Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Churn Rate dan Fenomena Gonta-ganti Nomor HP

22 September 2011   07:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:44 2964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Seberapa sering pengguna telepon seluler di Indonesia ganti nomor HP dan apa tujuannya? Saya barusan berselancar bersamaMbak (dunia) Maya dan menemukan jawabannya. Hasiljalan bareng Mbak Maya kemudian saya tambah dengan pengamatan sendiri, dan saya torehkan di lapak Kompasiana.

Pertama-tama, mari berkenalan dengan Churn Rate. Churn rate adalah istilah yang digunakan dalam dunia telepon seluler, yang artinya adalah tingkat (persentase) berhentinya pelanggan dari operator tertentu karena alasan tertentu dalam satuan waktu tertentu (misalnya tahun). Jadi, bila pada akhir tahun suatu opetaror memiliki 100.000.000 pelanggan dan angka churn rate 2%, itu artinya pada tahun tersebut ada 2.000.000 pelanggan yang hengkang dari operator tersebut. Churn rate adalah indikator ringkat kemapanan operator; makin rendah angka churn rate, makin oke kinerjanya (www.mobileburn.com)

[caption id="attachment_131580" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi (foto : lifestyle.okezone.com)"][/caption]

Kita tidak akan mengobrolkan kinerja bisnis operator; lebih asyik bila kita membahas kenapa orang Indonesia suka berhenti dari satu operator dan gabung dengan operator lain. Percayalah, banyak alasan unik di balik fenomena gonta-ganti nomor HP ini.

MenurutFrost and Sullivan (sebuah lembaga pengkajian data), Indonesia yang berpenduduk kurang lebih 237 juta orang ini (2010) adalah pasar telepon nirkabel terbesar ke-3 di dunia. Angka penetrasi (penggunaan) kartu SIM card di Indonesia sebesar 97,3%. Ini artinya, ada sekitar 236,7 juta pengguna SIM card (tahun 2010). 95% dari pengguna telepon seluler Indonesia merupakan pengguna berbasis pra-bayar (pre-paid)melalui 11 operator seluler(Telkomsel 40%, Indosat 19%, XL 17%, Flexi 8%, BTEL 6%, dan lain-lain 11%). Frost and Sullivan menyebutkan, masing-masing pengguna SIM di Indonesia rata-rata  memiliki 1,6 SIM.

Menarik diperhatikan adalah bahwa churn rate di pasar operator seluler Indonesia berkisar antara 12 – 15%, bergantung operatornya; sebuah angka yang lumayan tinggi. Itu berarti, di tahun 2010 saja, ada sekitar 12.404.000 sampai 35.505.000 pelanggan yang berhenti dari satu operator ke operator lain. Ada pula sumber yang menyebutkan churn rate juga tembus di angka 20%. Apakah ini juga menunjukkan fenomena pengguna pindah ke lain hati? Besar kemungkinan.

Makin murahnya harga kartu perdana dicurigai sebagai salah satu pemicu tingginya churn rate. Ada kecenderungan pelanggan baru memberi kartu perdana dan hanya memanfaatkan kartu itu sampai pulsa habis saja. Dengan harga kartu perdana Rp 5 ribu, orang bisa mendapatkan pulsa hingga Rp 15 ribu. Karena itu, daripada membeli pulsa, lebih baik membeli kartu perdana. Ini yang menyebabkan churn rate tinggi” kata sebuah sumber yang dikutip www.operatorseluler.com. Sumber itu juga menyimpulkan bahwa murahnya harga kartu perdana disebabkan oleh kelebihan pasokan kartu perdana.

Sumber-sumber lain mengungkapkan bahwa churn-rate juga disokong oleh kurang menariknya layanan operator, banyaknya pelanggan yang pindah ke operator tertentu agar bisa telepon atau sms gratis ke rekan bicara sesama operator, alasan tariff mahal dan pengguna nomor untuk keperluan sekali pakai (www.arbaky.blogspot.com).

Secara lengkapnya, gonta-ganti nomor telepon bisa saya rangkum sebagai berikut.

1.Pengguna yang cuma mau memanfaatkan besaran nilai pulsa (beli SIM seharga Rp 5.000, dsapat pulsa Rp 15.000). Bandingkan dengan bila top-up (beli pulsa nomor sendiri) senilai Rp 10.000, misalnya. Ini adalah jenis pengguna sekali pakai.

2.Para peselingkuh, yang menggunakan nomor lain untuk aksi selingkuh agar tak terdeteksi pasangan resmi masing-masing.

3.Para penipu (Ingat SMS penipuan ‘Ma, tolong belikan pulsa untuk nomorku satunya yaitu nomor XXXXXXXX’ atau yang sekarang marak ‘Uangnya transfer saja ke nomor rekening Bank Anu no xxxxxx atas nama xxxxxx). Nomor yang digunakan untuk mengirim SMS biasanya sekali pakai agar tak terlacak.

4.Pengguna yang memiliki satu handset, tablet atau gadget lain (dengan jaringan internet, misalnya) yang memanfaatkan layanan lebih ekonomis dan efisien dengan operator tertentu, sehingga ia pindah ke operator tersebut.

5.Pengguna yang terikat secara sosial dengan pengguna lain sesame operator, agar lebih murah, misalnya IM-3 di kalangan anak muda, keperluan keluarga dan sebagainya.

6.Fakta bahwa rata-rata orang Indonesia memiliki lebih dari satu pesawat telepon (rata-rata 1.8 pesawat telepon dan ganti pesawat telepon setiap 8 bulan, menurut Frost and Sullivan). Pengguna macam ini biasanya punya satu nomor yang setia pada operator tertentu, dan satu telepon lagi bisa untuk gonta-ganti dengan berbagai keperluan.

7.Pelanggan yang sengaja ganti nomor karena masalah-masalah tertentu (misalnya menghilangkan jejak dari kejaran penagih hutang)

8.Pelanggan yang gagal mempertahankan nomor teleponnya karena hal-hal tertentu (lupa top-up, misalnya)

9.Pelanggan yang pindah ke nomor-nomor cantik.

Bila Anda suka gonta-ganti nomor telepon seluler, mudah-mudahan Anda hanya menggunakannya untuk keperluan dan alasan positif. Salam!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun