“Celaka tigabelas!” seru teman saya, yang sedang duduk di sebelah saya yang tengah mengemudi. “Ada apa?” tanya saya.
“HP saya ketinggalan di rumah!”
Sudah berapa lama Anda tak mendengar frasa celaka tigabelas? Sudah cukup lama atau bahkan tak pernah tahu frasa itu hidup dalam bahasa Indonesia.
Ketika memutar balik dan kembali terjebak macet menuju rumah teman itu, alih-alih menggerutui kemacetan, saya mencari hal menarik dari celaka tigabelas, dan mengingat-ingat apakah ada kata-kata lain dalam bahasa Indonesia dan bahasa lain yang menggunakan angka sebagai ungkapan selain untuk menjelaskan jumlah atau bilangan
Dalam semua bahasa di dunia ini, saya yakin angka juga digunakan sebagai kata non-bilangan. Bilangan tigabelas di belakang celaka dimaksudkan untuk memberikan kesan betapa seriusnya suatu permasalahan. Konon ‘tigabelas’ diambil dari angka 13 yang kerap kali dimaknai sebagai angka sial. Teman saya itu perlu menggunakan kata celaka tigabelas karena kami sudah terlanjur masuk ke jalan tol dan harus memutar di pintu keluar tol, untuk kemudian balik merayapi kemacetan jalan menuju rumahnya yang tentu saja merepotkan dan tidak menyamankan tiga penumpang lain di dalam mobil, termasuk saya.
Kembali ke angka. Kini dalam bahasa Indonesia sering pula terdengar sebelas dua belas, yang artinya ‘kurang lebih sama’ atau ‘beda tipis’. Kalau tak salah, sebelas dua belas diambil dari ‘sebelas per duabelas’ yang bermakna ‘hampir satu’, ‘hampir sama’. Kita juga mengenal ungkapan ‘nomor satu’ yang artinya ‘paling baik’. Ungkapan nomor satu dalam arti ‘paling baik’ juga dikenal dalam bahasa Inggris, Jepang, Thailand, Vietnam dan Kamboja.
[caption id="attachment_256320" align="aligncenter" width="500" caption="(foto : www.blackenterprise.com)"][/caption]
Lebih jauh lagi, dalam bahasa Indonesia kita juga familiar dengan idiom-idiom menduakan yang berarti ‘berkhianat’ atau ‘tidak setia’. Kita juga biasa pakai bicara empat mata (berbicara berdua saja), atau setengah mati yang maknanya ‘sulit sekali’.
Uraian di atas mengacu pada bahasa ucap dan tidak acap terjadi dalam bahasa tulis. Kita tidak akan menulis bicara 4 mata, men-2-kan, atau 1/2 mati dalam ragam formal.
Penggunaan bilangan dalam bentuk bahasa tulis lebih kaya dan bervariasi, terutama dalam ragam informal dan untuk kepentingan komunikasi media sosial dan pesan singkat (sms). Dalam bahasa Inggris, secara homofonik, bilangan 2, 4, 8 kerap kali dimanfaatkan untuk menggantikan two/to/too, for dan ate. Misalnya : I h8 fish, but thank u 4 sending me the fish. I’ll see u 2morrow (I hate fish but thank you for sending me the fish. I’ll see you tomorrow).
Dalam bahasa Indonesia, hampir semua bilangan bisa digunakan : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7. Ini contohnya : kita ber-217-an (kita berdua satu tujuan), T4 P6balan ban (tempat penambalan ban) dan sebagainya.
Dalam bahasa Thai bilangan 5 bisa digunakan untuk ekspresi tertawa, karena dalam bahasa Thai, 5 adalah ha. Jadi : 555555 (hahahahaha). Dalam bahasa Jawa, bila sedang meledek teman, penutur kerap juga menggunakan angka, misalnya rupamu koyok telulikur (wajahmu mirip 23). Asal tahu saja, 23 adalah kode nomor lotere untuk monyet.
Sejumlah orang tertentu, suka menggunakan sandi-sandi dunia kepolisian untuk mengungkapkan sesuatu. Misalnya : 86, 813 (delapan-enam, delapan satu tiga), yang artinya ‘pesan dimengeri, selamat bertugas’.
Dalam bahasa Inggris, kamus Webster’s New World Dictionary edisi 1991 memuat entry‘eight-six sebagai kata kerja untuk ‘menolak, menghabisi, menolak melayani’. Ini contohnya : The Chinese restaurant has eighty-sixed me (Resto Cina itu telah menolak melayani saya). Jadi jangan heran bila sebagai kata kerja, eighty-six bisa saya berwujud eighty-sixes, eighty-sixing, eighty-sixed, dan to eighty-six.
Nah, bagaimana bila angka-angka digunakan oleh komunitas tertentu sebagai sandi antaranggota komunitas untuk menyamarkan komunikasi? Sangat mungkin terjadi. Saya pernah mendengar pengakuan teman pelaku selingkuh yang sengaja menciptakan kosa kata sandi dengan angka-angka.
Inilah kosa kata angka yang ia ajarkan pada saya.
10 = aku kangen kamu
11 = aku kangen banget sama kamu
12 = kamu kangen aku nggak?
13 = aku nggak kangen kamu
14= aku kangen kamu juga
20 = aku pingin ketemu kamu
21 = kamu pingin ketemu aku nggak?
22 = aku nggak kepingin ketemu kamu
23 = aku nggak bisa ketemu kamu
24= aku nggak bisa ketemu kamu sekarang
25 = aku kepingin ketemu kamu di tempat biasanya
25-05 = aku pingin ketemu kamu di tempat biasanya jam 5
30 = aku sedang dengan suamiku/istriku saat ini
31 = aku sedang dengan suamiku/istriku dan anakku saat ini.
40 = aku nggak bisa tidur, mikirin kamu
50 = aku mau nelepon kamu
51 = jangan telepon
51-31 = jangan telepon, aku sedang sama suami dan anak-anakku.
Dan seterusnya.
Yang lebih nakal lagi adalah bilangan 2159. Saya dapatkan ini di internet. Jangan gegabah menggunakan empat angka ini yang disertai tanda tanya : 2159? Mau tahu artinya : ML yuk! Kok bisa? Bisa! begini rumusnya : 2 insan, 1 Kamar, 5 Menit, 9 Bulan.
Hadeh!
Yuk gunakan kreatifitas bahasa angka untuk kebaikan!