Mohon tunggu...
Eddy SATRIYA
Eddy SATRIYA Mohon Tunggu... -

Kolumnis di berbagai media cetak dan elektronik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bersih 4.0 Majulah Malaysia

30 Agustus 2015   06:57 Diperbarui: 30 Agustus 2015   06:57 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apa Itu Gerakan Bersih 4.0 yang Minta PM Najib Mundur Dari Jabatannya?

Foto diambil dari Detikcom /REUTERS/Athit Perawongmetha

Sebagai tetangganya, kita perlu bersyukur dengan kemajuan pesat Malaysia dalam berdemokrasi. Turunnya puluhan ribu orang berkaos kuning di berbagai wilayah Malaysia untuk melakukan demo yang dikenal dengan gerakan Bersih 4.0 sudah lama kita tunggu. Kenapa? Jelas pemerintah yang otoriter di era borderless seperti sekarang ini bukan hanya tidak baik untuk masyarakatnya, tetapi juga buat tetangga.

Beberapa dekade ini kita merasakan betapa "bejatnya" sebagian warga negara Malaysia terhadap rakyat kita, khususnya TKI dan TKW yang ingin mencari tambahan pekerjaan dan tambahan rezeki di negeri seberang, negeri tetangga. Masih tidak bisa kita lupakan betapa dengan sangat mudahnya para majikan disana menseterika atau menyundut pembantu mereka sehingga mengakibatkan trauma, psikis dan pisik.

Tidak sedikit TKW yang bekerja di Malaysia hanya tinggal nama dan jika bisa kembali ke Indonesia setelah sembuh sering mengalami trauma mental maupun kelumpuhan fisik yang sangat berat. Juga sering sekali kita baca dalam berita betapa TKI kita sering diperlakukan tidak adil. Ketika Malaysia membutuhkan tenaga kerja, mereka membujuk dan mencari TKI hingga pelosok negeri. Ketika semua pekerjaan selesai dan gedung-gedung pencakar langit mereka rampung berdiri, para TKI dikejar hingga ke kolong rumah dan apartemen untuk di deportasi karena telah melewati batas izin tinggal. Tidak jarang beberapa dari mereka di "dor"dengan berbagai alasan tanpa perlindungan hukum memadai.

Banyak dari kita mengalami pelecehan intelektual ketika bergabung dalam berbagai kesempatan internasional. Rata-rata warga negara Malaysia "look down" terhadap bangsa dan intelektual kita. Memang tidak semua demikian, namun sering kita rasakan dalam berbagai kesempatan.

Mengapa hal demikian bisa terjadi, di negeri yang sudah relatif maju secara ekonomi itu?

Itu tadi, karena pemimpin dan elite yang sangat takut kehilangan kekuasaan selama ini telah membentengi dirinya dengan berbagai regulasi satu arah yang tidak memikirkan kesempatan rakyatnya menyampaikan pemikirian. Inspirasi dimatikan dengan berbagai cara. Bukan hanya rakyat, lihatlah juga betapa politikus senior mereka juga mengalami hal buruk. Kita menyaksikan berulang kalinya seorang Anwar Ibrahim yang cemerlang harus menghadapi berbagai tuntutan yang terkadang kurang masuk akal. Penyangga leher yang pernah dipakai Anwar memberikan sinyal betapa ia juga mengalami penyiksaaan dalam tahan beberapa tahun silam.

Rakyat Malaysia tentu saja juga bisa melihat betapa pada saat bersamaan negeri kita Indonesia juga sudah semakin maju dalam berdemokrasi. BUkan hanya bisa mencaci presiden dan pemimpin mereka di berbagai media cetak dan media elektronik, tentu saja rakyat Malaysia dapat merasakan kemajuan demokrasi di Indonesia. Mereka tentu bisa merasakan perbedaan. Namun kita tetap harus akui, meski Indonesia maju dalam berdemokrasi, juga banyak konsekuensi yang harus diterima bangsa Indonesia. Pembangunan ekonomi menjadi lebih tertinggal dan mengalami tantangan yang jauh lebih berat dibanding era Suharto dan era di awal reformasi. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme juga tumbuh dan hilang silih berganti, tergantung siapa yang pegang kekuasaan. Hanya kadar dan caranya yang berbeda. 

Dengan terlaksananya demo Bersih 4.0 pada tanggal 29 Agustus kemarin yang menuntut antara lain: Pemilu; dan pemerintah yang bersih; selamatkan ekonomi; dan hak membantah; maka Malaysia telah memulai babak baru mereka dalam berdemokrasi.

Kita berharap makin banyak kemajuan yang dapat diraih bangsa Malaysia dan tentu pada saat bersamaan kita harapkan juga pemimpin Malaysia tidak memberangus gerakan perubahan itu dengan cara2 yang tidak manusiawi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun