Mohon tunggu...
eddy lana
eddy lana Mohon Tunggu... Freelancer - Eddylana

Belajar menjadi tukang pada bidang yg dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tempolong Merah Membara

4 April 2021   23:48 Diperbarui: 4 April 2021   23:57 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Si wanita tak perlu menunggu lama untuk menguak keanehan sikap nenek. Lewat mulut tetangga, terbukalah apa penyebab dari timbulnya keanehan sikap laku nenek selama ini. 

Nenekmu berubah sikap setelah kakekmu minta izin untuk menikah lagi. Beliau melawan dengan keras keinginan kakek mu itu. Bahkan walau kakekmu sudah berupaya mendatangkan beberapa ahli agama yang menerangkan bahwa poligami itu diiizinkan. 

Para ahli itu menekankan bahwa lebih baik beristeri lagi ketimbang berzina atau melacur. Tetapi nenekmu seperti batu karang dan tak pernah menyerah pada keinginan kakek. Intinya, beliau tak mau dimadu.

 Aku tak bisa menyimpan dendam yang sepanjang hari pasti akan terus bertambah, kalau menerima diduakan. Bukankah itu sama saja membuat suami ku juga berdosa. Demikian alasannya setiap kali kami bertanya mengapa dia menolak. 

Perceraipun terjadi, kakekmu yang sudah bulat niatnya untuk mempunyai isteri baru,  meninggalkan nenekmu. 

Sepeninggal kakek, nenekmu menyibukkan dirinya. Pertama, mencucikan pakaian yang diambil dari kampung ke kampung. Dan kemudian menyibukkan dirinya membuat kripik sanjai.

Semula kami tak mengerti, mengapa dia menambah bebannya dengan kripik sanjai nya. Padahal, penghasilannya dari mendobi saja sudah cukup menghidupi keluarganya kala itu. Apalagi setelah ibumu menikah, kemudian tinggal serumah, bebannya sedikit berkurang dengan hadirnya bapakmu. 

Setelah kejadian itu, agak lama juga, kami para tetangga baru menyadari, bahwa beliau telah menerima tekanan batin yang amat berat. Kejadian itu menghempaskan beliau terlalu dalam. Kekecewaan, rasa kehilangan, dendam kesumat, rasa benci, semua terpilin menjadi satu. Bagai seutas tambang yang pelahan membelit seluruh kehidupan dan nafasnya. 

Tak hanya itu, kamipun akhirnya maklum, tentang tempolong yang menjadi sasaran beliau untuk melepaskan api dendam yang berkobar dari dalam hatinya.  Warna tempolong nya yang merah bak api membara saja seolah sudah mewakili perasaan beliau saat itu. 

Mendadak, si tante berjilbab hijau menyolek bahunya. " Pergilah! Bawa tempolong itu kepada ibumu. " desak si tante pada keponakannya. 

Si wanita muda terlengak, mengapa dia bisa terlupa akan ibunya. Mendadak bayangan ibunya menjejali bilik- bilik di benaknya. Ibuku sayang, Ibuku malang. Ibunya dirawat dirumah sakit yang sama dengan neneknya, setelah menolak kemauan Ayahnya yang hendak menikah lagi. Ayah pun meninggalkan mereka tanpa kabar berita. Ibu dirawat setelah menunjukkan gejala aneh yang serupa seperti nenek. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun