Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Piantus Sejangkung Sambas: Kisah Kampung Kreatif dan Orang-orang yang Mengabdi untuk Seni

13 Januari 2022   20:34 Diperbarui: 13 Januari 2022   20:37 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengrajin rotan yang sedang bekerja di Piantus Sejangkung Sambas

Mendung terus menggelayut dilangit. Sesekali matahari terkadang terlihat malu malu menampakkan sinar terangnya.

Sepertinya musim penghujan benar benar telah tiba. Hujan, mendung dan panas dipergilirkan Nya dalam waktu yang singkat.

Di halaman rumah, tanah yang  berwarna abu-abu tampak becek dan basah setelah hujan sedikit deras menyiraminya.

Terlihat anak-anak usia sekolah dasar gembira bermain dan berlarian diselasar rumah. Sebuah ruang sukaria yang tersisa dan sempit diantara tumpukan-tumpukan rotan dan buluh kering yang sedang menunggu disentuh oleh tangan-tangan kreatif.

Rumah-rumah mungil sederhana bersusun rapi menghadap jalan yang sebagian besar  masih ditimbun untuk perkerasan jalan sebelum di aspal.

Bukit Piantus sang penjaga kampung masih setia kokoh berdiri tegak, sekokoh orang-orang didalamnya yang ingin mempertahankan tradisi mengayam dari bahan baku yang dulu bahan bakunya melimpah di alam.

Sebuah karunia tuhan dengan pengetahuan dan keterampilan mengolah rotan dan bambu yang sepertinya sengaja diturunkan secara turun temurun.

Pernah suatu waktu, hampir seluruh penduduknya menekuni keterampilan tangan yang memerlukan fokus, ketelitian dan cita rasa seni itu. Sumberdaya asli juga masih tersedia melimpah dikampung. Ditambah selera konsumen masih belum banyak bergeser ke bahan plastik dengan berbagai macam bentuk dan corak yang menarik hati.

Sebelum Covid-19 produk kerajinan masih sangat laku terutama terserap oleh pasar Kuching Sarawak.Ironis nya kerajinan bernilai seni itu saat masuk ke pintu perbatasan akan langsung di cap dengan Made in Malaysia yang tentunya memberikan nilai tambah atau memperkuat branding produk negara tetangga tersebut . Sebuah negeri dimana ia sama sekali tidak terhubung dengan kepemilikan baik sumber daya alami dan manusia yang penuh talenta pekerja terampil didalamnya.

Keterpurukan masyarakat pengrajin semakin menjadi disaat belum terlihatnya keberpihakan pemerintah dalam memberdayakan pengrajin melalui penggunaan massal hasil kreatifitas pengrajin  dirumah tangga perkantoran serta upaya-upaya kongkrit lainnya untuk mendorong lebih berkembangnya lagi hasil produk lokal masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun