculum vitae saya hahaha. 

Namanya tulisan dimuat di koran, otomatis ada honornya dong? Berapa kira-kira honor tulisan saya yang dimuat di Freez  kala itu? Kalau semangkok bakso dan segelas es teh saja harganya 20 ribu rupiah, maka saya sudah bisa mentraktir 25 orang sekaligus dari sekali saja dimuat di kolom utama Freez. Lumayan kan hehehe. Ini juga berkah ngeblog di Kompasiana. Tapi sayang, lembar Freez sekarang tak ada lagi di harian Kompas *hiks. Mudah-mudahan setelah saya curhat ini, lembar Freez diadakan lagi ya *ngarep.

Tak hanya dimuat di lembar Freez harian Kompas, gara-gara tulisan saya yang masuk HL kala itu, seorang Kompasianer yang kebetulan bekerja di salah satu departemen sekaligus mengelola majalah internal departemen itu pernah meminta ijin tulisan saya yang HL itu untuk dimuat di majalah yang dikelolanya. Tentu saja dengan sedikit editing di sana-sini agar layak tayang di majalah. Dan ternyata ada juga imbalannya lho! Lumayanlah kalau untuk sekedar beli pulsa. Lagi-lagi ini juga berkah ngeblog di Kompasiana hahaha.

Begitulah, tulisan saya pun mulai menemui "jodohnya". Tulisan yang menurut saya hanya sekedar curhatan ala emak-emak, yang ditulis dengan santai dan ringan ternyata bisa juga menarik minat pembaca. Dari situlah akhirnya saya mulai "pede" dengan gaya penulisan saya yang seperti itu. Saya mulai menemukan personal branding pada diri saya yang itu justru bisa saya temukan dengan cara menulis dan menulis terus, tentang apa pun. Apalagi saya memang tak pernah membatasi tema dan genre tulisan. Apa pun saya tulis dan curhatkan ke Kompasiana. Namanya juga tukang curhat, semua-semua rasanya pengin saya curhatkan hahaha. Mau itu menggembirakan, menyedihkan, mengharukan atau bahkan menyakitkan sekalipun pernah saya posting di Kompasiana ini lho. Norak kali ya? Tapi ya mau bagaimana lagi, itulah proses saya belajar menulis. 

Pernah suatu ketika saya menulis tentang kebiasaan seorang Syahrini, itu lho penyanyi yang ulala manja cetar membahana. Ehh..  diluar dugaan, tulisan iseng tentang kebiasaan Syahrini yang suka latah bilang "Alhamdulillah ya...sesuatu!" itu justru di hybrid oleh Kang Pepih ke Kompas.com. Senang, pastilah! Saking seringnya posting di Kompasiana pula, saya pernah sampai pada tahap kecanduan. Mungkin tak hanya saya saja, banyak kompasianer yang punya motto "tiada hari tanpa ngompasiana" kala itu hahaha. Bagaimana tak kecanduan jika dibalik tulisan yang saya posting di Kompasiana ini, saya justru bertemu dengan banyak kompasianer dengan berbagai macam karakter melalui kolom komentar. Di kesempatan itu saya bisa berhahahihi sepanjang hari, tanpa kenal waktu meski hanya lewat kolom komentar. 

Saking intensifnya bertegur sapa sesama kompasianer di kolom komentar, akhirnya berlanjut ke media sosial lain di luar Kompasiana. Facebook dan yahoo messenger (kala itu) diantaranya. Dari sanalah akhirnya muncul grup-grup berbeda di facebook yang anggotanya merupakan penulis di Kompasiana. Yang gemar berfiksi ria tergabung di grup FB Fiksiana Community, yang hobby ngoplak tergabung di grup FB Planet Kenthir, yang hobby motret tergabung di grup FB Kampret, yang hobby karaokean tergabung di grup FB Kokain, dan masih banyak grup-grup FB yang membernya merupakan penulis-penulis di Kompasiana. Karena saya kebetulan menggemari banyak hal dan memang pengin tahu dan ingin belajar tentang banyak hal, maka saya pun tergabung di grup-grup FB tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun