Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balada Orang-orang di Perjamuan Tengah Malam

25 Januari 2022   06:48 Diperbarui: 25 Januari 2022   06:55 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dari canva app

Antar Ajung[1]. Pesta adat tahunan yang sangat ditunggu-tunggu. Setiap-rumah warga sibuk menghias kapal-kapal mini berbagai ukuran dan rupa untuk dilarung di pantai. 

Awal malam sebelum acara puncak, seorang laki-laki setengah baya yang kesehariannya di panggil Udin itu tiba-tiba melompat keluar melalui sebuah lubang jendela. Ia lari terbirit-birit kencang. Ia dibuntuti oleh  beberapa laki-laki dewasa dibelakangnya. 

Semuanya berlari menuju belakang rumah berdinding papan dimana sawah berlumpur terbentang luas ditengah temaram malam bermandikan cahaya rembulan. 

 Tidak berapa lama kemudian, laki-laki kesurupan tadi yang tingkahnya menyerupai monyet muncul kembali di beranda rumah. Orang-orang yang menonton seperti berdecak kagum dengan kecepatan berlarinya. Sedang bau kemenyan yang berasal dari dalam rumah mungil ditengah sawah itu terasa menusuk –nusuk hidung. Asapnya terlihat memenuhi ruangan. 

Sesaat kemudian, Udin dengan gerakan refleknya kembali melompat pembatas teras rumah yang tingginya selutut dewasa untuk memanjat pohon rambutan yang tinggi dan tumbuh subur.

Gerakan memanjat pohonnya seperti seekor hewan salamander dengan cengkeraman jari kaki dan tangan tertempel lem super kuat. Ia kemudian bergelantungan sampai keujung-ujung dahan pohon.

 Daun-daun lebat tampak berayun dari satu titik ke titik lainnya. Semua yang menonton tampak menahan nafas. Sementara beberapa laki-laki yang sejak tadi selalu membuntutinya terus berjaga-jaga dibawah rindangnya pohon rambutan itu. 

Terlihat Udin masih bersemangat melompat dan bergelantungan dari ujung dahan yang satu keujung dahan yang lain. Malam beranjak dingin. Untung ada cahaya rembulan yang telah membantu kami melihat atraksi yang selalu ditunggu-tunggu tersebut. 

Prak...prakk..prakkkk...,dahan pohon rambutan itu akhirnya tidak bisa bisa menahan beban pemuda berperawakan gendut dan sedikit pendek yang masih kesurupan malam itu. 

Pria itu jatuh seperti bunyi buah nangka besar matang yang jatuh ketanah. Aku tidak tahu apakah itu bagian dari atraksi atau memang murni sebuah kecelakaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun