Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Catatan Perjalanan Sang Kapten (24. Pilihan-pilihan Hidup)

27 Januari 2022   21:17 Diperbarui: 27 Januari 2022   21:18 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dengan canva app

Kapal segera menjauhi pusat kerajaan. Kapal segera kembali mengarah ke muara laut. Dikiri kanan sungai tetap terdengar tembakan--tembakan dari rumah-rumah penduduk. Sepertinya berasal dari tentara kerajaan terlatih yang bertugas mengamankan sepanjang alur sungainya. Sungai-sungai seperti benteng pertahanan dari serangan musuh. Suatu hal yang wajar karena sungai adalah rumah sekaligus penghidupan mereka.

Saatnya untuk meyelesaikan penyerangan dan segera kembali ke Batavia. Meski 2 kali dilakukan misi penyerangan dan masih tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Justru kerugian besar yang Inggris tanggung. Banyak korban nyawa dari awak kapal terpilih termasuk Letnan Arthur. Kapal Commando kembali rusak berat. Kapal rusak dimana-mana tetapi lambung kapal aman dari terjangan meriam-meriam Maharajalela, sehingga kapal tetap bisa berfungsi sebagaimana adanya.

Sementara itu awak kapal berupaya keras untuk menyelesaikan pekerjaan vital, terutama untuk mengamankan kapal Commando agar tidak tenggelam akibat banyaknya tembakan-tembakan dari Maharajalela dan orang-orang terlatih disepanjang sungai.

Kuakui misi masih belum berhasil untuk membuat tunduk kerajaan Sambas Darussalam kepada Inggris seperti kerajaan-kerajaan lainnya di Hindia Belanda. Dibawah desingan peluru dikiri kanan sungai akhirnya Commando berhasil membawa kami kemuara laut.

Beberapa korban serangan yang masih tergeletak harus diselesaikan sesegera mungkin untuk mengantar jenazahnya ke laut lepas. Banyak diperlukan kain layar untuk pembungkus mayat. Kemudian peluru meriam untuk pemberat diikatkan, sehingga segera akan menarik tubuh mayat kedasar laut. Upacara pelepasan dilakukan untuk menghormati mereka sebagai korban sehingga satu persatu teman seperjuangan istirahat selama-lamanya dengan tenang di lautan Kerajaan Sambas Darussalam. Separuh awak kapal lainnya terluka. Beberapa tugas pekerjaan dikapal menjadi tidak normal. Tetapi hal  terpenting adalah bentangan kain layar yang tetap mengembang agar angin bisa mendorong kami segera meninggalkan tempat yang telah banyak menimbulkan luka bagi kerajaan Inggris.

Perjalanan kembali ke Batavia terasa sekejap saja. Hampa. Angan Tuan Raffles untuk menundukkan Sambas Darussalam belum bisa kutunaikan tuntas.

Perlahan tampak pelabuhan Batavia, yang sebelumnya hanya seperti siluet kecil yang membiru. Dan perlahan kulihat Mayang berdiri diujung pelabuhan seorang diri. Wajahnya terlihat pucat. Aku terasa tidak sabar untuk menuruni kapal dan segera menghampirinya. Tatapannya kosong dan kupastikan ia tidak sedang memperhatikanku. Seperti ada sesuatu yang sedang dicarinya. Ia  menaruh curiga pada setiap awak kapal yang diturunkan yang menggunakan tandu karena terluka. Mayang seperti berusaha untuk mengetahui setiap korban yang datang satu persatu. Tampak kesedihan diwajahnya. Pandangannya dialihkan kepadaku. Aku tidak bisa berkata apa-apa saat ini. Kusadari ia masih berusaha mencari sesuatu yang belum ditemukannya.

Seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan kepadaku. Penting sekali. Tetapi hanya ada linangan air mata yang mengalir tanpa dimintanya. Tidak biasanya gadis tegar ini seperti itu. Aku berusaha menenangkannya dengan memeluknya.

"Aku mengandung anaknya Arthur, Tuan!" Mayang tampak bergetar dan badannya seperti melemah saat menyampaikan kepadaku.Penglihatanku terasa nanar. Perbuatan Arthur di gudang senjata kosong itu akhirnya nanti akan membuat Mayang seperti sampah di lingkungan masyarakatnya. Langsung terbayang olehku kesusahan demi kesusahan yang akan dialaminya kembali. Sungguh nasib yang tak pernah berpihak kepadanya. Sepertinya Mayang segera menyadari yang Arthur telah tiada.

Ia kemudian berjalan dengan sangat percaya diri. Kelihatan masih akan mencari seseorang diujung pelabuhan sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun