Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenalkan Kesalahan dan Tanggung Jawab pada Anak

24 November 2019   19:16 Diperbarui: 24 November 2019   19:30 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah menyaksikan anak terjatuh lalu ibunya marah dengan sekelilingnya? Nggak jelas? Iya memang. Kalau kita tanya pada sang ibu, mengapa dia melakukan itu? Pasti jawabannya karena dia sayang anaknya.

Kalau anaknya terjatuh dan menangis, sang ibu langsung beranjak dari tempatnya berdiri hanya untuk mendengar keluh kesah anaknya. 

Lalu sang ibu tiba-tiba memukul tanah, memaki batu atau memarahi benda-benda di sekitar anaknya yang dianggapnya bersalah sebab telah membuat anaknya terjatuh. Sedangkan sang anak memandang senang karena merasa di bela ibunya. Anak merasa puas karena penyebab jatuhnya sudah kena marah ibunya.

Pernahkah melihat sang kakak menangis dimarahi ibunya karena tak mau meminjamkan mainan kepunyaannya pada adiknya? Sang ibu selalu mengatakan bahwa kakak harus mengalah pada adiknya. Tak perduli mainan itu milik siapa.

Terlalu sering kita melihat ketidakadilan pada anak anak yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri. Hanya karena kakak tertua harus mengalah pada adik adiknya. Hanya karena kemauan anak yang harus selalu dituruti.

Ngomong ngomong masalah kemauan anak yang selalu dituruti, pernahkah melihat seorang anak yang rela guling guling di lantai sambil menangis histeris jika mau mainan namun tak dibelikan ibunya?

Coba tebak, apa akhir dari kisah tragis ini? Pasti orang tuanya secara suka rela meski agak terpaksa mengeluarkan uangnya untuk memenuhi keinginan anak karena malu dilihat orang sekitarnya. Tepuk tangan luar biasa untuk orang tua seperti ini dengan alasan karena sayang anaknya.

Sebenarnya apa yang dilakukan sang ibu kurang bijaksana. Kalau saya mau kejam, saya bisa bilang dengan kalimat yang lebih menyakitkan dari pada kata kurang bijaksana. Tapi sudahlah. Bukan itu yang kita bahas di sini.

Anak memang butuh perlindungan dan rasa aman. Namun, bukan berarti semua yang anak lakukan benar sedangkan yang lain salah. Tak elok ibu memarahi benda mati disekelilingnya hanya karena anaknya terjatuh. 

Anak harus tahu bahwa terjatuh karena ketidakhatitiannya. Sebab itulah sampaikan pada anak bahwa segala yang kita lakukan pasti ada akibatnya. Jadi berhati hatilah dalam bertindak.

Begitu pula buat orang tua, dalam mendidik anak kita memang ekstra hati hati. Salah sedikit akan membentuk karakter buruk buat mereka. Seorang anak yang terbiasa dipenuhi segala keinginannya akan menjadi manja dan egois. 

Sehingga ketika orang tua tak memenuhi keinginannya, dia akan merasa terabaikan, ditolak lalu marah. Dia akan merasa bahwa orang tua tak sayang padanya. Padahal bukan seperti itu kenyataannya.

Oleh karena itu, ajari anak untuk memahami situasi dan kondisi yang ada. Tidak semua yang dia inginkan bisa terpenuhi langsung. Kadang ada yang harus melalui usaha, menabung misalnya. 

Kadang ada yang harus dilalui dengan sabar, menunggu misalnya. Kadang ada yang tak bisa kita miliki, barang orang misalnya. Kadang ada yang tak baik kita lakukan karena menimbulkan keburukan, berlari akhirnya terjatuh misalnya.

Anak harus tahu hukum sebab akibat. Apa yang kita lakukan pasti ada akibatnya. Apa yang kita mau harus ada usahanya. Apa yang tak kita inginkan harus ada cara tuk menghindarinya. 

Bukan untuk menakutinya. Bukan untuk mengancamnya. Tapi untuk mengajarkan kebaikan padanya. Untuk membentuk karakter baik padanya. Agar tak tertanam karakter payah dalam dirinya.

Selamat menikmati tumbuh kembang anak anak kita. Semoga kebaikan yang kita tanamkan, meskipun kurang menyenangkan bagi anak anak kita dapat membentuk karakter terbaik pada penerus keturunan kita di masa yang akan datang. Aamiin....

Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and peace😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 23 Nopember 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun