Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Catatan Perjalanan Sang Kapten (19.Tuan Bennet yang Malang)

27 Januari 2022   08:40 Diperbarui: 27 Januari 2022   08:47 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dibuat sendiri dengan canva app

Pelayaran hari kedua. Tidurku terjaga saat beberapa petugas jaga mulai membasahi dek paling atas dengan air laut untuk menghindari kekeringan dipermukaan lantainya. Kulirik jam pasir masih menunjukkan angka lima, artinya jam 5 subuh dengan cuaca laut tampak tenang. Sinar matahari pagi dari timur seperti akan bersiap-siap menerangi lautan. 

Aku beberapa saat tertegun memandangi secarik kertas informasi yang persis ditempel di depan pintu kamarku. Dan tanpa menunggu lagi aku segera bergegas mengecek langsung kebenaran informasi yang dituliskan. 

Disampaikan ada 2 orang dari 32 petugas pengawas meriam dilaporkan sejak awal malam demam tinggi dan tidak ada secuilpun makanan ataupun cairan yang bisa masuk kedalam lambung kedua pria malang itu.

Semua pelaut akan tahu bahwa makan malam bagi mereka adalah kewajiban yang tidak bisa ditawar. Hal tersebut untuk memberikan efek memperkuat stamina yang lebih prima di keesokan harinya. Memang sebelum keberangkatan, disampaikan bahwa kedua awak kapal tersebut dalam kondisi baru saja pulih dari sakit malaria. 

Terlihat olehku pada bagian dek tengah awak kapal yang biasa dipanggil Bennet sudah terlihat sangat payah dengan sakit yang dideritanya. Di sekitarnya muntah berceceran dimana-mana. Bau yang ditimbulkannya memicu rasa ingin muntah. Sedang dari tempat yang tidak berjauhan   Bronson, sesuai dengan namanya yang kulitnya terlihat lebih coklat masih bisa menyapaku dan tersenyum. Tidak banyak terlihat muntah disekitarnya.

"Terima kasih telah menjenguk kami, Tuan Stewart" suara Bronson terdengar lemah. Sedang Bennet tergolek lemah tak berdaya.

"Isi segera lambungnya, Bronson!" kataku dan mata pria berkulit coklat itu tampak sedikit bersemangat, sedang Bennet yang tergolek lemas disamping Bronson yang kutemui terlebih dahulu masih tidak meresponku sama sekali.

Aku langsung meminta mereka untuk segera minum dan makan apa saja sebanyak mungkin meskipun gelombang laut pasti mempengaruhi selera makannya. Gejala penyakit 2 orang tersebut terlihat sama yaitu demam tinggi. Sedang diwaktu bersamaan juga kelihatan seperti menggigil kedinginan.

Tidak seperti Bronson yang masih sangat aktif dalam berinteraksi. Bennet terlihat sangat menggigil kedinginan. Beberapa perlengkapan kain yang dibawa sebagai bahan perlengkapan berusaha di selimutkan sampai tidak ada bagian tubuh yang terlihat. 

Tetapi sepertinya tidak bisa menyelesaikan masalahnya. Beberapa bagian tubuhnya bergetar dan giginya terdengar bunyi gemeretak beberapa kali dari upayanya untuk menahan dingin yang mungkin terasa menusuk-nusuk tubuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun