Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Manusia Setengah Robot

2 Desember 2019   13:02 Diperbarui: 2 Desember 2019   13:41 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senin pagi aku bangun dengan perasaan malas. Entah waktu libur week end yang tak terlalu panjang bagiku karena masih disibukkan dengan tugas kantor yang wajib diselesaikan di akhir bulan. Atau karena hari ini saatnya aku akan bertemu kembali dengan bos galakku dalam lima hari ke depan. Pagi sampai sore atau bahkan sampai malam. Sebab dikejar target perusahaan yang mengharuskan kami lembur hingga tengah malam.

Bahkan ibuku yang setia menungguku pulang kerja sempat protes dengan rutinitas kerjaku yang tak pernah kenal waktu. Belum lagi dering telpon yang tak henti henti ketika kami sedang makan malam bersama. Memang sangat mengganggu. Tetapi aku seperti dihantui wajah sangar bosku jika telpon itu tak segera kuangkat. Kuabaikan wajah ibuku yang cemberut melihatku meninggalkan meja makan hanya untuk mengurusi urusan kantorku.

Hal ini sudah berlangsung hampir sebulan ini. Sejak bos di kantorku berganti baru. Sebelumnya tak pernah ada hal hal tak menyenangkan begini. Bahkan kerja pun kami jalani dengan rasa senang dan riang. Senin merupakan saat yang bersemangat untuk aku berangkat kerja. Sedangkan week end merupakan saat yang membahagiakan bagiku untuk bersama keluarga. Dulu bos ku benar benar santai dan mengerti bahwa hidup harus dibuat bahagia.

Sekarang, jangankan bahagia, tersenyum saja kami tak sempat. Meningkatnya target perusahaan yang tak kira kira telah memaksa kami untuk beradaptasi dengan cepat untuk mengikuti model kerja bos baru yang terlalu nafsu. Mau untung besar tapi nggak mau keluar modal lebih. Mimpi besar tapi pelit duit. Alhasil, kami sebagai bagian dari tim keuangan harus memutar otak untuk meminimalisir segala biaya yang dikeluarkan namun memenuhi segala kebutuhan yang diminta.

"Re, bangun. Sudah subuh. Sholat dulu, Nak." Suara lembut ibu membangunkanku.

Dengan rasa malas aku beranjak mengambil wudhu. Kuhempaskan sujudku di atas sajadah beludru. Kucurahkan segala resah dan penatku kehadapan Sang Pemilik Waktu. Kuberharap ada jeda waktu lebih untukku bersantai sejenak sebelum masuk kembali ke rutinitas baru. Karena ibukulah aku masih sempat mengucapkan syukur padaNya. Ibukulah yang selalu mengingatkan bahwa ada waktu yang berlalu yang akan kita sesali jika tak kita isi dengan mendekatkan diri padaNya.

Ketika semua rasa gundah ini kucurahkan padaMu, maka kesadaranku sebagai manusia berilmu ada. Kusadari ada sisi penyesalan dalam diriku manakala aku harus bekerja tak kenal waktu. Aku seperti manusia setengah robot yang gagu. Namun disisi lain, ketika jerih payahku terbayar dengan kebahagiaan orang orang di sekitarku. Kurasakan hidupku lebih bermanfaat bagi mereka. Karena itulah semangatku mulai terpacu. Hari ini hingga kedepannya, aku harus berani maju.

"Semangat, Re. Kamu pasti bisa." 

Kuucapkan kalimat itu berkali kali sambil mematut diriku di depan cermin samping pintu.

Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 1 Desember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun