Mohon tunggu...
Eddie MNS Soemanto
Eddie MNS Soemanto Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Humor

Buku puisinya Konfigurasi Angin (1997) & Kekasih Hujan (2014). Saat ini bekerja di sebuah perusahaan otomotif.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Copet... Copet... Copeet....

14 Desember 2009   16:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:56 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HATI-HATI jika Anda diteriakin seperti itu di Jakarta. Bisa-bisa nyawa Anda jadi taruhannya. Saya hampir (pernah) diteriakin seperti itu ketika masih bekerja di Jakarta kemaren dulu. Padahal waktu itu saya hanya berlari mengejar taksi karena terburu-buru. Eh, ndilalah, saya diteriakin maling oleh orang-orang di perapatan dekat lampu merah. Untung saya cepat tanggap akan situasi yang bisa saja merenggut nyawa saya. Jakarta kota yang hebat sekaligus unik.

Dalam kondisi yang hampir-hampir mirip, (empat) polisi menuduhkan kepada seseorang yang salah tangkap, lalu menghajar sampai babak-belur. Alasan polisi kenapa orang yang salah tangkap itu dihantami karena diteriakin copet oleh orang-orang di sekitar kejadian. Bisa iya bisa tidak. Tapi merujuk kepada yang saya alami, teriakan copet itu bisa saja dialami oleh semua orang. Nasib baik saja saya selamat. Nah, kalau apes? Ya babak-belur yang bisa-bisa berujung kepada kematian. Pertanyaan sederhana, kalau ada orang diteriakin copet (anggap saja benar memang ada copet) apakah bisa dibenarkan kalau polisi lantas juga mukulin dan gebukin? Main hakim sendiri kan katanya tak boleh? Lha wong main hakim benaran aja sekarang ini juga tidak karu-karuan?

Seseorang yang salah tangkap itu, betul, seorang peneliti sejarah dari Komunitas Bambu, Depok yaitu Bapak JJ Rizal. Apa yang dialami oleh bapak ini menambah lagi daftar jelek dari tingkah laku para polisi. Judul berita di Kompas (Minggu, 13 Desember 2009) juga cukup tajam, Salah Tangkap atau "Iseng-iseng Berhadiah". Polisi hebat banyak. Polisi tak hebat juga banyak. Namanya juga manusia. Tapi ya jangan dijadikan standar kalau manusia itu bisa berbuat salah. Standar manusia untuk menjadi penegak hukum kan melalui proses. Tidak semua orang bisa lulus (dan mau) untuk itu. Tidak salah kalau masyarakat itu menuntut, bahwa penegak hukum itu harus bisa bekerja dengan benar dan tidak menyakiti -apalagi rakyat kecil. Cuma hal ini sepertinya masih jadi pe-er berat buat mas pol-mas pol tersebut.

Pesan teman saya (tahun 2001-2003) kalau Anda dari Bogor hendak ke Jakarta malam hari, lalu di jalan ada razia polisi, sebaiknya Anda tidak membuka bagasi sembarangan walau pun itu disuruh oleh polisi. Bagusnya Anda turun mengikuti polisi-polisi tersebut. Bisa jadi polisi-polisi tersebut menemukan BB yang sengaja diletakkan oleh polisi tersebut. Menjebak? Hmm.

Saya tak tahu apakah sekarang-sekarang ini pesan tersebut masih beredar di kalangan para pejalan malam?@141209

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun