Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perempuan dari Malmedy 16: Baldy Devil! Setan Gundul!

1 Februari 2012   02:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:13 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

EPISODE 15 : TERLALU BANYAK LORONG bisa disimak di sini

EPISODE 16 : BALDY DEVIL! SETAN GUNDUL!

”Zaldy! Kamu....” Pitra melepaskan kuncian tangannya.

”Lho, Pitra, ya?” erangan Zaldy berubah teriakan senang, ”kau sampai disini?”

”Aku mencari-cari kamu dan mbak Riri. Mana mbak Riri?”

”Nggak tahu!”

”Bagaimana kau sampai berada di sini?”tanya Pitra.

”Ceritanya agak panjang. Nanti saja?” ujar Zaldy, ”aku baru saja melumpuhkan salah satu anak buah Bad Smallstone di ruang sebelah tak jauh dari sini. Kita korek saja keterangan dari dia untuk mencari mbak Riri”

”Kau bilang baru menundukkan anak buah Bad Smallstone?” Pitra tak percaya.

”Ya, sudah kuikat! Tak akan lepas. Ayo,” Zaldy segera memimpin Pitra berjalan ke arah ruang lain. Tak habis pikir Pitra bagaimana bocah krempeng macam ini bisa menaklukkan anak buah Bad Smallstone yang besar-besar dan sangar.

”Itu dia,” Zaldy menunjukkan sesosok tubuh yang meronta-ronta di lantai ruangan sebelah, ”kukira dia seorang bajingan wanita,” ujar Zaldy menyorotkan lampu baterai.

”Wanita?” ulang Pitra.

Pitra merasa tak asing dengan erangan perempuan itu. korban Zaldy itu. Ia segera berjongkok dan memeriksa.

”Karin!”.

”Kau kenal dia?” Zaldy ganti terheran-heran.“

“Dia bersamaku,“ kata Pitra

“Tadi dia sendirian, gerak-geriknya mencurigakan. Jadi kuringkus saja dia.

”Kami berpisah dilorong masuk, setelah dihantam air bah” Pitra melepas ikatan tangan Karin.

”Jadi kamu sengaja masuk kemari? Tempat apa sebenarnya ini?” Zaldy heran.

”Sebuah ruang bawah tanah. Sekitar dua puluh lima meter dari atas sana. Ada sebuah bangunan kincir angin rusak. Aku masuk lewat sana,” kata Pitra, mengangkat tubuh Karin. Gadis itu langsung meronta. Ia mengibaskan rambutnya dan bernafas lega. Mukanya belepotan lumpur.

”Ini bajingan kurang ajar yang menyergapku,” Karin menyemprot Zaldy, ”Bagaimana mungkin kau berkomplot dengan dia?” Karin menoleh Pitra.

”Sabar, Karin... sabar. Ini Zaldy, teman yang kumaksudkan itu. Kau ingat dia pernah menolong aku dan dia di kanal Herengracht tempo hari?” Pitra bicara. Karin menatap wajah Zaldy sesaat, kemudian menepuk keningnya sendiri.

”Astaga! Aku lupa. Jadikau Zaldy itu? Sorry! Ya.. ya, aku ingat sekarang, ” Karin tersenyum,”Well, namaku Karin. Jangan marah soal dampratanku tadi, ya?” Karin mengulurkan tangan.

”Oke...oke, kita baikan saja. Maaf juga aku mengikat kau dan membenamkan kepalamu ke lumpur! Asal tahu saja, aku tadi menyangka kau anak buah Bad Smallstone. Kalau aku tahu kamu cantik , kucium dulu kau seblum kuikat,”kata Zaldy. Karin mendelik. Kurang ajar sekali anak ini.

”Eit, baru dua detik baikan. Jangan marah!” Zaldy berkelit.

”Nah, ceritakan pada kami kenapa kau sampai di sini, bagaimana kau tahu Bad Smallstone dan bagaimana mbak Riri?”

”Aku tak tahu menahu soal mbak Riri. Yang jelas, yang aku ingat adalah kamar flat mbak Riri yang tiba-tiba saja menyala berkobar-kobar. Panas sekali. Aku tak tahan. Aku mendengar mbak Riri berteriak-teriak. Api di sekelilingnya. Aku hendak menolong. Tapi aku tak berdaya. Rasanya aku sudah mati,” ujar Zaldy berapi-api.

”Kemudian aku tak sadar. Ketika aku siuman, aku berada di ruang gelap ini. Sungguh aku tak tahu di mana aku berada.”

”Ini ruang rahasia tempat Bad Smallstone dan kawan-kawan mengadakan penelitian,” terang Karin.

”Penelitian?” Zaldy tak percaya, ”aku tahu mereka menyebut-nyebut nama Bad Smallstone, tapi aku tak tahu mereka punya kegiatan penelitian. Memang ada beberapa bagian dari ruang ini yang sangat rahasia itu. Aku disekap di sebuah ruangan lain”

”Kau disekap? Bagaimana bisa lolos?” Pitra gusar.

”Lewat lubang air sebesar tubuhku. Kalau pintar-pintar mengamati, ruang ini sebenarnya dihubung-hubungkan dengan banyak lubang air. Entah untuk apa pula bangunan ini dikerjakan dengan cara demikian,” cerocos Zaldy.

“Baiklah,” ujar Pitra setelah berpikir sejenak. ”banyak yang harus kita kerjakan di ruangan ini, dan semuanya serba tak pasti. Karin akan menceritakan semua padamu, ”Pitra menepuk bahu Zaldy.

“Jadi kau bukan menjemput aku pulang?” pelolot Zaldy.

“Sama sekali tidak!”

“Setan gundul, kamu. Aku ada janji dengan Siska! Cewek baruku!”

”Aku bahkan tidak tahu lewat mana kita keluar. Kita terkurung, monyet! Tugas kita adalah menyelamatkan mbak Riri dan melumpuhkan Bad Smallstone dan Inrenanu,”kata Pitra.

”Ya ampun! Apa-apaan ini. Bagaimana Siska, nanti malam?”

”Lupakan Siska, kataku. Sekarang dengar Karin menjelaskan semua. Aku mau melihat-lihat sekeliling,” ujar Pitra. Zaldy terbengong.

”Pit, sebentar!”

”Kau punya sepuluh menit untuk memahami situasi,” Pitra berjalan menjauh. Zaldy gusar sekali. Tapi tak urung ia mendekati Karin dan dengar gadis itu mengulang kisahnya sampai tuntas. Zaldy manggut-manggut sekaligus tak habis pikir persoalan ternyata sedemikian ruwet.

”Jadimemang Bad Smallstoneadalah sumber bencana ini?” Zaldy bertanya sendiri. Karin tak menjawab. Ia membersihkan sisa-sisa noda lumpur di sekujur wajahnya dengan lengan pull overnya. Pitra kembali tak lama kemudian dengan langkah cepat.

”Okay? Segalanya beres?” tanya Pitra.

”Kau memang setan gundul! Kacau semua rencanaku dengan Siska,” omel Zaldy. Pitra tersenyum kecil.

”Nah, sekarang kau tunjukkan pada kami tempat kau di sekap,” pinta Pitra. Zaldy mendelik.

”Kembali kesana?”

”Ya. Sekarang!” Pitra beranjak, tangannya melambai ke arah Karin dan Zaldy. Sigap Karin membuntuti Pitra. Zaldy masih terbengong di tempatnya. Ia memandang Pitra dan Karin dengan gusar.

”Tunggu!” akhirnya Zaldy berteriak dan membuntuti, ”setan gundul! Kau tak banyak tahu tentang tempat ini”

Pitra tertawa, ”satu hal yang aku suka dari kamu,” ujarnya, ”kau bersemangat manakala dirimu merasa penting!”

Baldy Devil! Setan gundul!” Zaldy tertawa.

”Tapi, baiklah. Kau memang penting! Penting sekali!”

”Setan gundul kuadrat!”

***

”Jarum Kalugatii itu, sekarang berada pada kau?” tanya Zaldy, memimpin mengendap-endap. Karin dibelakangnya.

”Tadinya ya. Sekarang ada pada Pitra. Nanti saja kalau mau lihat. Jarum itu terselip dalam sekerat kulit,” potong Karin.

”Kulit?”

”Ya, kulit. Aku lupa menceritakan padamu, sejauh ini jarum Kalugatii aman dari pantauan segala macam alat penginderaan jika berbalut kulit. Kulit itu dikerat dari tas Pitra,” jelas Karin. ”Well, aku punya usul, ”Karin menoleh belakang.

”Apa itu?” tanya Pitra.

”Bagaimana kalau kau suruh Zaldy berhenti bicara dan konsentrasi ke depan. Berkali-kali ia membuatku tersandung, dan ia terlalu banyak menoleh ke belakang,” keluh Karin. Pitra tertawa.

”Nah, Zal, sudah ada yang kau ketahui tentang ruangan ini?”usik Pitra. Mereka kini sudah sampai di mulut sebuah ruang agak remang. Lampu-lampu kecil yang digantung sembarangan di langit-langit membuat ruangan ini sedikit terang.

”Belum!”

”Kalu melihat strukturnya,” sela Karin, ”ini adalah bagian depan dari sebuah ruang istirahat. Lihat itu,di depan sana ada segaris koridor dengan beberapa pintu”

”Ya, kalau bukan ruang istirahat, pasti semacam asrama tahanan,” ujar Pitra.

”Ngomong-ngomong, kau pernah bertemu Bad Smallstone selama diruang bawah tanah ini?” Karin menanyai Zaldy.

”Tidak”

”Lantas bagaimana kau tahu tentang dia?” sergah Pitra.

”Aku tak tahu apa-apa sejak kejadian di flat mbak Riri siang itu. Yang aku tahu, aku susah bernafas di ruang lembab ini. Sayup-sayup aku dengan suara mbak Riri merintih. Ruangan benar-benar gelap. Tak bisa aku melihat apa-apa. Ada suara lelaki, lebih dari satu, membawa mbak Riri dengan paksa. Mereka menyebut nama Bad Smallstone menginginkan saya dan mbak Riri. Tapi mereka cuma berhasil menyeret mbak Riri,” cerita Zaldy.

”Kamu sendiri?” sela Pitra.

”Aku beruntung. Ada cekungan berbentuk persegi yang cukup untuk menyembunyikan diri. Aku menjatuhkan tubuh ke cekungan itu. Mereka gagal menemukan aku.”

”Mereka tak membawa lampu?” tanya Karin.

”Tidak! Aku sendiri ingin tahu kenapa mereka mengambil kami di tempat gelap tanpa lampu”

”Well, kamu beruntung. Tapi aku masih penasaran bagaimana mereka membawa kau dan mbak Riri ke tempat ini dari flat Riri ,” kata Pitra.

”Sebentar, aku ingat,” potong Zaldy, ”ketika bayangan Inrenanu membawa kau melayang keluar jendela, dan api mengepung ruangan, tiba-tiba muncul 2 orang. Ya aku ingat. Itu Karl dan Fred. Kami disergap. Aku tak berkutik. Mulutku disumpal gombal beraroma menyengat. Kuduga itu aroma kloroform. Aku tak sadarkan diri. Mbak Riri juga mengalami nasib sama dengan aku. Ya, aku ingat betul, begitu kejadiannya,” ucap Zaldy bersungguh-sungguh.

Pitra manggut-manggut. Ia menerjemahkan cerita Zaldy untuk Karin. Kini mereka faham betul mereka punya dua musuh: Smallstone dan Inrenanu. Dan selebihnya mereka perlu menyadari mereka kini tersekap dalam sebuah ruangan yang sama sekali tak bersahabat. Hanya nasib baik yang bisa mengantarkan mereka ke udara segar dalam keadaan selamat.

BERSAMBUNG KE SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun