Mohon tunggu...
Eddy Restuwardono
Eddy Restuwardono Mohon Tunggu... Wiraswasta - swasta

Re-tired (adj) : I was tired yesterday and I'm tired again today

Selanjutnya

Tutup

Raket

Ada Apa dengan Tunggal Putri Kita?

23 Mei 2019   01:55 Diperbarui: 24 Mei 2019   05:16 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chochuwong Pornpawee (  Courtesy Bangkok Post)

Hari ini  ada pertandingan yang begitu menarik di Piala Sudirman. Maaf bukan pertandingan tim Indonesia. Tetapi antara tim Korea melawan Taiwan dan tim Thailand melawan Jepang. Apalagi kalau bukan pertandingan di partai tunggal putri. Yang pertama adalah antara tunggal putri Korea An Se  Young dan tunggal putri  Taiwan Tai Tzu ying. Yang kedua adalah pertandingan antara Chochuwong Pornpawee dan Akane Yamaguchi.

Siapa Tai Tzu Ying dan Akane Yamaguchi tentu badminton lover sudah paham. Keduanya atlet papan atas dunia. Tai Tzu Ying saat ini masih ranking 1 dunia dan AkaneYamaguchi  ranking 4 dunia. Lalu  siapa An Se Young ( 17 tahun) dan Chochuwong Pornpawee (21 tahun) apa yang menarik dari mereka ?

Keduanya bukan pemain nomor satu di negaranya. Di korea  pemain nomor satu tunggal putri masih Sung Ji Hyun sementara di Thailand Ratchanok Intanon. Di ranking dunia tunggal putri Chocuwong pornpawee berada di ranking 20 sementara An Se Young  jauh di ranking 50 dunia.

Tapi sungguh luar biasa keduanya bisa bermain begitu hebat sekalipun lawannya adalah pemain top dunia. Malah An Se young berhasil mengalahkan Tai Tzu Ying dengan skor 14-21 21-18 21-16 sehingga Korea menang 3-2 atas Taiwan. 

Bukan karena Tai Tzu Ying cedera atau bermain buruk tetapi karena teknik bermain dan kecepatan An See Young yang tidak bisa diimbangi oleh pemain nomer satu dunia ini. Luar biasa melihat determinasi remaja berumur 17 tahun ini. Footworknya begitu cepat, pukulan deception tak terduganya dengan flick jauh ke atas kepala Tai Tzu Ying membuat pemain nomor satu dunia ini berkali kali mati langkah. Belum lagi  drop shot tajam ala korea seperti yang biasa  dilakukan pemain Korea lainnya Sung Ji Hyun membuat Tai Tzu Ying seri mati langkah.

Begitu juga  dengan Chochuwong Pornpawee foot worknya tidak kalah dengan Akane Yamaguchi. Postur tubuhnya yang tinggi dia manfaatkan betul untuk mengimbangi bola bola silang cepat kebelakang ala  Akane Yamaguchi yang dikombinasi netting silang yang mematikan di depan net. Berkali kali dia memperagakan trickshot yang sempurna di depan net dengan  pukulan delay yang memukau dan mematikan.

Akane Yamaguchi seperti dikaruniani keberuntungan malam ini  sampai sampai bola yang beberapa kali disangka sudah mati oleh Chochuwong Pornpawee bisa dikembalikan oleh Akane Yamaguchi. Justru itu terjadi di saat saat yang menentukan di set ketiga lewat rally yang cepat dan tajam. Kali ini  Akane Yamaguchi  kalah 3 set, 21-9 14-21 20-22 meskipun akhirnya  Thailand  kalaha dari Jepang 1-4.

Setelah melihat An Se Young dan Chochuwong Pornpawee bertanding, pertandingan Fitriani melawan Mia Blichfeldt ketika Indonesia melawan Denmark menjadi tidak menarik lagi.  Cuma begitu begitu saja dan mudah ditebak arah bolanya ujung ujungnya Fitriani mati sendiri, meskipun saya yakin dia sudah mati matian sekalipun akhirnya kalah 13-21 19-21. Padahal Fitriani rankingnya  jauh lebih baik dari An Se young dan nggak jauh amat dari Chochuwong Pornpawee. Ranking BWF Fitriani ada di posisi 29 sementara ranking BWF An Se Young adalah 50 dan ranking Chochuwong Pornpawee adalah 20. Sementara lawan Fitriani Mia Blichtfeldt rankingnya 19, Tapi kualitas permainan pemain Korea dan Thailand itu sungguh amat jauh dibandingkan dengan tunggal putri kita itu.

Apanya yang salah ?  di pelatnas Fitriani latihan sehari hari bisa dibilang sama kalau dibandingkan pemain seperti An Se Young dan Chochuwong pornpawee. Apakah memang remaja putri Korea dan Thailand lebih kuat determinasinya diapangan. 

Ataukah fisik dan skill mereka memang lebih baik ? Kayaknya pelatih kita Reony Mainaky, Minarti Timur dan Tentu saja kepala Binpres Susi Susanti  harus bekerja keras di tunggal putri.   Faktanya atlet  bulutangkis putri kita lebih  berprestasi di nomor ganda putri dan ganda campuran ketimbang tunggal putri.   Harus dikaji lebih jauh kenapa bisa begitu parah apakah karena mentalitas, ada barrier sosial  budaya atau masalah apa ? Dan tentunya bagaimana solusinya. Masa ganti ganti pelatih dan pengurus tunggal putri cuma begitu begitu saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun