Mohon tunggu...
eddy lana
eddy lana Mohon Tunggu... Freelancer - Eddylana

Belajar menjadi tukang pada bidang yg dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Istriku, Aku Rindu Kehadiranmu

12 Mei 2021   18:00 Diperbarui: 12 Mei 2021   18:08 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Untunglah, ketiga anaknya berhasil melewati jenjang pendidikkan tinggi. Walau cuma sampai target Sarjana Muda, mereka sudah mendapat pekerjaan yang lumayan. 

Isterinya memang cerewet dan bising, sebuah gak yang harus diakuinya. Memang kerap juga sesekali membuat pitamnya naik. Tetapi, dibalik itu, ada sesuatu yang membuatnya sangat menyayanginya. 

Walau cerewet dan sumbu panas. Tetapi rasa sayang pada anak-anak nya sangat berlimpah dan tak pernah disembunyikan. Lelaki itu mengerti, isterinya bisa saja terlalu capek  disebabkan urusan kerja sehari-hari, mencuci, setrika, memasak, belanja kepasar (katanya, dipasar lebih murah dibanding belanja di warung sekitar rumah). 

Tepat tiga tahun lalu, isteri tersayangnya pergi lebih dahulu meninggalkannya. Komplikasi diabetes yang diidapnya telah merenggut hidupnya. Lima belas tahun lamanya isterinya mengidap penyakit itu. Dan setiap saat pula, si lelaki dengan sabar mengantar isterinya kerumah sakit. 

Terkadang dia bertanya pada dirinya sendiri,  apakah setiap lelaki punya rasa kangen seperti dirinya, bahkan sesudah isterinya tiada. 

Dia merasa beruntung dibanding orang-orang lain. seusianya. Selama perjalanan hidupnya. Dia sempat menyaksikan kawan-kawan akrabnya yang sudah lansia, diabaikan oleh keluarga sendiri. Banyak dari mereka terlunta dan tak diperhatikan sebagaimana mestinya. 

Lelaki itu menghirup nafasnya lega. Sita, Shelya, Reggy, mereka terkadang dianggapnya berlebihan dalam perhatiannya. Buah apa yang hari ini bapak mau? Bapak mau gak baju baru ini? Atau, bapak mau gak dipijat? Oh Tuhan terimakasih atas karuniaMu memberi manusia-manusia yang terbaik untukku. Bisiknya bungah dalam hati. 

Tangannya memberi isyarat pada sopir angkot untuk menghentikan mobilnya. Kakinya melangkah turun setelah memberikan ongkos pada sopir itu. 

Sejenak dia termanggu ditepi jalan itu. Tubuhnya kini telah menghadap ke sebuah jalan kecil berlapis semen. Jalan itu terlihat menanjak disekitar kemiringan enam puluh derajat. Cukup curam untuk seorang lelaki tua seperti dirinya. 

Dikeraskannya hatinya, tahun kemarin dia mampu melakukannya. Tak ada salahnya untuk berani melakukannya kembali. Tertatih kakinya mencoba di langkahkan, satu demi satu. 

Dengan nafas tersengal, langkahnya berhasil menapak sekitar dua puluh meter, tempat dimana dia harus berbelok kekanan dimana sederetan undakkan yang juga berlapis semen tegak menjulang. Ya  tanjakan berundak ini cukup menantangnya dengan kemiringan lebih dari yang pertama tadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun