Mohon tunggu...
edhy aruman
edhy aruman Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Lahir di Gresik Pendidikan IPB Dosen LSPR

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dari "Corporate Social Responsibility" ke "Corporate Social Innovation"

15 Agustus 2019   04:32 Diperbarui: 15 Agustus 2019   04:35 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tahun 2009 P&G melakukan turn around untuk menumbuhkan bisnisnya di Brasil. Para petinggi P&G   meminta karyawannya yang bertugas di Brazil untuk tinggal dan mengamati rumah tangga berpenghasilan rendah. Kenapa rumah tangga berenghasilan rendah, itu karena pasar tersebut selama itu belum digarap P&G di Brasil.

Wawasan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman ini membuat P&G menciptakan produk baru dan memodifikasi produk lamanya, seperti deterjen sehingga harga dan produknya terjangkau, ramah lingkungan dan ramah tangan bagi mereka yang tidak memiliki mesin cuci dan mencuci pakaian dengan tangan.

Gagasan menyebar ke negara lain dan menjadi acuan P&G ketika memperkenalkan detergen Tide Basic di AS. Karyawan P&G menghubungkan keberhasilan ini dengan kebutuhan untuk memenuhi tujuan perusahaan dalam menciptakan produk yang mampu meningkatkan kehidupan konsumen di dunia. Ini yang kemudian memotivasi mereka untuk melihat bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam  meningkatkan kehidupan konsumen berpendapatan rendah di negara mereka.

Ada semakin banyak bukti dan contoh tentang bagaimana investasi sosial dan lingkungan dapat "membayar" tanggung jawab sosial perusahaan dan komersial. IBM misalnya,  membuka pasar baru dengan memberdayakan usaha kecil dan menengah. Mereka bersama Bank Dunia dan bank mitra mengembangkan Toolkit Enterprise (SME) di seluruh dunia, dan sebagainya.

Dalam beberapa tahun terakhir, korporasi didorong untuk berubah. Tekanan internal dan eksternal perusahaan saat ini semakin tinggi dan kecepatan perubahannya juga semakin tinggi, berbeda dengan sebelum-sebelumnya.

Perusahaan semakin banyak mendapat tekanan dan dari berbagai arah. Selama dekade terakhir, bisnis telah mengalami lingkungan yang berfluktuasi hebat yang ditandai oleh gangguan ekonomi, pergolakan politik, kegagalan lembaga keuangan, hilangnya kepercayaan yang tajam, dan celah yang semakin lebar pada fondasi kapitalisme.

Selain itu, kesenjangan pendapatan dan akses yang semakin luas ke perumahan dan perawatan kesehatan; ditambah timbulnya kekurangan air dan "cuaca aneh" dari planet yang menghangatkan. 

Belum lagi persoalan semakin tingginya tingkat ketidaksetaraan dan tidak dapat dipertahankan, semakin banyaknya bukti bahwa dampak perubahan iklim akan menghancurkan, hingga kesadaran investor bahwa keuntungan jangka pendek dan jangka panjang keberlanjutan terkadang bertentangan.

Situasi ini bercampur dengan adanya desakan yang tumbuh dari para aktivis, konsumen, dan sekelompok investor yang menyerukan lebih banyak transparansi, akuntabilitas, dan respons sosial dan lingkungan dari komunitas bisnis, dan perusahaan-perusahaan yang telah memasuki dunia baru.

Tanggung jawab sosial perusahaan yang selama ini hanya dilakukan itu-itu saja atau secara tradisonal yang hanya tambal sulam kini tidak lagi cukup. Menurut The Economist, hari-hari ketika CSR hanya tentang mengelola reputasi perusahaan telah lewat. Sekarang makin banyak perusahaan yang memikirkan ulang fundamental bisnisnya, dengan memikirkan ulang strategi mereka dalam merancang produk dan bagaimana rantai pasokannya dikelola.

Kini, perusahaan memikirkan ulang tujuan bisnisnya, dari sekadar mendapatkan keuntungan finansial, ke perhatian lebih pada dampaknya pada karyawan, pelanggan, komunitas, dan lingkungan. Untuk alasan seperti ini, perusahaan semakin dituntut lebih kreatif untuk berinovasi dalam tanggung jawab sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun