Mohon tunggu...
Eddy Restuwardono
Eddy Restuwardono Mohon Tunggu... Wiraswasta - swasta

Re-tired (adj) : I was tired yesterday and I'm tired again today

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

O2SN untuk Membangun Integritas Jugakan, Pak Menteri ?

7 Agustus 2015   01:12 Diperbarui: 7 Agustus 2015   07:48 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

O2SN adalah singkatan dari Olimpiade Olah raga Siswa nasional, ajang ini adalah ajang pertandingan olahraga antar siswa nasional dalam bebagai cabang olah raga atletik, renang, bola voli, bulutangkis, karate, pencak silat, catus, dan tenis meja. event ini diadakan setiap tahun oleh kemendikbud, tahun ini diadakan di makassar sulawesi selatan. Dalam pembukaannya beberapa hari yang lalu Mendikbud Anies Baswedan mengatakan O2SN, adalah kesempatan untuk para peserta menunjukkan prestasi, sportivitas, dan integritas (kemdikbud.go.id).

Para siswa SD, SMP, SMA, hingga SMK bahkan SLB turut ambil bagian dan bertanding dalam O2SN sejak tingkat antar sekolah, antar kecamatan, antar kota madya/kabupaten di tingkat propinsi hingga antar provinsi di tingkat nasional. Namanya juga pertandingan olah raga pasti yang dicari adalah prestasi lebih kuat, lebih cepat, lebih cermat sehingga bisa memenangkan pertandingan apakah itu dalam cabang olah raga atletik, renang, bola voli, bulutangkis, karate, pencak silat, catur, dan tenis meja. Sportifitas tentu saja adalah prinsip yang mesti dijunjung dalam pertandingan olah raga apapun karena dalam olah raga apapun ada aturan dan etika yang mesti dijunjung tinggi bukan sekedar mencari kemenangan..

Lalu dimana integritas nya ? Integritas dimaksudkan agar para peserta bertanding tidak melakukan upaya yang melawan hukum untuk memenangkan pertandingan. Misalnya menyuap atau mengancam wasit, menyuap atau mengancam lawan atau barangkali doping. Tapi apakah hal hal seperti suap menyuap ini terjadi di ajang O2SN ? rasanya sangat kecil terjadi. Lalu bagaimana dengan doping apakah anak anak yang bertanding juga diperiksa urinnya setelah bertanding ? Bukan apa apa yang namanya suplemen tambahan untuk atket sekarang begitu mudah di dapat bahkan oleh orang awam sekalipun bertebaan di internet.

Tetapi apakah hanya masalah suap menyuap dan doping saja yang berhubungan dengan integritas ? Masalahnya event ini melibatkan banyak orang, bayangkan O2SN di makasar saja melibatkan 7.327 orang terdiri dari 4037 atlet dan selebihnya official team dan official pertandingan. Mereka itu datang dari 34 propinsi di Indonesia. Bayangkan berapa besarnya biaya akomodasi kalau orang sejumlah itu berdatangan ke Makassar naik pesawat dan diinapkan di 44 hotel berbintang selama seminggu. Itupun masih ditambah biaya transportasi dan sewa venue atau tempat pertandingan.

Memang kita mesti mengapresiasi kerja keras panitia pusat dan panitia daerah tetapi sudah selayaknya anak anak yang mengikuti O2SN itu juga mengetahui bahwa mereka dibiayai oleh uang rakyat. Seharusnya mereka diberitahu berapa besar uang yang telah dihabiskan untuk acara ini. Ini bisa menjadi acara menarik dengan membagikan booklet laporan keuangan dan penjelasannya dalam acara penutupan atau pembukaan misalnya. Bukan saja apa yang telah dilakukan oleh panitia penyelanggara pusat maupun daerah tetapi juga oleh panitia masing masing kontingen daerah. Lebih menarik lagi kalau badan badan yang berwenang menjaga integritas seperti KPK atau BPK ikut memberi tanggapannya atas laporan itu dihadapan para siswa.

Bayangkan kemarin saya menerima keluhan seorang anak Sekolah Dasar mengeluh uang sakunya yang diberikan oleh propinsinya selama 7 hari mengikuti O2SN di Makassar cuma Rp 200.000,-. Padahal uang saku dari temannya sesama murid SD dari propinsi lain ada yag Rp 1.500.000, ada juga yang lebih-. Anehnya di lain hari seorang anak memberi tahu bahwa uang saku mengikuti 7 hari O2SN  dari anak SMP yang satu provinsi dengan anak SD  itu Rp 1.100.000,- Masa anak SD sama SMP dari satu propinsi bisa  begitu besar bedanya uang sakunya di ajang yang sama ditempat yang sama. Lalu bagaimana pula dengan uang saku pelatih yang banyak diantaranya meninggalkan pekerjaannya untuk mendampingi atlet binaannya ?

Belum lagi dengan pembelian baju kontingen, sepatu,baju bertanding  dan entah apalagi. Masa anak anak SD pakai pakaian atlet yang kedodoran padahal mereka sudah ditanyain tim dari provinsinya berapa ukuran bajunya jauh jauh hari. Ini bisa menjadi indikasi adanya hal hal yang tidak berjalan dengan semestinya dan perlu audit dari pihak kemendikbud, Jangan anggap enteng anak anak sekarang meskipun masih SD misalnya mereka punya akses terhadap berita di media dan internet. Mereka tahu apa itu korupsi. Takutnya mereka merasa hak haknya di  cederai oleh perilaku korup  oknum  tertentu, suatu saat nanti kalau sudah dewasa ia akan  akan melakukan yang sama. 

Bukankah di negara ini olahraga selalu dianggap proyek yang bisa dimainkan, bayangkan banyak sekali kasus kasus korupsi yang berhubungan dengan olahraga misalnya kasus hambalang, kasus wisma atlet, PON, Stadiun gedebage, dan masih banyak lagi kasus kasus korupsi yang berhubungan dengan olahraga. Cobalah googling akan ditemukan begitu banyak kasus kasus korupsi lain seperti pengadaan alat olah raga, dana ini dan itu dan sebagainya. Sudah selayaknya integritas dalam  olah raga juga ditegakkan supaya atlet jangan hanya dikorbankan menjadi alat untuk meraup keuntungan pribadi. Dan itu bisa dimulai dari O2SN kan ? , bagaimana Pak menteri ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun