Mohon tunggu...
eddy lana
eddy lana Mohon Tunggu... Freelancer - Eddylana

Belajar menjadi tukang pada bidang yg dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mungkinkah Bunga Itu Bersemi Kembali?

17 Juli 2021   23:00 Diperbarui: 17 Juli 2021   23:28 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Glance - Diolah dari sumber ilustrasi facebook.com/RuthPearsonUK

Kedua orangtuanya serta suaminya dan Rangga putra semata wayangnya, mereka harus segera diboyong kerumah sakit. 

Logikanya seperti terpasung, benaknya seolah tak mampu lagi berpikir, mengapa virus ini mampu menginfiltrasi ketubuh manusia secepat itu. Padahal mereka sangat ketat untuk tak kontak dengan siapapun. 

Astrid begitu naik pitam, saat mengetahui ternyata si ART sering menjumpai pacarnya didepan rumah. Padahal sudah ada perjanjian tak boleh keluar dan pergi kemanapun bagi si gadis ART. 

Tanpa pikir panjang, dia mempersilahkan ART itu untuk keluar dari rumahnya. Tanpa tes swab, Astrid berani memastikan bahwa gadis itu setidaknya OTG. Hampir sebotol disinfektan habis untuk menyemprot kamar eks ART nya dan beberapa botol lagi diseluruh rumah. 

Astrid begitu panik, bagaimana tidak? Suaminya komorbid dengan komplikasi diabetes yang walau terkendali, tetapi membuat hatinya cemas. Ayahnya pun memiliki riwayat hipertensi. 

Kecemasannya ternyata terbukti. Empat orang yang sangat dicintainya, tak mampu melawan keganasan virus bedebah tersebut. Berturut-turut mereka meninggalkannya. Dan  dia tak bisa menerima kenyataan itu. 

Dunia seperti kiamat, sebuah dinamit super dahsyat telah menghancurkan gundukkan batu karang dihatinya. Lama wanita itu terpuruk dalam kesendiriannya. 

Dan setelah itu semuanya luruh bagai tenggelam ke sebuah Samudra yang kelam, sunyi dan sepi. Ketika matanya membuka, tubuhnya sudah berada diatas tempat tidur disebuah Klinik besar. 

Kerabat dari Johan suaminya mengatakan betapa dirinya tak siuman selama dua hari. Astrid sama sekali tak bereaksi mendengar hal itu.  Matanya kosong menatap selang infus yang melekat dilengannya. 

Dua bulan  Astrid  berjuang melawan rasa putus asa yang dirasa hendak mencengkram nya. Berkian kali pula dirinya bolak-balik ke dokter untuk pemulihan kesehatannya, serta beberapa kali juga dia memaksakan diri untuk konseling ke seorang psykiater. 

Dihari pertama pada bulan ketiga, Astrid merasa kesehatannya kembali seperti semula. Cuma, ada sesuatu yang mengganjal dikepalanya, rumah itu selalu membangkitkan kenangan menyedihkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun