Mohon tunggu...
Eduardo Retno
Eduardo Retno Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pencinta Kopi, Travelling dan Musik.

Penulis lepas yang banyak berkicimpung di beberapa organisasi pemuda kemasyarakatan dan beberapa komunitas. Sekarang aktif di dunia Koperasi Credit Union (KSP Credit Union Pancur Solidaritas) Kabupaten Ketapang - Kalimantan Barat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jadilah Seperti Biji Kopi!

17 Februari 2010   06:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:53 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Suatu ketika saya pernah mendapatsecarik kertas yang berisi catatan-catatan sederhana yang begitu memotivasi hidup saya secara pribadi. Sebagai seorang mahasiswa yang hidup diperantauan, jauh dari orang tua, tentunya bukan suatu hal yang mudah, tantangan atau liku-liku kehidupan akan terus mengiringi langkah kita, banyak yang telah membuktikannya, walaupun hasil akhirnya berbeda-beda.

Uang saja mungkin takkan cukup untuk menghadapi tantangan hidup yang begitu keras di masa kini tanpa memiliki tekad, hati yang tegar serta dilandasi motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan. tak mungkin tantangan demi tantangan dapat kita hadapi tanpa ada semangat untuk berjuang dengan hati yang tegar, telah banyak kasus bunuh diri yang terjadi akhir-akhir ini dikarenakan tidak siapnya mereka menghadapi cobaan serta tantangan hidup yang menerpa hidup mereka, hingga akhirnya ‘mati’ menjadi pilihan terakhir .

Kembali kepada teman baikku tadi, catatan motivasinya begitu sederhana namun memiliki makna yang cukup dalam sehingga perlahan bisa memberikan kekuatan baru, ia menulis seperti ini ;

Bayangkan jika ada tiga panci yang di dalamnya ditaruh air untuk direbus bersamaan di tiga kompor. Di dalam tiga panci air yang direbus itu juga dimasukkan masing-masing wortel, telur, dan biji kopi yang sudah dihaluskan menjadi bubuk kopi.

Wortel yang tadinya keras setelah direbus menjadi empuk. Telur yang di dalamnya lunak menjadi keras. Bubuk kopi tetap seperti semula (biar tinggal ampasnya), tetapi air panas tadi sudah berubah warnanya dan mempunyai bau kopi yang sangat harum.

Sekarang kita renungkan tentang tantangan (baca: masalah) yang harus kita hadapi dalam kehidupan kita. tantangan tidak selamanya mudah. Tantangan tidak selamanya nyaman dan tantangan kadang sepertinya tidak sesuai dengan kekuatan kita.

Keadaan tidak cepat berubah sesuai dengan keinginan kita. orang-orang seperti tidak sesuai dengan harapan kita, mungkin juga diri kita sepertinya tidak berubah sesuai dengan keinginan kita sendiri. APA YANG TERJADI KETIKA KITA MENGALAMI KESULITAN?

Air yang direbus hingga mendidih menggambarkan tantangan yang kita hadapi. Kita dapat menjadi seperti wortel. Kita maju dengan kuat, tegas dan semangat, tetapi akhirnya kita lemah dan lunak. Kita menjadi sangat lelah, kita kehilangan harapan, kita MENYERAH. Hilanglah semangat di diri kita. JANGAN MAU SEPERTI WORTEL!

Kita dapat menjadi seperti telur. Kita memulai dengan hati dan sangat tenang, namun kita berakhir pada hati yang egois dan cuek. Kita membenci orang lain, kita membenci diri sendiri. TIDAK ADA LAGI KEHANGATAN DALAM DIRI KITA. JANGAN MAU SEPERTI TELUR!

Kita dapat menjadi bubuk kopi. Air (tantangan) tidak mengubah bubuk kopi (diri kita).bubuk kopi yang mengubah air. Kita membuat sesuatu yang baik dari tantangan yang kita hadapi. KITA BELAJAR HAL-HAL BARU. Kita mempunyai pengetahuan baru, cara pandang baru, skil baru, dan ilmu baru. KITA TUMBUH BERSAMA PENGALAMAN. Kita membuat dunia di sekeliling kita menjadi lebih baik.

Untuk berhasil kita perlu mencoba…coba…coba lagi. Kita harus percaya pada apa yang kita kerjakan. Kita tidak boleh menyerah. KITA HARUS SABAR. Kita harus tetap berSEMANGAT. Masalah dan kesulitan memberi kesempatan bagi kita untuk menjadi lebih kuat…dan lebih baik dan lebih mampu. JADILAH SEPERTI BIJI KOPI.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun