Mohon tunggu...
Eddo Richardo
Eddo Richardo Mohon Tunggu... Penulis - Mantan Jurnalis media grup Jawa Pos

Ikhtiar, Menuju kehidupan yang hakiki

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sarjana Sastra yang Belajar Fiksi di Kompasiana

21 November 2017   23:36 Diperbarui: 21 November 2017   23:58 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kenangan adalah semua peristiwa yang tersimpan dalam sanubari, baik itu kenangan manis, pahit, suka, duka, dan sebagainya. Itu menurut versi saya sendiri kalau enggak setuju koment aja dibawah ya (lumayan nambah point, hhhe).

Sejak bergabung dengan blog sejuta umat Kompasiana pada 31 Oktober 2014 lalu atau sekitar 3 tahun yang lalu (maaf kalau salah hitung, maklum sarjana sastra bukan sarjana matematika) sudah banyak kenangan campur aduk yang dirasa dan kalau diurai waktu posting tulisan ini sudah habis (maklum baru nulis hari terakhir pukul 11.00 wib, sok sibuk..hhe).

Awal bergabung diajak oleh kompasianer Rustian Al Ansori yang biasa saya panggil bang haji dimana kebetulan waktu itu Bang haji bergabung di kantor kami Bagian Humas Pemda Bangka sebagai bos saya waktu itu. 

Awalnya, tulisan di kompasiana hanyalah untuk mempublikasikan kegiatan Pemda Bangka yang mana waktu itu setiap kegiatan kita liput dan publikasikan ke rekan-rekan wartawan dalam bentuk pers release dan kemudian di Kompasiana. di kompasiana menjadi kebanggaan tersendiri karena tulisan yang kita share ke facebook terpampang siapa yang nulisnya. (terima kasih kompasiana sambil menunduk).

Lambat laun, pada tahun 2017, Banh Haji yang sangat aktif menulis giksiana menuturkan bahwa saya sebagai sarjana sastra kok tidak pernah nulis tentang sastra.

"Ape ge tulis," ( tulislah apapun).

Akhirnya, tulisan fiksi seorang sarjana sastra diposting pertama kali oleh Kompasiana dengan judul "Tai Kucing" yang hingga kini mengalir tulisan fiksi lainnya sebagai ungkapan rasa.

Semasa kuliah di Universitas Bung Hatta jurusan Sastra Indonesia dulunya memang belajar teori tentang kesusastraan dan membuat skripsi tentang cerminan masyarakat Minangkabau Dalam kumpulan Cerpen Sebelas. Teori yang didapat itu semakin pudar karena tergerus waktu dan bersyukur di Kompasiana kembali bisa merangkai kata sok puitis, hhe.

Karya-karya fiksi di kompasiana begitu menakjubkan dan menjadi pelajaran tersendiri dan sekali lagi saya ucapkan terima kasih pada Kompasiana dan suhu Kompasianer lainnya.

3 Tahun di Kompasiana tulisan HL begitu menyenangkan.

Tepatnya tanggal 1 Nopember 2017  2017 atau beberapa hari Kompasiana berulang tahun yang kesembilan, saya mendapatkan kado istimewa dan begitu menyenangkan karena tulisan sederhana yang berjudul "Merangkaklah Jika Terkurung Aspa dijadikan Headline (HL). Bagai mendapat durian runtuh, saya selalu membuka tulisan itu dan dan menatapnya serta mengshare ke media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun