Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Catatan Perjalanan Sang Kapten (5. Mayang Gadis Pribumi)

26 Januari 2022   12:26 Diperbarui: 26 Januari 2022   12:30 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dari pictsart app

 “What is your name?” [1]tanyaku masih dalam bahasa Inggris totok saat pertama kali bertemu. Gadis yang bersimpuh duduk didepanku tampak gelisah untuk menjawab karena ketidakmengertian bahasa serta kebingungan dengan kata-kata apa yang harus diucapkannya. 

Rambutnya hitam lurus terurai lepas. Terlihat rapi dan serasi dalam balutan baju panjang selutut yang terlihat usang tetapi sangat bersih dengan kain tapih bercorak gelap. 

Fisik sebagai seorang gadis tampak sempurna belaka. Saat ia tersenyum akan tampak lesung pipit dikedua belah pipinya, sehingga akan membuat siapapun yang melihatnya merasa senang. Pandangan pertama melihat seorang gadis Hindia Belanda yang telah membuatku langsung terkesan.

 “Mayang ... ,Tuan!” jawabnya singkat dan pelan. Kata-katanya hampir tidak terdengar, ia menjawabpun masih dengan posisi duduk yang kedua kakinya terlipat sempurna dan kedua belah telapak tangannya menempel dikedua pahanya. Wajahnya tetap menunduk seperti takut terhadap orang yang baru dikenalnya.

Tentunya komunikasi kami masih diterjemahkan oleh Arthur yang saat ini masih sering berada disampingku guna keperluanku berhubungan dengan orang-orang pribumi.

Selama aku belum terbiasa dengan bahasa Melayu, maka ketergantunganku dengan Arthur otomatis tidak akan dapat dilepaskan. Sedangkan pemuda plamboyan itu sendiri tinggal bersama dengan pemuda-pemuda Inggris lainnya disebuah asrama yang letaknya tidak jauh dari kediamanku saat ini: Harmonie, sebutan untuk daerah pemukiman dimana ramai sekali berdiam orang-orang berkebangsaan Eropa di kota Batavia.

Seorang Arthurlah yang telah membuat urusanku lancar tanpa hambatan sama sekali selama ini. Ia telah bisa mengatasi semua kendalaku dalam bahasa dengan orang-orang pribumi dan tentu saja sangat membantu disaat adaptasi awal kedatangan di Batavia. 

Kemudian secara perlahan dengan adanya interaksi harianku dengan Mayang, mengakibatkan kemampuan berbahasa Melayuku meningkat perlahan mesti masih terbata-bata dalam pengucapan kalimat-kalimat pendek.

Mayang, sebuah nama indah yang berasal dari sejenis bunga pohon palem yang belum mekar. Kami dipertemukan secara sengaja dikarenakan kebutuhanku akan asisten pembantu rumah selama tinggal di Batavia. 

Gadis manis itu berjanji akan melakukan pekerjaan seharian penuh dan ia meminta saat malam tiba untuk tetap kembali kerumahnya dekat kali Ciliwung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun