Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pembiasaan, Alternatif Membentuk Karakter Siswa

18 Februari 2020   22:37 Diperbarui: 20 Februari 2020   04:54 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak bermain dan belajar dengan senang. (Sumber Gambar: CreativaImages)

Ada yang menumpahkannya dalam bentuk tangisan. Anak seperti ini biasanya tertutup. Tidak suka bercerita pada teman temannya. Menyimpan semua masalahnya sendirian. Tak ingin berbagi. Mungkin karena takut.

Bisa pula karena malu dengan masalah yang ada. Baginya masalah adalah aib yang harus ditutup rapat. Jadi dengan menumpahkan tangisnya lah mengurangi sesak di dada.

Ada pula anak yang memang tingkat emosionalnya tinggi. Suka menyelesaikan masalah dengan otot, bukan dengan otak. Untuk urusan karakter anak yang main otot, bisa saja kebiasaan ini didapatkannya karena seringnya dia menerima tindakan fisik sebelumnya. 

Pembiasaan baik melalui gerakan kepramukaan di sekolah (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Pembiasaan baik melalui gerakan kepramukaan di sekolah (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Sering melihat, sering mengalami, sering merasakan membuat dia menjadi terbiasa dengan kondisi kasar tersebut. Akhirnya, ketika anak berada dalam situasi yang tak menyenangkan, dia akan mudah marah.

Jadi, banyak faktor yang dapat membentuk sifat seorang anak. Bukan hanya dari sekolah, tapi jauh hari sebelum anak sekolah, mereka sudah ditempa dengan berbagai macam sifat yang ada. Bagaimana bisa?

Perlu diingat, anak merupakan peniru ulung. Apa yang dia lihat, apa yang dia dengar akan mudah terekam dalam ingatannya. Hal wajar kalau anak sering berkata kasar jika setiap hari dia mendengar perkataan kasar dari orang terdekatnya. Apalagi jika diikuti tindakan fisik yang menimbulkan trauma. Anak bisa saja menirunya dengan mudah.

Apa yang dialami anak, baik itu hal positif apalagi yang negatif, jika secara terus menerus diterimanya, maka akan menjadi kental dalam ingatannya.

Mengubah sifat anak yang seperti itu tak semudah membalikkan telapak tangan. jika ada anak kelas 1 SD kidal, artinya anak tersebut paling tidak sudah hampir tujuh tahun mendapatkan ajaran memegang dengan tangan kiri dari lingkungan terdekatnya. 

Karena hal itu terus dibiarkan saja, maka menjadi suatu kebiasaan. Dan kebiasaan itulah yang tertanam hingga sekarang.

Mengubah karakter anak yang sudah tujuh tahun melakukan hal hal yang sama tentu bukan pekerjaan mudah. Oleh karena itu, membentuk karakter lewat pembiasaan pembiasaan yang baik haruslah kita lakukan.

Bukan hanya sebagai orang tua, tetapi sebagai orang yang perduli terhadap sesama. Sebab, baik buruknya sikap anak akan berdampak pada orang disekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun