Mohon tunggu...
eddy lana
eddy lana Mohon Tunggu... Freelancer - Eddylana

Belajar menjadi tukang pada bidang yg dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ramadhan Versus Aksi Terobos Penyekatan Mudik

14 Mei 2021   15:00 Diperbarui: 14 Mei 2021   15:04 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari kemenangan yang ditunggu-tunggu pun tiba. Sembahyang idulfitri dan kesibukan bersilaturahmi, sejenak menutup berita diseputar berita mudik. 

Tetapi, berita yang mendadak jadi viral itu, tetap saja menarik perhatian untuk disimak. Mengapa mereka berani melakukan perbuatan melanggar ketentuan pemerintah itu. 

Sebelumnya, Pemerintah sudah mengumumkan tentang larangan mudik berikut tanggal dan pernak-perniknya. Bahayanya penyebaran corona bila arus banjir pemudik antar daerah tak dibendung. 

Serentak, seluruh Pemda berkemas guna mempersiapkan realisasi aturan pelarangan mudik tersebut. Bisa dibayangkan apabila banyak pihak dan dinas yang terkait di kegiatan itu. Aparat Pemda, Dishub, ke Polisian dan TNI yang diperbantukan. 

Sepertinya, pihak Pemda memiliki kewenangan tersendiri. Dalam penerapan aturan meredam kebiasaan masyarakat yang seakan sudah menjadi tradisi itu. 

Sosialisasi segera disebarkan, baik lewat media online maupun media mainstream. Seperti sudah diduga, wacana yang seolah melawan tradisi itu berubah menjadi konsumsi publik. 

Pro-kontra bertebaran mengulas hal itu. Cukup menarik, karena hal ini membentur secara acak dan saling mengait. Stimulus ekonomi yang positif pada daerah asal si pemudik, dan dampak negatif pada penyebaran covid 19 menjadi bahan yang banyak terlibat dan dibicarakan. 

Geliat ekonomi diasumsikan bisa diharapkan dari kedatangan para pemudik. Juga, duit yang dibawa pemudik pasti menyumbang pergerakkan ekonomi  didaerah yang memang melemah karena pandemi. 

Sebaliknya, penolakan diramaikan oleh mereka yang cemas pada dampak arus sporadis migrasi bermusim secara besar-besaran itu. Terutama dari para pemerhati dan ahli kesehatan. 

Banyak wilayah yang masih dikategorikan merah menjadi indikator yang mengkhawatirkan. Ditambah, masih banyak warga yang belum mengikuti dan mematuhi protokoler kesehatan baku. Bisa disaksikan, dikampung-kampung, dipedesaan, masih banyak para warga yang sama sekali tak bermasker di kesehariannya. 

Tsunami Covid di India

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun